PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Kamis, 29 Maret 2012

FF | Love is a Destiny | Chapter 3


Title : Love is a Destiny Part 3
Main cast : Yoon Jaeyoung, No Minwoo
Support cast : Jo Kwangmin, and others~
Genre : Romance, Friendship
Author : Nadhifah Kirana


---

“aaaaaaaaaaaaaa~~” teriak Jaeyoung menutup kedua matanya dengan tangannya.
“aaaaaaaaaaaaaa~~” namja yang di depannya pun ikut berteriak.
“uppss!” namja ‘itu’ menutup mulutnya lalu terdiam.
“ehmm.. kenapa kau berteriak?” Tanya namja ‘itu’.
“i..i..itu!” jawab Jaeyoung menunjuk ke arah bagian bawah tubuh namja ‘itu’.
Namja ‘itu’ lalu melihat ke bawah. Dan ternyata ia hanya memakai celana yang terlalu pendek (bayangkan celana yang dipake TEENTOP buat album Roman XD).
“aigoo~ aku lupa!” namja ‘itu’ segera masuk kembali ke dalam kamar mandi.
“waeyo?” Kwangmin tiba-tiba datang. Mungkin karena mendengar Jaeyoung berteriak.
“i..itu namja yang keluar kamar mandi tadi.” Jaeyoung menunjuk ke arah kamar mandi.
“wae?” Tanya Kwangmin tak mengerti.
“ya.. kau tahu lah!” tiba-tiba namja berambut hitam dengan kulit putih yang duduk di sofa menjawab pertanyaan Kwangmin tanpa menoleh kea rah Kwangmin.
“maksud hyung?” Tanya Kwangmin dengan nada sedikit terkejut namun tetap tak mengerti.
“eo?! Maksud hyung ‘dia’ hanya memakai handuk??” Kwangmin mencoba menebak apa yang dimaksud namja yang duduk di sofa itu.
“ani! tapi, dia hanya memakai…” belum selesai Jaeyoung menjawab pertanyaan Kwangmin, namja ‘itu’ sudah keluar kamar mandi.
“hehe.. mian!” namja ‘itu’ meminta maaf sambil nyengir-nyengir.
“gwaenchana.” Jawab Jaeyoung tersenyum.
“ya! Kau itu kebiasaan!” Kwangmin memukul kepala namja itu.
“YA! Kenapa kau yang marah? Dan aku ini lebih tua darimu! Jadi bersikaplah yang sopan padaku!” kata namja ‘itu’ menaikkan volume suaranya.
“hanya 6 menit!!” ucap Kwangmin.
“tetap saja!!” namja itu tak mau kalah.
Jaeyoung hanya terdiam mendengar kedua namja itu bertengkar.
“sudah, tak apa. Jangan bertengkar!” ucap Jaeyoung menengahi mereka.
“tapi, kenapa kalian berdua….?” Belum selesai Jaeyoung mengucapkan pertanyaanya, tapi sudah dipotong lagi.
“mirip?” Kwangmin memotong ucapan Jaeyoung. Jaeyoung hanya mengangguk.
“HAHA. Tentu saja! Kami ini kembar!” jawab namja ‘itu’ sambil merangkul Kwangmin.
“YA!!” teriak Kwangmin melepas rangkulannya.
“jeoneun Jo Youngmin imnida.” Namja ‘itu’ memperkenalkan dirinya.
“ah ne~ jeoneun Yoon Jaeyoung imnida.” Balas Jaeyoung tersenyum.
“tapi sifat kami berbeda! Dan aku lebih baik.” kata Kwangmin.
“YA!! Apa maksudmu?” Tanya Youngmin.
Kwangmin hanya tersenyum dan menaikkan bahunya.
“maksudmu, sifatku buruk?” Tanya Youngmin lagi.
“bisa dikatakan seperti itu!” jawab Kwangmin tersenyum ngejek.
“YA!! Neoneun!!” Youngmin sudah menyiapkan tangannya untuk memukul Kwangmin, namun Kwangmin sudah berlari menghindar. Youngmin pun mengerjarnya.
Jaeyoung pun hanya tersenyum dan menggeleng melihat sifat mereka itu. Dan masuk ke dalam kamar mandi.

Jaeyoung POV
Selesai dari kamar mandi, aku berniat untuk berpamitan.
“Kwangmin-ssi, gomawo sudah menolongku. Tapi sepertinya aku harus pulang sekarang.” Pamitku.
“bagaimana kalau sarapan dulu?” tawar Kwangmin.
“eo? Hmm~ baiklah. Gomawo.” Jawabku tersenyum.
Kami pun berkumpul di meja makan untuk sarapan.
“ah ya, hyung. Perkenalkan dia Jaeyoung.” Kwangmin memperkenalkan pada ketiga hyung-nya.
“annyeonghaeyo. Jeoneun Yoon Jaeyoung imnida.” Aku memperkenalkan diriku sambil tersenyum.
“ne, jeoneun Lee Jeongmin imnida.” Kata salah satu dari mereka yang terlihat sangat murah senyum.
“jeoneun Kim Donghyun imnida.” Ucap seorang namja yang duduk di sebelah kanan Jeongmin.
Ahh, dia adalah namja yang duduk di sofa tadi.
“jeoneun Shim Hyunseong imnida.” Namja yang duduk di sebelah kiri Jeongmin itu memperkenalkan dirinya. Dia sepertinya pendiam.
“mannasseo bangapseumnida.” Ucapku tersenyum.
“nado.” Balas mereka.
Ketika sedang sarapan, aku tidak tahu kenapa aku selalu memandangi Minwoo. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya. Aku sangat yakin dia itu Minwoo oppa. Wajahnya, sifatnya, senyumannya, semuanya benar-benar mirip dengan Minwoo oppa. Apa dia berpura-pura tak mengenalku? Tapi untuk apa? Aahh! Mungkin saja Minwoo itu memang bukan Minwoo oppa.
“Jaeyoung-ssi, mengapa tidak dimakan?” Tanya Youngmin dan membuyarkan pikiranku.
“eo? Aniyo.” Jawabku.
Aku lihat Minwoo hanya menatapku. Aigoo~ ia benar-benar mirip dengan Minwoo oppa.
Setelah makan aku segera berpamitan dengan mereka.
“gomawo sudah menolongku. Aku harus pulang sekarang. Gomawo karena semuanya.” Ucapku tersenyum lalu menunduk.
“aku antar ya??” tawar Kwangmin.
“ye?! Hmm~ baiklah.” Aku berpikir sejenak lalu mengangguk dan tersenyum.
“gomawo.” Lanjutku.
“hyung, aku ikut!” tiba-tiba suara Minwoo terdengar. Aku dan Kwangmin pun menoleh dan berbalik arah.
“ye?! Tidak boleh!” Kwangmin menolak.
“jebalyo, HYUNG!” Minwoo memohon dengan puppy eyes-nya.
Aigoo~ benar-benar mirip Minwoo oppa.
“sudahlah, tak apa.” Ucapku lembut padaku Kwangmin lalu tersenyum.
“Ahh! Baiklah!” Kwangmin menerimanya namun wajahnya terlihat kesal.
“Assa!! Gomawo hyung!” ucap Minwoo.
“YA!! YA!! Minwoo-a, sejak kapan kau memanggilnya hyung?” Tanya Youngmin. Minwoo pun terkejut.
“eo?! Hmmm~ hanya untuk tadi.” Jawab Minwoo setengah berpikir.
Kwangmin yang mendengar jawabannya pun langsung cemberut dan bergegas keluar dorm. Sedangkan aku hanya bisa menahan tawa.
Kami pun berangkat menuju rumahku. Tak lama kemudian kami sampai dan aku pun turun dari mobil.
“Kwangmin-ssi, Minwoo-ssi, gomawo~” kataku tersenyum dan membungkuk.
“ne.” balas mereka.
“Jaeyoung-a!!” teriak seorang namja dari belakangku, aku pun menoleh kearahnya. Ahh, ternyata dia adalah kakakku yang bernama Yoon Haewon.
“oppa?” tanyaku.
“kenapa semalam kau tak pulang? Lalu siapa dua namja itu?” tanyanya sambil melihat ke arah Kwangmin dan Minwoo.
“mian oppa, aku semalam pingsan lalu … “ belum selesai aku menjawab pertanyaannya, ia sudah memotongnya.
“kau tidur di rumahnya??” tanyanya.
Aku mengangguk. Dan ia menatap Kwangmin dan Minwoo.
“tenang saja, kami tidak berbuat apa-apa padanya.” Kata Kwangmin.
“baiklah.” Katanya.
“oh ya, Kwangmin-ssi Minwoo-ssi perkenalkan, dia kakakku.” Aku memperkenalkan kakakku pada mereka.
“jeoneun Yoon Haewon imnida.”
“ne, jeoneun Jo Kwangmin imnida.”
“jeoneun No Minwoo imnida.”
“No Minwoo??” tanyanya.
“bukan dia orangnya, oppa.” Aku berbisik.
“oh. Sudah kau istirahat saja.” Perintahnya.
“ne.” aku mengangguk.
“baiklah. Kami permisi.” Kwangmin dan Minwoo lalu berjalan ke arah mobil.
Jaeyoung POV End
Ketika Kwangmin dan Minwoo berjalan ke arah mobil, ponsel Kwangmin bordering.
“Minwoo-a, jamkkaman!” Kwangmin lalu menjauh darimu dan mengangkat teleponnya.
“ne.” Minwoo hanya mengangguk.
“kenapa kau muncul lagi dihadapannya??!” tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang Minwoo.
Minwoo pun menoleh dan ternyata Haewon menatap Minwoo tajam dengan rasa kebencian. Minwoo pun mulai merasa takut.
“ye? Na?” Minwoo menunjuk dirinya.
“ya, tentu saja kau!”
“ttt…tapi … “
“pergi dari kehidupannya atau kau akan mati!”
Tatapan Haewon semakin tajam dan semakin membuat Minwoo merasa takut.
“mmm..maksudnya??”
“jangan berpura-pura bodoh kau! Aku tau kau itu Minwoo yang ….” Belum selesai Haewon menyelesaikan ucapannya, Kwangmin sudah sampai di dekat mereka.
“Minwoo-a, waeyo?” Tanya Kwangmin melihat wajah Minwoo yang ketakutan.
“a..ani.”
“baiklah. Kami permisi.” Kwangmin dan Minwoo segera masuk ke dalam mobil.
*** Kamar Minwoo
Minwoo POV
“pergi dari kehidupannya atau kau akan mati!”
Aku selalu terpikir tentang ucapan Haewon hyung tadi.
“eotteokkhe? Aku tak ingin jauh darinya lagi.”
“ahhh! Molla!” aku berteriak sambil mengacak-acak rambutku.
“andai saja kejadian 3 tahun yang lalu itu tidak terjadi.”
“eomma..appa.. kenapa semua itu harus terjadi??!”
Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur. Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu kamarku.
“hmm.. nugu?” tanyaku.
“na, Donghyun-i.” katanya.
“ahh, hyung. Waeyo?” tanyaku membukakan pintu.
“neoneun gwaenchana?” tanyanya.
“gwaenchana. Wae?” tanyaku.
“ani. jangan lupa nanti kita harus latihan untuk debut besok.”
“ne, hyung.”
“baiklah. Istirahatlah!”
Aku hanya mengangguk lalu menutup pintunya kembali.
Minwoo POV End
***
“yoboseyo? Jaeyoung-a!”
“ne, Yoonhee-a wae?”
“besok aku akan ke gedung Mnet, apa kau mau ikut?”
“Mnet?! Untuk apa?”
“tentu saja untuk menoton M!Countdown!”
“tapi untuk apa? Sejak kapan kau suka menonton program music seperti itu?”
“sudahlah. Kau mau ikut tidak?”
“beritahu aku dulu!”
“baiklah. Aku ingin melihat debut boyband baru bernama Boyfriend!”
“ani. aku tidak ikut!”
“baiklah. Jangan sampai kau menyesal nantinya.”
“ne.”
“sudah ya~ annyeong.”
“ne. annyeong~”
Jaeyoung-a menutup teleponnya. Ya, tadi yang menelepon adalah sahabat Jaeyoung yang bernama Yoonhee. Yoonhee itu tidak pernah tertarik dengan KPOP sama seperti Jaeyoung. Tapi baru tadi Yoonhee mengajak Jaeyoung untuk menonton program music seperti itu.
***Taman Kota
Minwoo POV
“AAHHH!!”
Aku berteriak sekencang yang aku bisa. Semua mata pun tertuju padaku. Tapi aku tak peduli. Aku tetap berteriak sambil melempar batu ke dalam kolam. Namun tiba-tiba mataku tertuju ke satu arah. Dimana terdapat seorang yeoja yang sedang berdiri sambil memegangi kepalanya. Tiba-tiba #BRUKK yeoja itu terjatuh. Aku segera berlari menghampirinya. Setelah sampai di sana, ternyata yeoja itu bukan Jaeyoung seperti yang dikiraku. Aku pun bingung apa yang harus aku lakukan. Menolongnya atau tidak??

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar