PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Rabu, 21 Maret 2012

FF | Saranghanikka | Part 5 [end]


Author: Rosita Saraswati

Youngmin menatap sendu kakaknya yang masih setia memejamkan matanya. Dikecupnya kening sang kakak, agak lama. “Minmin, apa aku boleh baca buku ini?”, katanya setelah menjauhkan wajah manisnya dari wajah pucat Hyunmin, sambil mengangkat buku bersampul beludru berwarna biru, warna kesukaan kakaknya.


Tak ada jawaban, membuat Youngmin mengerucutkan bibirnya. Sedetik kemudian ia menghela nafas lalu melangkah keluar meninggalkan sosok lemah yang baru saja di ajaknya bicara. “Kwangmin kemana sih?”, gumamnya sambil celingak-celinguk memandang koridor kelas VVIP. Tapi nihil, tak ditemukannya saudara kembarnya itu.


-------------------------------------------


Kedua laki-laki itu sama-sama membisu. Otaknya dipenuhi pikirannya masing-masing. “Jadi, dia cuma bohong?”, akhirnya salah satunya bersuara. Ia menoleh ke arah laki-laki yang setahun lebih muda darinya itu.

“Begitulah~”, balas yang lain. “Semuanya demi aku dan Youngmin”, lanjutnya tanpa menatap laki-laki yang berstatus sebagai sunbae sekaligus mantan kekasih kakaknya.

“Tapi harusnya dia nggak usah bohong”, laki-laki yang bernama Jungmin itu berkomentar. “Toh, aku juga nggak bakal marah sama Hyunmin-----”, lirihnya. Jujur, hatinya sakit saat Hyunmin memintanya mengkahiri hubungan mereka, tapi hatinya jauh lebih sakit saat tahu kalau semua itu hanya kebohongan dari gadis yang ia sayangi sepenuh hati.

“----Karena aku ngerti, dia itu sayang banget sama kalian”, katanya lembut. Sesakit hatinya Jungmin, tapi ini lah dirinya, tak akan pernah mempermasalahkan sesuatu yang tak perlu dipermasalahkan lebih lanjut. “Pasti dia ngelakuin itu semua karena dia peduli sama kalian dan kalian harus bersyukur untuk itu”, lanjutnya sambil memasang senyumnya yang teramat manis itu.


---------------------------------------------


“Mwo?”, laki-laki itu tersentak. Tapi beberapa detik kemudian ia tergelak. “Hahaha, buat apa aku marah?”, tanyanya dengan suara renyahnya.

“Tapi----“

“Udah, udah, jangan minta maaf gitu lagi ya? Aku nggak marah kok sama kamu ataupun Youngmin”, potongnya. Ada kejujuran dan ketulusan dari nada bicaranya. Membuat seseorang yang tak sengaja mencuri dengar pembicaraan itu berlari menjauh sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangannya yang bebas. Air matanya meluncur bebas dari kedua bola matanya.

BRUKK

“Ya! Punya mata nggak sih?”, umpat seseorang pada orang yang baru saja dengan seenak jidat menabraknya. “Ya, namja cengeng ini lagi!”, teriaknya frustasi saat mendapati siapa tersangka yang sudah membuatnya tersungkur seperti ini. “Kapan sih kamu nggak ngerepotin aku?”, makinya berapi-api.


------------------------------------------------


Laki-laki berambut pirang itu melangkahkan kakinya mencari tempat yang dirasa sepi. Ia tersenyum saat mendapati koridor ruang radiologi yang cukup terpencil itu sepi dari jangkauan massa. Memang tak banyak orang berlalu lalang di sini, karena hanya mereka-mereka yang berkepentingan dengan ruang khusus ini lah yang ada di sini.

Setelah menempatkan dirinya di bangku tunggu paling pojok yang tersedia di dekat ruang radiologi, serta dengan matanya yang sedikit sembab sehabis menangis, ia memandang buku di tangannya. “Baca nggak ya?”, gumamnya pelan. Lalu, karena dorongan dalam hatinya benar-benar tak bisa di kendalikan, jari-jari lentik itu dengan sendirinya membuka lembaran pertama dimana ada sederet tulisan rapi Hyunmin. ‘Masa lalu bukan untuk dilupakan, tapi untuk dikenang dan dijadikan pedoman dalam melangkah ke depan’, begitulah yang tertulis di sana. Youngmin tersenyum membacanya, agak terpaksa memang.

“Aku udah lipat mana-mana aja yang musti kamu baca, karena yang lainnya nggak penting. Arra?”

Ia lalu membuka lipatan pertama pada buku ini. Kwangmin lah yang sudah dengan kurang kerjaannya melipat beberapa halaman buku itu.


150910
Siapa hobae itu? Genit banget! Arrrgghh, Jungminku~

‘‘Hobae? Genit? Jungmin?’’. Youngmin menautkan kedua alisnya. ‘Apa hubungannya sama Eunsae?’, batin Youngmin penasaran kemudian dengan cekatan ia membuka lipatan kedua.


071010
Ish, dia lagi! Nggak tau diri banget! Nekat, bener-bener nekat! Udah tahu Jungmin itu pacarku tapi tetep ngotot aja. Dasar kecentilan! Nggak liat yang lain apa? Temen-temennya udah pada berenti gangguin Jungmin, dianya masih getol! I’ll kill you! Hahaha

Youngmin tersenyum. Tak menyangka jika kakaknya bisa jengkel hanya gara-gara Jungmin jadi ajang rebutan. Tapi tiba-tiba ekspresinya berubah ketika dengan tiba-tiba sebuah pikiran mampir ke otaknya. ‘Jangan-jangan----‘. Dengan gerakan cepat ia langsung membuka lipatan berikutnya.


111210
What the hell! Hobae satu itu bener-bener cari maksiat! Buat apa coba ngasih foto itu? Dikira aku percaya apa? Maap maap aja, aku percaya sama Jungmin. Haha, palingan cuma akal-akalan dia aja buat ngerusak hubunganku sama Jungmin. Sorry ya, nggak mempan! Foto begituan mah aku juga bisa bikin, tinggal ngedit juga!!

Youngmin mengambil sebuah foto yang terselip di belakang halaman itu. Mulutnya langsung menganga lebar saat menyadari foto itu. Dua orang sedang tertidur dengan tubuh telanjang mereka tertutup sebagian oleh selimut. “Dia?”, kagetnya saat dengan jelas ia tahu wajah siapa di foto itu. Siapa lagi kalau bukan Jungmin, dan----

“Mwo? Ini kan? Aish, nggak mungkin”, bisiknya gusar. Dengan segera ia membaca lipatan keempat yang tepat berada pada lembar berikutnya.


121210
Ckckckc, dasar ABABIL! Ah, maklum, dia baru kelas satu, baru beberapa bulan yang lalu melepas seragam SMP-nya…
Wait, dia kelas satu? Omo~ berarti dia seangkatan dengan si kembar?? By the way, siapa sih namanya? Kalau tak salah Eun… Eun… Eun apa ya? Hahaha, daya ingatku sekarang bener-bener payah!

“Jangan bilang itu Eunsae, Minmin”, gumamnya penuh harap.


160511
Hobae satu itu benar-benar! Dia segitu terobsesinya sama Jungmin? Sampe-sampe dia sempet nyekap aku di gedung olahraga. Untung aja ada Hyunseong yang waktu itu kebetulan lagi lewat. Coba kalo enggak? Haaa, nggak bisa bayangin aku bakal jadi apa!
Tapi, tadi dia bilang apa? Ah, bukan bilang, tapi ngancem! Dia bakal ngelakuin apa aja buat misahin aku sama Jungmin? Aigo, apa yang bakal dia lakuin? Waktu itu dia udah pake foto, besok apa lagi? Ampun deh, ngerepotin!
Mana selama ini Jungmin nggak tahu masalah ini pula! Gimana mau tahu coba? Aku takut ngomongnya~

Kedua mata Youngmin melotot saat membacanya. Ia menggeleng kuat, belum bisa menerima bahwa hobae yang dimaksud tak lain dan tak bukan adalah pujaan hatinya. ‘Nggak mungkin Eunsae kaya gitu’, katanya tak percaya dengan apa yang ditulis kakaknya itu.


150811
Aku udah nggak peduli apa alesan kedua adikku nggak suka sama Jungmin. Yang terpenting sekarang adalah kira-kira yang aku lakuin tadi bener nggak ya? Meski aku masih amat sangat sayang sama Jungmin, tapi aku cuma berharap Youngmin juga ngelakuin hal yang setimpal. Aku mutusin Jungmin, Youngmin ngejauhin iblis betina itu!
Demi Youngmin, aku bahkan rela ngebohongin Jungmin. Sejak kapan aku punya pacar lagi selain Jungmin? Boro-boro suka sama cowok lain, ngelirik aja nggak pernah~ tapi di depan dia, aku bilang aku pacaran sama cowok lain…
Mianhae, Jungmin. Semua demi kebaikan adikku, juga karena mimpi tentang umma waktu itu…

‘Demi aku??’, batin Youngmin penasaran. Ia lalu teringat tentang awal pertengkaran mereka. Kemudian sebuah perasaan aneh langsung menjalar ke seluruh bagian tubuhnya saat teringat dengan percakapan antara Kwangmin dan Jungmin beberapa waktu yang lalu, yang dengan tidak sengaja ia dengar.


160811
Aku masih nggak bisa percaya kalo Youngmin suka sama Eunsae. Demi apa, aku khawatir kalo Eunsae manfaatin anak itu buat ngerusak hubunganku sama Jungmin. Argghh, semoga kecurigaanku nggak bener. Meski aku nggak suka sama Eunsae, tapi aku juga nggak mau terlalu berprasangka buruk sama dia…

Youngmin pun sama, ia tak mau berprasangka buruk jika Jungmin lah alasan dibalik sikap manis Eunsae padanya selama ini.


200811
Kita bertiga berantem!
Aku ngijinin Kwangmin deketin Seungmi itu ada alesannya! Karena setahu aku, dari yang selama ini keliatan, Seungmi itu baik, sopan, ramah, dia pintar juga. Dia emang terlihat ‘cupu’, tapi penilaian tentang bobot, bibit, bebet, itu kan nggak semuanya dilihat dari fisiknya? Percuma fisiknya bagus, kalo dalemnya kosong! Itu yang selalu umma ajarin ke aku, dan aku sependapat sama umma.
Sedangkan Eunsae? Dia emang cantik, yah meski masih cantikan aku sih. Hahaha. Dia cantik tapi nggak ada isinya. KOSONG! Aku sering banget liat dia ngejekin Seungmi ato cewek-cewek lain. Dia juga hobi bikin ribut sama sunbae, dia angkuh, dan yang pasti dia itu busuk! Kalo udah kayak gitu, mana mau aku ngijinin adik kesayanganku pacaran sama cewek macem dia!
Bahkan iblis itu bikin aku tega nampar Youngmin. Seumur-umur baru kali ini aku nampar dia, tiga kali pula! Tapi, Youngmin juga sih! Ngapain pake jelek-jelekin Jungmin! Mana pake ngomong kalo Eunsae itu pernah mau bunuh diri gara-gara Jungmin. Emang Jungmin ngapain dia? Jungmin aja nggak ngerti sama yang namanya Kim Eunsae itu, dia nggak kenal sama iblis betina busuk itu! Pasti makhluk satu itu yang ngomong jelek soal Jungmin! Haish, iblis itu bener-bener ngelakuin ancemannya. Dia bener-bener ngelakuin apa aja buat dapetin Jungmin. Hueee. Kenapa musti pake Youngmin sih? Perasaan anak itu kan emang rada-rada lemah, dia kan rada kurang peka!
Umma, appa, otte?? Apa yang musti aku lakuin biar mereka ngerti kalo aku sangat sangat sangat dan sangat sayang.

Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaan Youngmin saat ini. Hatinya lebih parah dari sekedar kata hancur. Kepalanya terasa berat. Nafasnya tercekat, seolah-olah ia kini terjepit di ruangan sempit. Ia bahkan tak tahu harus melakukan apa. Menangis? Pertanyaannya, ia harus menangisi apa? Atau siapa? Eunsae? Tapi mungkin terdengar gila jika harus menangisi manusia sepertinya. Atau Hyunmin? Kakaknya yang bahkan sudah berkorban seperti itu?

Youngmin kini tertunduk. Ia benar-benar merasa bodoh sekarang. Ia bodoh karena telah menutup matanya. Ia sendiri sebenarnya tahu bagaimana sikap Eunsae, bagaimana angkuh serta sombongnya gadis itu, tapi selama ini ia tak peduli. Ia benar-benar tak habis pikir jika rasa sukanya malah membutakan mata serta hatinya.

Tapi dari semua perasaan yang ia rasakan, rasa bersalahnya pada sang kakak lah yang teramat besar. Sangat dan sangat lah besar.


-------------------------------------------


Youngmin menatap sendu kakaknya yang masih enggan membuka kedua matanya. Diusapnya pelan kening kakaknya. “Noona, cepet bangun”, pinta Youngmin dengan suara lirih, bahkan hampir tak terdengar.

“Terimakasih karena udah bantu aku misahin kakakmu dan Jungmin!”
“Dengan gini, aku bisa dengan mudah dapetin Jungmin sunbae”

Perkataan serta ekspresi bahagia dari Eunsae tadi siang di sekolah masih saja berputar di kepalanya. Ternyata apa yang dikhawatirkan kakaknya benar. “Noona, jangan biarin Eunsae ngerebut Jungmin hyung”, kata Youngmin. Ya, akhirnya Youngmin mendengar langsung pengakuan perempuan itu yang memang hanya memanfaatkannyahanya untuk mendekati Jungmin yang notabenenya adalah namjachingu kakaknya.

“Ayo noona, bangun”, pinta Youngmin pelan. Ia berusaha sekeras mungkin menghalau tangisnya keluar. “Noona, aku udah nggak marah sama noona. Makanya cepet bangun ya?”, pintanya lagi. “Atau noona masih marah sama aku makanya nggak mau bangun?”, tanyanya sedih. “Aku minta maaf noona, mianhae, jeongmal mianhae. Aku janji aku nggak bakal deketin Eunsae lagi”. Sekuat apapun ia menahan tangisnya, pada akhirnya itu pun keluar dengan sendirinya.

Kwangmin yang sedari terdiam langsung buka suara. “Youngmin, kasian noona!”, hardiknya ketika mendapati saudara kembarnya malah mengguncang tubuh pucat Hyunmin. “Noona pasti bakal bangun”, lanjutnya.

“Ini udah tiga hari Kwang!”, Youngmin sedikit berteriak. “Gimana kalo sampe besok dia nggak juga bangun he?!”, tanyanya sambil berteriak. “Aku cuma nggak mau dia ninggalin aku”, lirihnya masih dengan air mata yang terus saja terpompa, membanjiri kedua pipinya.

“Aku… aku… aku takut kalo dia mati, Kwang”, katanya sambil terisak pelan. Kwangmin hanya mengelus punggung Youngmin lembut. “Semuanya gara-gara aku, Kwang”, Youngmin malah terus menyalahkan dirinya sendiri. Ia sama sekali tak mau menggubris perkataan Kwangmin.

Kwangmin terdiam. Dia selalu tak bisa berkutik jika saudara kembarnya ini sudah berkata demikian. Selalu saja menyalahkan dirinya sendiri.

“Iya kan aku yang salah?”, tanya Youngmin disela-sela tangisnya, tapi Kwangmin tetap saja terdiam. “Coba kalo waktu itu aku dengerin Minmin noona, pasti dia nggak bakal sakit gini”, katanya lirih. “Dia rela mutusin Jungmin hyung demi aku, tapi aku malah bikin dia menderita”, lanjutnya. “Aku bener-bener bukan adik yang baik”, vonis Youngmin yang langsung meringis karena dihadiahi sebuah jitakan.

“Ya, baboya! Darimana kamu bisa bilang kamu bukan adik yang baik he?”, maki seseorang.

“Noona!”, teriaknya ketika menyadari siapa yang bersuara. Dengan kilat ia langsung memeluk erat tubuh kakaknya. “Noona, maafin aku, gara-gara aku noona jadi sakit”, lagi-lagi Youngmin menyalahkan dirinya.

“Jangan pernah nyalahin diri kamu lagi ya?”, pinta Hyunmin halus. “Noona sakit emang karena noona mikirin kalian, tapi itu juga emang tanggung jawab noona. Bagaimana pun noona itu protektif ke kalian karena noona sayang sama kalian, noona peduli sama kalian berdua”, jelas Hyunmin lembut. Dari tatapan serta nada bicaranya, terlihat jelas bahwa ia memang benar-benar menyayangi kedua adiknya ini.

Tak ada respon dari sang adik, hanya sebuah tatapan heran dari Youngmin sesaat setelah ia melepas pelukannya. “Wae?”, tanya Hyunmin mengerutkan keningnya. Ia kini mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada bantal yang baru saja ditatanya.

Youngmin menatap sangar ke arah kakaknya yang terlihat jauh lebih sehat, padahal dia baru saja siuman. Dengan tampang polosnya, ia menoleh ke arah Kwangmin. Tatapannya seperti meminta penjelasan. “Hah, gini------“, Kwangmin menarik nafas kemudian membuangnya lewat mulutnya. “Noona itu udah sadar dari semalem, tadi dia itu cuma pura-pura tidur”, jelas Kwangmin sabar.

“Oh, jadi Minmin noona cuma----“, ucapan Youngmin terhenti. Matanya melebar ketika berhasil mencerna penjelasan dari saudara kembarnya. “MWO?”, teriaknya kencang, memaksa dua saudaranya untuk menutup kedua telinganya. “Jadi noona---- aish! Tega amat bohongin aku!”, hardiknya lalu memanyunkan bibirnya. “Kamu juga!”, kata Youngmin sembari menonyor kepala Kwangmin.

Tanpa rasa bersalah, Hyunmin juga Kwangmin terkekeh melihat tingkah laku Youngmin. “Mianhae, Youngminnie”, kata Hyunmin masih dengan cengiran-cengirannya. “Tapi perlu kamu tahu, noona bersikap kaya tempo hari itu karena noona sayang sama kamu”, ucapnya yang kini memasang wajah seriusnya. “Saranghanikka, ingat itu!”

Youngmin mengangguk sembari memamerkan senyum manisnya. “Tapi noona nggak cuma sayang sama Youngmin kan?”, tanya Kwangmin sambil memasang wajah memelasnya. “Noona juga sayang sama aku kan?”, tanyanya yang langsung dibalas dengan anggukan dari Hyunmin.

“Nah, dia noh yang nyuruh bohong”, Hyunmin segera menunjuk seseorang yang baru saja masuk ke ruangan itu, seseorang yang menjadi dalang adegan pura-puranya.

Youngmin mengikuti arah telunjuk Hyunmin. “Ya, appa! Tega amat ngebohongin anak sendiri!”, marahnya pada sang ayah, yang hanya dibalas dengan cengiran dari Hyunbi yang kini sudah duduk di samping putrinya. “Aish, kalian semua tega!!”, makinya dengan suara tinggi.

Hyunmin tersenyum, tapi buru-buru mengubah ekspresinya menjadi serius ketika teringat akan seseuatu. “Youngmin”, panggilnya. “Kamu beneran nggak bakal deketin Eunsae lagi kan?”, tanyanya menginterogasi. “Dan yang tadi itu, itu berarti kamu ngijinin noona balikan sama Jungmin kan?”, lanjutnya tanpa jeda.

Youngmin terdiam. Lalu dengan tegas menganggukkan kepalanya. “Serius?”, tanya Hyunmin dengan antusias.

“Kalo mau sejutarius juga nggak apa kok, noon”, ucapnya sambil tersenyum lebar. Dari lubuk hatinya yang terdalam, ia tulus dengan semua janjinya. Ia tak akan mendekati Eunsae, dan dia juga akan merelakan kakaknya kembali pada Jungmin. Ia sadar, Jungmin tidaklah seperti apa yang Eunsae katakan padanya.

Hyunmin tersenyum lebar. Kini giliran Kwangmin yang memasang wajah polosnya. “Kalo kamu nggak deketin Eunsae lagi, kamu bakal sama siapa?”

Youngmin menggeleng. “Nan molla, cariin dong Minmin noona”, pinta Youngmin manja.

Hyunmin tersenyum karena sikap Youngmin kembali seperti sedia kala, lalu ia mengerling ke arah sang ayah. “Baiklah, noona juga udah punya calon buat kamu”, jelasnya sambil tersenyum penuh arti saat melihat Hyunbi keluar dari ruang inapnya.

“Jinjja?”, tak hanya Youngmin yang antusias, tapi juga Kwangmin.

Hyunmin mengangguk. “Namanya Luna Choi”. Ia tersenyum saat mendapati adiknya yang berambut pirang itu terlihat sedang membayangkan seperti sosok ‘Luna’ yang dimaksud kakaknya.

“Pasti dia secantik rembulan”, katanya menilai. Tapi penilaiannya langsung ia cabut ketika melihat siapa ‘Luna’ yang baru saja masuk ke ruang inap kakaknya.

“KAMU!!!”, teriak Youngmin dan Luna bersamaan.

“Ya, ahjussi, jadi yang ahjussi maksud itu namja cengeng ini?”, tanya Luna sangsi, bersamaan dengan acara ‘rengek-merengek’ dari Youngmin.

“Noona, ayolah, jangan yeoja galak itu”, Youngmin memohon-mohon sambil menangkupkan kedua telapak tangannya tepat di depan wajahnya. Suaranya sedikit keras, yang langsung membuat Luna sukses mengumpat lirih.

Hyunmin tersenyum menanggapi sikap adiknya. Sedangkan Kwangmin hanya menggelengkan kepalanya, enggan ikut bersuara.

“Tadi pada ngerengek minta dicomblangin, sekarang nggak mau. Udah, terima aja kenapa?”, ejek Hyunbi sambil melirik Luna yang merupakan anak sahabatnya, yang beberapa waktu lalu sempat mengobrol ringan dengannya.

“ANDWAEEEEE”, teriak Youngmin dan Luna bersamaan.


END


Gaje ya? MIANHAE~
Ide mentok disini L sekali lagi jeongmal mianhae buat yang nggak puas sama ceritanya. Maklum, author abal-abal. Tapi beribu terimakasih buat yang udah baca, yang ninggalin jempol, juga yang udah mau comment ff jelek ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar