PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Kamis, 29 Maret 2012

FF | A Story About Love | Chapter 6 (ending)


Title                 : A Story about Love [Part IV]
Author             : Siska Sri Wulandari
Main Cast        : No Minwo (Boyfriend)
                        : Hwang Sung Young
                        : Jungmin (Boyfriend)
                        : Han Jihye


Minwo memiringkan tubuhnya sehingga kini kami saling berhadapan. Kutatap karet rambut berwarna biru itu dan kusematkan untuk menguncir poninya yang hampir menutupi seluruh keningnya. Muncul bayang-bayang masa lalu. Di saat Minwo mulai menyukaiku tapi aku belum memiliki perasaan apa-apa padanya. Aku menghukumnya. Menguncirkan karet rambut keponinya. Karet rambut milikku. Karet rambut yang langsung aku lepaskan dari rambut legamku. Mendandaninya seperti wanita dan menyuruhnya tetap begitu hingga pulang. Kini, aku juga melakukannya. Menguncirkan karet rambut berwarna biru itu di poni yang hampir menutupi seluruh keningnya. Di saat aku mencintainya dia malah telah membuang rasa cintanya padaku. Andai cintaku tidak datang terlambat. Andai aku tidak. Ahh, andai dan andai. Aku benci berandai-andai. Karena kini semuanya sudah tidak ada gunanya lagi.
“Aku tidak pernah membencimu.” Aku memalingkan wajahku. Tak sanggup rasanya harus memandangnya lagi.
“Jinnja?” Minwo terdengar girang sekali ketika mendengar aku mengatakan hal tersebut.
“Hanya aku yang salah bersikap. Mulai hari ini aku janji tidak akan memperlakukanmu seperti itu lagi.” Setelah merasa cukup kuat aku memandang Minwo sambil tersenyum. Aku harap senyumku kali ini adalah sebuah senyuman yang tulus. Senyuman tulus pertama yang bisa aku berikan padanya, No Minwoo.
***
“Bruuk”
Aku merasa ada seseorang yang menimpa tubuh mungilku. Masih dengan keadaan setengah sadar dan mata yang masih tertutup aku menggeliat, berusaha menjatuhkan orang yang telah menimpaku. Tapi rasanya berat sekali. Aku mengucek-ucek mataku. Dengan pandangan yang masih kabur aku mendapati sesosok gadis yang tengah duduk di atas punggungku.
“Ahhhhh!!!! Penyusup, penyusup, penyusup!” Teriakku histeris sambil bangun dengan cepat sehingga menjatuhkan gadis yang tadi menimpaku dan aku pun ngesot mundur-mundur ke belakang(apa sih?) dan “Bruuk” ahh, kepalaku terantuk dengan rak buku yang ada di atas tempat tidurku. “Appo.” Ringisku sambil mengusap-usap kepalaku.
“Buuuk.” Bantal guling mendarat tepat di wajahku yang masih dalam detik ini pun aku belum sepenuhnya sadar. Astagaa, apa ini? Mimpi? Menyedihkan sekali aku ini T.T
“Ya! Sung Young! Kau ingin membunuhku.” Bentak gadis yang tadi menimpaku sambil menepuk-nepuk pantatnya karena setelah mendorongnya tadi aku sukses membuatnya terjengkang dari ketinggian kurang lebih setengah meter(?).
“Nugu?” aku mengucek-ucek mataku sambil menyipitkan mataku agar bisa melihat dengan jelas siapa gadis itu. “Jihye?” tanyaku dengan nada sedikit berteriak.
“Jangan brisik! Sudah tengah malam!” Jihye meletakkan telunjuknya di depan bibirnya mengisyaratkan ku untuk tidak membuat keributan.
“Ya! Harusnya aku yang bilang begitu. Bagaimana bisa kau masuk ke kamarku?” tanyaku sambil melirik pintu kamarku yang sedikit terbuka dan kunci kamarku yang ada di atas meja belajarku. Kebiasaan aneh, aku memang tidak pernah membiarkan kunci kamarku menggantung di lubang kunci pintu.
“Haha, oppa mu yang memberikan kuncinya.” Jawab Jihye enteng sambil memutar-mutar kunci cadangan kamarku.
“Cih, si iblis itu beraninya memberikan kunci cadangan kamarku pada orang asing.” Gerutuku sambil melihat jam wekerku yang ternyata sudah menunjukkan pukul 23.00.
“Sudah, tidak usah dibahas. Kau memang seperti kerbau. Daritadi aku berteriak-teriak memanggil namamu tapi kau tidak bangun-bangun juga.”
“Untuk apa malam-malam ke sini?” tanyaku dan tak menghiraukan omelannya.
“Aaaah.” Ringisku. Jihye menjewer telingaku.
“Wae?” tanya Jihye kesal.
“Wae apanya?” tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku.
“Kau itu sebenarnya polos atau babo sih!”
“Apa sih, kau yang tidak jelas tiba-tiba bertanya kenapa? Apanya yang kenapa?” tanyaku kesal.
“Kenapa kau tidak bilang pada Minwo kalau kau juga mencintainya.”
“Darimana kau tahu?” tanyaku penasaran sambil memperbaiki posisi dudukku.
“Kau tahu, tadi aku dan Jung Min sedang makan malam, tiba-tiba Minwo datang dan mengganggu acara kencan kami karena masalah kalian itu.” Jihye memanyunkan bibirnya.
“Hmmb, dia sudah tidak mencintaiku lagi.” Jawabku pelan.
“Sedang berusaha!” kata Jihye ngotot.
“Dia juga sedang berusaha untuk mencintai pacarnya dengan tulus. Siapa namanya? Aku lupa.”
“Hyura?” Ahh, kan masih tahap MULAI MENCINTAI!” Jihye menekankan kata-kata mulai mencintai.
“Lantas kau pikir aku harus bagaimana? Mengakui aku juga mencintainya dan membuat Minwo meninggalkan Hyura secara tiba-tiba hanya demi aku! Aku juga masih punya perasaan. Bagaimana bisa aku melakukan hal seperti itu. Itu namanya merebut pacar orang lain. Hina sekali!” Jawabku sambil memalingkan wajahku dari Jihye.
“Perasaan Hyura? Lantas bagaimana dengan perasaanmu sendiri?” Jihye terlihat kesal karena aku lebih mementingkan perasaan Hyura.
“Sejak awal, perasaanku ini sudah cukup menyakiti perasaan orang banyak. Aku, Young Min dan Minwo. Sekarang apa aku harus menambahkan Hyura dalam daftar tersebut?”
“Sung Young…” tiba-tiba  Jihye memelukku sambil menangis.
“Aku harap, kau mau menjaga rahasia ini. Cukup kau saja yang mengetahui ini. Aku ingin mengubur dalam-dalam rasa ini. Ara?” pintaku sambil membalas pelukan Jihye.
“Arrasso, kau benar-benar gadis baik. Kalau aku jadi kau aku pasti akan lebih mementingkan perasaanku.” Jihye melepaskan pelukannya.
“Sudah, pulang sana. Tempat tidurku hanya muat untuk satu orang!”
“Tega sekali kau! Padahal aku rela tengah malam begini ke rumahmu hanya demi kau!”
“Jungmin mengantarkan mu kan?”
“Dia sudah pulang.”
“Aish, sudahlah!” dengan terpaksa aku membagi kasur sempitku dengan Jihye.
***
“Nunaaaa~~…” seseorang berteriak dengan semangatnya sampai membuatku tersedak.
“Ada apa?” tanyaku sambil menyerobot air mineral Jihye yang ada di sampingku.
“Ini, Ini tiket nonton Shinee.” Teriak Young Min lebih bersemangat.
“Shinee? Ahh, idolamu itu kan?” aku memang tidak terlalu tahu tentang artis.
“Nee, ayo kita nonton bersama. Aku punya dua.” Young Min menyibak-nyibakkan dua tiket yang sedang dipegangnya.
“Ajak…” belum sempat aku melanjutkan kata-kataku Minwo memotongnya.
“Ayoolah, nuna. Kami juga akan pergi kok.” Minwo memasang tampang innoncentnya.
“Kalian?” tanyaku dengan tampang bego’.
“Nee, aku, my yeobo, Minwo dan Hyura.” Kata Jungmin sambil merangkul Jihye.
“Apa kalian semua mengidolakan Shinee?” tanyaku dengan tampang lebih bego’ lagi#astaga.
“Ihh, kau ini! Sudah ikut saja.” Jihye mencubit pipiku gemas.
*Young Min POV*
“Apa kalian semua mengidolakan Shinee?” tanyanya dengan tampang lebih bego’ lagi#astaga.
Ahh, Nuna satu ini benar-benar polos. Apa dia tidak mengerti ya kalau aku mengajaknya nonton hanya agar bisa bersamanya. Aku sengaja meminta tolong pada Jungmin hyung, Minwo dan juga Jihye nuna agar ikut bersama karena aku yakin Sung Young nuna tidak akan mau jika hanya pergi berdua. Dia benar-benar menggemaskan.
*END POV*
***
Di tempat Konser…
“Ayo nuna.” Young Min menarik tanganku dan melingkarkannya di lengannya.
“Ekhh?” aku berusaha melepaskan tanganku.
“Aigoo! Tubuh nuna itu sangat mungil. Kalau tidak seperti ini, nuna bisa kegencet atau mungkin hilang.” Ceramah Young Min sambil mengacak-acak rambutku.
“Ya! Jangan memperlakukan aku seperti dongsaengmu!” kataku pura-pura kesal karena beraninya dia memegang kepalaku.
“Ahh, siapa pun tidak ada yang menyangka kalau nuna lebih tua dariku.” Young Min mencubit pipiku gemas.
“Kau!” belum sempat aku melanjutkan aksi marah-marahku Young Min menarikku untuk masuk. Dan dengan jelas aku mendengar suara tawa bahagia penuh ejekan dari makhluk-makhluk di belakangku. Ya, siapa lagi kalau bukan Jungmin couple dan Minwo couple. Ahh, Minwo couple T.T
***
Selesai Shinee konser aku masih tetap dalam posisi awalku ketika masuk tadi. Ya, masih melingkarkan tanganku di lengan Young Min. Sebenarnya ketika sudah di dalam tadi aku bermaksud melepaskannya, tapi Young Min selalu melarangnya. “Huft dasar anak-anak” gumamku#Padahal Cuma beda setahun -.-
“Aku ke toilet dulu.” Kataku seraya melepaskan tanganku dari lengan Young Min.
“Aku ikut.” Teriak Young Min semangat.
Aku mendelik.
“Ahh, maksudku aku akan mengantarkan nuna. Aku takut nuna nyasar.” Young Min jadi salah tingkah.
“Tidak usah!” jawabku ketus sambil berlalu.
“Sudahlah Young Min, nuna mu itu akan baik-baik saja.” Jung Min menggoda Young Min sambil menoel-noel pipi Young Min#Ihh, Jungmin gatel ahh…
***
            Bukannya ke toilet, aku malah melangkah menuju taman kota yang ada di seberang tempat konser. Aku memang sengaja menghindar dari mereka untuk dua alasan. Pertama aku tidak sanggup melihat Minwo couple dan yang kedua aku tidak ingin terlihat seperti memberikan harapan pada Young Min. Aku cukup peka untuk bisa mengetahui bahwa Young Min masih berharap banyak padaku.
            Sesampainya di taman kota aku duduk di sebuah bangku yang telah terisi oleh seorang namja. Ya, karena hanya bangku itu yang kosong. Namja itu berpakaian serba hitam seperti baru berziarah. Wajahnya terlihat murung. Aku menangkap sudut matanya. Entah kenapa dari tatapannya aku merasa bahwa ada sesuatu yang sama antara aku dan namja itu. Ahh, aku ketahuan memperhatikannya.
“Ada apa?” tanya namja itu sambil menatapku dingin.
“Baru pulang berziarah?” tanyaku hati-hati.
“Nee, mengunjungi orang yang sangat kucintai.” Jawab namja itu sambil kembali menatap lurus ke depan.
“Kekasihmu?”
“Itu, harapanku. Tapi, belum sempat aku menyatakannya dia telah pergi.”
“Ahh, perasaan yang tak tersampaikan juga?”
“Apa kau juga begitu?”
“Nee, bedanya orang yang kucintai tersebut masih ada hanya saja telah memiliki kekasih.”
Tiba-tiba namja tersebut tersenyum.
“Wae? Apa ceritaku lucu?”
“Ahh, tidak. Hanya merasa sedikit lega menemukan seseorang yang bernasib sama.” Cinta itu bukan untuk dipendam. Untuk apa membiarkan rasa itu ada jika tidak pernah berani mengungkapkannya. Lebih baik bunuh rasa itu jika tidak punya nyali untuk mengungkapkannya. Jangan biarkan cinta itu yang membunuhmu. Cinta yang tak tersampaikan jauh lebih menyakitkan dibanding cinta yang tak terbalaskan”. Jawab namja tersebut sambil terkekeh. Aku tahu meskipun saat ini dia sedang tertawa hatinya sedang menangis.
“Ahaha, nasib seperti ini tidak boleh ditertawakan.” Aku juga merasa lucu akan kisah kami.
“Jinyoung imnida.” Namja itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
“Sung Young imnida.” Jawabku sambil membalas uluran tangannya.
“Drrt, Drrt, Drrt”
Ponselku bergetar. Ada empat pesan yang masuk. Dari siapa lagi kalau bukan Jihye dkk. Isinya pun sama, menanyakan keberadaanku. Belum sempat aku membalas smsnya id Young Min malah tertera di layarku. “Ahh, bocah itu.” Sungutku.
“Yobo…”
“Nuna, nuna ada dimana? Apakah nuna nyasar? Tuh kan sudah kubilang aku harus ikut.” Suara Young Min tampak sangat khawatir.
“Ahh, mianhee Young Min-ah. Tadi aku bertemu dengan teman lamaku. Jadi sekarang aku sedang berjalan-jalan dengannya. Pulanglah duluan, tidak usah mengkhawatirkanku.” Jawabku selembut mungkin.
“Tapi,”
“Sudah ya.”
“Kliik.” Aku memutuskan telepon dan segera mematikannya.
“Kenapa berbohong?” tanya Jinyoung.
“Hanya tidak ingin memberi harapan.” Jawabku sambil menyenderkan tubuhku dan kulihat dengan sudut mataku Jinyoung hanya tersenyum kecil dan kami pun larut dalam dunia kami masing-masing.
-FIN-
 “Cinta itu bukan untuk dipendam. Untuk apa membiarkan rasa itu ada jika tidak pernah berani mengungkapkannya. Lebih baik bunuh rasa itu jika tidak punya nyali untuk mengungkapkannya. Jangan biarkan cinta itu yang membunuhmu. Cinta yang tak tersampaikan jauh lebih menyakitkan dibanding cinta yang tak terbalaskan”
***
Gaje ya endingnya? Sebenernya ini FF yang di dalam satu cerita ada 3 main cast yang beda-beda yang nggak saling berhubungan satu sama yang lain makanya ada part Jinyoungnya nyelip dikit. Okeeeh. Jangan lupa RCL yha.. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar