PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Kamis, 29 Maret 2012

FF | Wait Me in Heaven | OneShot


Tittle : wait I'm in heaven

Author: RIZKA ANIZA


Main cast :
~Han Young Moon
~Jo Kwangmin


Genre :
~Romance


Length:
~Oneshoot



::YOUNGMOON POV::

Di taman inilah aku duduk. Mencari hal-hal bisa aku nikmati. Dan menghabiskan sisa-sisa waktuku yang tak lama lagi. Sedikit-sedikit aku merasakan sakit di beberapa bagian tubuhku. Pohon yang rimbun, udara yang sejuk, rerumputan yang terbentang hijau, dan beberapa angsa yang sedang berenang di danau. Aku hanya bisa melihat itu. Tiba-tiba suara gesekan biola mengagetkanku. Suara itu sangat merdu. Akupun duduk sambil memejamkan mataku dan menghayati lagu yang dimainkan orang itu. Tetapi saat aku mulai sangat menghayati gesekan biola yang indah itu tiba-tiba gesekan biola itu berhenti. Aku segera bangkit dari bangku taman ini. Akupun mengambil tasku dan berjalan dengan gontai dengan tenagaku yang masih tersisa untuk mencari dimana asal suara gesekan biola yang merdu itu berasal. Sambil melangkah dengan lesu akhirnya aku menemukan seseorang namja yang masih berpakaian seragam sekolah yang duduk di balik pohon sambil menaruh biola dan bow ke dalam casenya. Kurasa namja ini telah menghentikan permainan biolanya. Aku terus memperhatikannya, dia namja yang tampan, dan mempesona, dengan rambut yang agak panjang, dan tubuhnya jangkung. Aku terus mengintipnya dari balik pohon agar tidak diketahui olehnya. Sedikit-sedikit aku mundur beberapa langkah. Namun saat aku mundur tiba-tiba kakiku menyenggol akar pohon yang besar dan aku pun terjatuh.

“Aaaw.. sakittt..!!” teriakku sambil memegang kaki kurusku ini. Tiba-tiba namja yang kuperhatikan tadi datang dengan cepat ke arah suaraku berasal.

“Kau kenapa? Gwaenchanayo?” katanya sambil memegang kakiku.

“Tadi aku tak sengaja menyenggol akar pohon itu.” Kataku sambil meringis.

Namja itu mencoba mengurut kakiku. Sontak aku langsung menjerit kesakitan.

“Sepertinya kakimu terkilir. Ayo ikut aku.” Ucapnya sambil menggendongku ke bangku taman yang aku duduki tadi. Tiba-tiba jantungku berdegup sangan cepat. Astaga! Ada apa denganku? Aku terus menatap wajah namja ini.

“Sekarang luruskan kakimu aku akan coba mengurut kakimu lagi.” Katanya sambil tersenyum lembut ke arahku.

Senyumannya sungguh membuatku terpesona. Aku tidak berkomentar dan hanya mengikuti perintahnya. Dia lalu mengurut kakiku dengan perlahan. Pandanganku tetap pada wajah tampannya.

“Go.ggo.gomawo..” ucapku terbata-bata.

“Cheonma Han Young Moon.” Balasnya sambil tersenyum. Apa? Bagaimana dia bisa mengetahui namaku.  Dari tadi kami tidak berkenalan sama sekali.

“Kau tau namaku dari mana?” tanyaku.

“Itu ada di tag nama yang ada di seragam sekolah yang kau pakai itu.” Jawabnya sambil menunjuk ke arah tag namaku lalu meneruskan kegiatannya.

 Sama sekali tak terpikir di benakku. Akupun langsung melihat tag nama yang ada di seragam sekolahnya. Ya.. nama dari namja ini adalah Jo Kwangmin. Dia beda sekolah denganku.

“Oh.. sepertinya kau baru hari ini mengunjungi tempat ini. Benar Jo Kwangmin?” tanyaku dengan raut wajah yang lesu.

“Ya, benar. Darimana kau tau?” Ekspresi Kwangmin berubah menjadi ekspresi orang yang keheranan.

“Tentu saja aku tau. Setiap hari saat pulang sekolah aku selalu mengunjungi taman ini untuk menenangkan pikiranku.” Aku tersenyum padanya.

“Oh.. apa kau besok mengunjungi tempat ini juga?” tanyanya.

“Ya. Kwangmin. Sepertinya kakiku sudah tidak sakit lagi. Gomawo.. aku sudah sangat merepotkanmu.” ucapku sambil tersenyum padanya. Lalu dia melepaskan tangannya dari kakiku.

“Cheonma..” balasnya sambil tersenyum dengan manisnya ke arahku. “Kau janji akan kesini lagi?”

“Ya, aku janji.”jawabku.

Tapi entah kenapa setiap aku melihat senyumannya itu jantungku seakan berhenti. Oh. Apakah ini yang dinamakan falling in love at the first sight? Tiba-tiba jantungku terasa sakit. Aku terus memegang dadaku. Tentu saja aku berusaja menyembunyikannya dari namja ini. Aku takut merepotkannya lagi. Kulihat di jam tangan yang menggantung di pergelangan kecilku ini sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tak terasa aku berada di taman ini sudah lama.

“Kwangmin-ah. Ini sudah sore sudah saatnya aku pulang.” Ucapku dengan lesu.

“Ne.. sepertinya wajahmu pucat dan kau terlihat lemah. Boleh aku mengantarmu?” katanya.

“Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri.” Jawabku sambil berusaha berdiri.

Namun tiba-tiba tubuhku menjadi lemas. Dan pandanganku tak karuan. Aku mencoba berdiri dengan semampuku.

::YOUNGMOON POV END::


::KWANGMIN POV::

“Kwangmin-ah. Ini sudah sore sudah saatnya aku pulang.” Kata yeoja ini dengan sangat lesu. Aku melihat wajahnya sudah sangat pucat dan matanya sangat sayu.

“Ne.. sepertinya wajahmu pucat dan kau terlihat lemah. Boleh aku mengantarmu?” tanyaku. Aku takut sesuatu hal akan terjadi padanyanya.

“Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri.” Katanya. Dia mencoba berdiri.

Kulihat dia berdiri dengan lunglai. Dan mulai berjalan dengan langkah yang sangat gontai. Tiba-tiba dia terjatuh. Untunglah aku segera menopang tubuhnya. Bagaimana ini? Aku ingin mengantarnya tetapi aku tak tau alamat rumahnya. Namun beberapa saat kemudian sebuah ponsel berbunyi. Suara itu berasal dari dalam tas yeoja ini. Aku segera mengambilnya. Dan ternyata yang menelpon yeoja ini adalah ibunya. Segera aku menceritakan kondisi dari yeoja ini dan meminta alamatnya. Setelah menutup telepon aku membawa yeoja ini masuk ke dalam mobilku dan mengantarnya pulang.

::KWANGMIN POV END::

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Wait I'm In Heaven~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

::AUTHOR POV::

Youngmoon mulai membuka matanya. Dia melihat setiap sudut ruangan kamarnya. Dia memegang kepalanya dan mengingat sedikit kejadian tadi sore.

“hahh.. pasti aku pingsan lagi” gerutunya kesal.

Youngmoon beranjak dari ranjangnya dan menuju ke meja riasnya dan bercemin. Dia duduk dengan lesu dan bercermin. Dilihatnya bayangan dirinya yang tak berdaya itu. Tubuhnya semakin lemas dan kurus dan wajahnya semakin pucat. Diraihnya sebuah sisir dari ujung meja rias. Youngmoon pun membuka wignya dan menyisirkan ke rambutnya yang masih tersisa. Tiba-tiba Eomma datang dan membawa susu dan beberapa obat.

“Chagiya, wah.. ternyata kau sudah sadar. Eomma membawa susu dan obat untukmu. Ayo diminum.” Kata Eomma.

“Tidak perlu Eomma, aku lelah harus minum obat-obat itu terus. Toh. Umurku juga tidak lama lagi. Obat itu tidak bisa membuat hidupku seperti dulu lagi. Obat itu hanya pereda rasa sakitku saja. Penyakit ini terus menggerogoti tubuhku, tak mempan untuk obat apapun” Kata Youngmoon sambil menitikkan air mata.

“Kau tidak boleh bicara seperti itu Chagiya. Penyakit leukimia mu pasti akan sembuh. Yakinlah. Kau harus semangat melawan penyakitmu itu. Eomma yakin kau pasti kuat. ” Eomma mulai meneteskan air matanya dan memeluk Youngmoon.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Wait I'm In Heaven~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Youngmoon sudah bersiap-siap ke sekolah. Namun Tiba-tiba dia pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Alhasil Youngmoon saat itu tidak ke sekolah dan tidak mengunjungi taman dimana saat dia bertemu dengan Kwangmin. Siangnya saat pulang sekolah Kwangmin mengunjungi taman itu dan mulai menggesek biolanya. Dia duduk di bangku taman. Pikirannya hanya tertuju pada Youngmoon. Dia terus menunggu Youngmoon di taman itu.

::AUTHOR POV END::



::KWANGMIN POV::

Aku datang lagi ke tempat ini. Aku harap Youngmoon juga datang menemuiku. Dia janji akan datang lagi. Sambil menunggunya aku mencoba menggesekkan biola dan memainkan sebuah lagu. Ntah perasaan apa ini. Dari kejadian kemarin aku terus memikirkannya. Apa aku mulai menyukainya? Sudah beberapa jam aku duduk menunggunya. Tetapi dia juga tidak datang. Sebenarnya kemana dia?
Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 5. Ini sudah sore. Saatnya aku harus pulang. Namun aku takut saat aku pulang nanti Youngmoon akan datang menemuiku. Ah.. mungkin aku harus menunggunya sebentar lagi. Sambil menunggunya aku memainkan biolaku lagi. Tak terasa hari sudah hampir gelap. Aku yakin pasti Youngmoon tidak datang. Aku pun segera pulang.

Keesokan harinya aku datang ke taman itu lagi. Aku menunggunya sampai malam, tetapi dia tak juga datang. Pikiranku semakin kacau. Ada apa dengannya? Apa dia sakit? Apa dia punya penyakit yang sangat parah? Saat pertama bertemu dengannya aku melihat wajahnya yang pucat, tubuhnya yang lesu, di tambah lagi dia pingsan. Apa dugaanku ini benar?

Akupun tak menyerah untuk menunggunya lagi, ini sudah ketiga kalinya aku menunggunya. Aku harap dia akan datang menemuiku. Kubulatkan tekadku untuk menyatakan cintaku padanya hari ini. Aku masih memegang sebuah kalung untuk aku kenakan padanya nanti. Kalung ini berinisial nama kami berdua K&Y, Kwangmin dan Youngmoon. Aku harap dia akan mau menerima cintaku.

“Kwangmin-ah” seseorang telah memanggilku dari belakang.

Dengan segera aku menoleh dimana suara itu berasal. Wajahku langsung berbinar melihat seseorang yang datang itu. Ternyata yang datang adalah Youngmoon. Tapi kali ini Youngmoon datang dengan kursi roda. Aku sedikit kaget melihat kedatangannya dengan kursi roda.

“Kwangmin-ah.. mianhe..! aku tidak menepati janjiku.” Katanya sambil mencoba menjalankan kursi rodanya dengan susah payah.

Aku segera meraih kursi roda itu dan mendorongnya sampai ke bangku taman. Setelah itu aku memindahkan duduknya agar kami bisa duduk bersama di bangku. Aku terus menatapnya, raut wajahnya semakin lesu dan terlihat pucat, matanya semakin sayu, dan gerakannya semakin lemas.

“Darimana saja kau? Kau tau? Aku terus menunggumu disini.” Kataku.

“Mianhe, Kwangmin-ah. Beberapa hari yang lalu penyakitku kambuh dan aku harus dilarikan ke rumah sakit dan dirawat beberapa hari. Sebenarnya juga aku belum boleh pulang. Tapi aku bersikeras untuk pulang.” Katanya sambil membenarkan letak syalnya.

“Kau sakit?” tanyaku sambil menatap wajahnya.

“Ya, aku mengidap penyakit leukimia. Tapi tenang saja. Aku pasti sembuh kok. Aku ini orang yang kuat loh.” Katanya sambil mencoba tersenyum namun matanya menunjukkan kalau dia tidak ingin tersenyum saat dia ingin mengatakan hal ini padaku. Aku tahu dia pasti berbohong. Aku kaget saat dia bilang mengidap leukimia. Astaga. Ya tuhan cobaan apa yang kau berikan pada yeoja yang sangat aku cintai ini?

“Jinca?? Kau harus kuat Youngmoon. Semangat!” sorakku untuk menyemangatinya.

“Ne.. Kwangmin-ah.. Uhh.. cuacanya dingin sekali..” ucapnya sambil menggosokkan telapak tangannya dan menempelkan ke pipinya. Akupun segera membantunya, kupegang tangannya dan menggosokkannya agar dia tetap hangat. Segera aku melepaskan jaketku dan memakaikannya ke tubuh mungilnya itu.

“Tidak perlu Kwangmin-ah..”

“Sudahlah.. ini supaya kau tetap hangat.” Ucapku sambil tersenyum padanya. Dia balik tersenyum padaku dengan lembut. “Youngmoon-ah..” ucapku lembut padanya.

“Ne.. wae Kwangmin-ah..?” balasnya dengan tatapan yang berbinar-binar.

“Apakah kau mau jadi yeojachinguku?” tanyaku sambil memegang kedua tangan mungilnya.

Dia hanya tertunduk dan terdiam.

“Wae Youngmoon-ah? Kau tidak mencintaiku?”

“Aniyo. Sebenarnya aku juga mencintaimu. Tapi aku takut kalau aku menjadi yeojachingumu aku akan selalu merepotkanmu dengan penyakitku ini.” Katanya dengan lirih. Tatapannya semakin sayu.

“Itu tidak benar Youngmoon-ah. Aku bisa terima semua kekuranganmu. Aku sangat tulus mencintaimu. Dan aku akan terus melindungimu dan menjagamu.” Ucapku sambil menatap matanya lekat-lekat.

“Baiklah kalau itu maumu. Sebenarnya aku juga mencintaimu saat pandangan pertama.”

“Jinca? Gomawo Youngmoon-ah..” Aku segera mencium kedua tangannya. Dia hanya tersenyum tersipu malu.

Segera aku mengambil kalung yang akan kukenakan ke yeojachinguku ini dan memakaikannya. Kulihat dia sangat sangat senang dan tersenyum bahagia. Dengan segera dia memelukku dengan erat. Kubalas pelukannya dengan hangat.

“Saranghe..” ucapku sambil mengecup keningnya.

“Nado saranghe..” balasnya sambil tersenyum. Bisa kulihat wajahnya memerah saat itu.

Ku lekatkan pandanganku padanya. Dia pun menatapku lekat-lekat. Akupun mendekati wajah cantiknya itu dan tubuh mungilnya. Semakin dekat aku mendekat, semakin lekat pandangannya padaku. Lalu dia memejamkan matanya. Kurasa ini saat yang tepat untuk aku menciumnya. Dengan lembut aku mengecup bibir mungilnya. Dia pun membalas kecupanku itu. Tak lama dia melepaskan bibirnya dari bibirku. Kulihat bibirnya mengeluarkan sedikit darah.

“Youngmoon-ah.. bibirmu..!!” Aku segera mengangkat wajahnya yang tertunduk dan menghapus darah itu dari bibir mungilnya.

“Ah.. kau juga..” dengan segera dia mengusap bibirku dengan lembut. “Mianhe, Kwangmin-ah. Aku sering mengeluarkan darah dari mulutku jika penyakitku ini mulai kambuh..”

“Gwaenchana Youngmoon-ah..!” kataku sambil mengecup pipinya.

Kukeluarkan biolaku dari casenya. Dengan perlahan aku menggesekkan bow dan senarnya. Ku mainkan sebuah lagu untuknya. Kurasa Youngmoon menikmati gesekan biolaku. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku kiriku dengan nyaman.

“Gomawo Kwangmin-ah..!!” ucapnya pelan.

“Cheomaneyo Youngmoon-ah. Saranghe” balasku sambil terus menggesekkan biolaku.
Tanpa terasa lagu yang kubawakan sudah selesai. Youngmoon tetap terlelap dibahuku. Dengan lembut, akupun membangunkannya.

“Youngmoon-ah, ireona..!!”kataku dengan lembut. Namun tidak ada respon darinya. Kucoba membangunkannya lagi. Tetapi tidak ada respon juga. Aku semakin kawatir terhadapnya. Kulihat hidungnya mengeluarkan darah. Astaga! Dia pingsan dan mimisan. Aku segera membawanya ke rumah sakit terdekat dan mencoba menghubungi keluarganya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Wait I'm In Heaven~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari ini adalah hari upacara pemakaman Youngmoon. Aku tak percaya ini bisa terjadi padanya. Beberapa kali aku menitikkan air mataku. Tak bisa aku menahan kesedihan ini. Kulihat semua orang sudah pergi meninggalkan makam Youngmoon. Aku masih menatap makam Youngmoon sambil memegang sepucuk surat titipan Youngmoon yang diberikan oleh Ibunya beberapa saat yang lalu. Dengan perlahan aku membuka surat itu.

“Annyeong Kwangmin-ah. Pasti kau membaca surat ini saat aku sudah tiada. Mianhe Kwangmin-ah, aku meninggalkan duluan. Aku harap kau tidak menangis saat aku tak ada. Aku mohon jangan menangis.Karena kalau kau menangis aku juga akan ikut menangis. Aku akan menunggumu disini. Yakinlah. Aku tidak akan melupakanmu. Tenang saja, disini aku tidak merasakan sakit lagi. Kau tidak perlu menghawatirkanku. Aku tetap menunggumu disini Kwangmin-ah, aku tidak akan selingkuh disini. Hehee. Jangan lupa. Jika kau sudah ada disini kau harus mengajariku bermain biola. Aku kembalikan kalung indah ini padamu, bukannya aku tak mau. Tetapi ini untuk kau simpan dan kau jaga. Jika suatu saat nanti kau bisa melihat kalung ini dan mengingatku. Saranghe~”

Akupun membuka isi amplop itu, ternyata Youngmoon mengembalikan kalung itu.

“Tenang saja Youngmoon-ah. Aku tidak akan menangis. Aku tidak akan melupakanmu. Jaga dirimu baik-baik disana. Tunggulah aku. Suatu saat kita akan bertemu disana.”

END~


RCL :) ~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar