PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Senin, 16 April 2012

FF | DON’T TOUCH MY WIFE, OR I’LL KILL YOU! | OneShot


Title: DON’T TOUCH MY WIFE, OR I’LL KILL YOU!
Author: Rina Noona
Main cast: Lee Jeongmin (BF’s Jeongmin), Park Hyejin (Yulia Sakamoto Shiroyama)
Other cast: Eunhyuk (SJ’s Eunhyuk), No Minwoo (BF’s Minwoo) and others
Genre: Romance, Action
Rating: 15+


Assalamualaikum… Annyeong yorobeun *tebar confetti tahun baru*. SHINEN OMEDETOU!!!! HAPPY NEW YEAR!!! Author kembali menyapa di awal tahun 2012 *muga2 gosip kiamat tuh cuman hoax*pake FF. Ini FF pertama d tahun 2012 *wlopun nulisnya masih d tahun 2011*. Ini FF saya buat dan dedikasikan buat Lee Jeongmin yg ultah tgl 2 Januari ini dan Yulia Sakamoto Shiroyama yg ultahnya 1 hari setelahnya. Ini FF keluar idenya dr otak saya sendiri. Mian kadonya aq skip jadi satu. G sempet, gr2 kebanyakan laporan. SAENGIL CHUKAE!!! Yok lgsg capcus baca…
SILENT READERS??? Smoga anda ga DOSA gr2 nyolong2 n diem2 baca FF gaje ini…


Hari itu terlihat seorang namja sedang mengendap2 di area distrik Myeongdong. Terlihat waspada. Kedua bola matanya mengawasi sekeliling sambil memegang sepucuk pistol hitam. Hari itu seharusnya dia berada dirumah menikmati makan malam dan bersiap akan kejutan yang akan didapatnya esok disaat hari ulang tahunnya.
Pik. Pik. Pik.
“Ya Minwoo, ada apa?”
“Kau sudah menemukannya? Sebaiknya kau selesaikan penyelidikanmu secepat mungkin, kau tahu besok hari special bagimu kan?”
“Ara, aku berusaha. Jadi jangan menghubungiku terus babo.”
“Hei, jangan marah. Kau bisa cepat tua.”
“Shikkeuro.” Pik. Jeongmin menutup ponselnya.
“Sial, kemana dia. Dasar penjahat tak tau diri, kenapa harus lari sih.”
Jeongmin memasuki sebuah gang kecil dan mengendap2. Terlihat seseorang lewat. Dia bersiap mengarahkan moncong pistolnya kea rah orang tersebut.
“Ya~ berhenti kau.”
“Huh, kau lagi rupanya.” Orang yang dimaksud berbalik dengan santainya. Menatap Jeongmin dengan tatapan menghina.
“Sebaiknya kau menyerah tuan Eunhyuk. Kalau kau tidak lari aku pasti tidak serepot ini malam ini.”
“Siapa yang menyuruhmu repot menangkapku ha? Kau bisa tidur nyenyak dirumahmu bodoh”
“Tapi tugasku menangkapmu. Serahakan dirimu sebelum peluruku menancap di tubuhmua.”
“Silahkan kalau bisa. “ eunhyuk berlari meninggalkan Jeongmin. Kaget, Jeongmin mengarahkan pistolnya kea rah Eunhyuk yang sedang berlari. Dengan tangan bergetar dia mencoba menarik pelatuk pistolnya.
“apa aku sanggup melakukannya? Yakinlah Lee Jeongmin.” Jeongmin meyakinkan dirinya sendiri sampai akhirnya…
Bang… peluru mengarah sempurna ke kaki Eunhyuk. Penjahat itu tersungkur, namun masih bisa berdiri dan melangkahkan kakinya. Dan sekali lagi..
Bang… kaki kanannya kini menjadi sasaran Jeongmin. Meskipun bergetar, tapi Jeongmin memang jitu dalam urusan menembak. Lalu dia menghampiri Eunhyuk.
“Jadi, bagaimana Eunhyuk ahjussi? Masih mau melarikan diri. Bisa saja nanti jantungmu yang tertembus peluruku.” Jeongmin mengeluarkan senyum percaya dirinya.
“Sial kau Jeongmin. Kau memang seperti ayahmu. Tunggu saja sampai aku bisa balas dendam padamu atas semua ini.”
“Oh, aku takut! Perbuatanmu membunuh ahjumma tidak bisa dimaafkan ahjussi. Dan ayahku, itu yang terpenting. Seharusnya kau tak membunuhnya.”
Jeongmin menarik paksa penjahat yang ternyata pamannya sendiri. Eunhyuk,pelaku pembunuhan ketika ia masih SMP, korbannya adalah appa Jeongmin, dan istri pamannya, ahjumma Jeongmin.
@Markas
“Ah, Jeongmin-ah. Gwaenchana e??” minwoo, sahabat Jeongmin datang menghampiri Jeongmin.
“Tentu aku baik2 saja Minwoo. Ah, aku lega, malam ini amanah appa sudah aku laksanakan. Tugasku selesai.”
“Baguslah, aku ikut senang mendengarnya.”
Pik.. pik..
Jeongmin melihat layar ponselnya. Layar berkedip kedip dengan tulisan Hyejin berkedip disana. Seketika itu juga Jeongmin tersenyum.
“Yoboseyo…”
“Saengil chukae Jeongmin chagi, saranghae.”
“Gumawo, Hyejin-ah. Nado saranghae.”
“Pulanglah sekarang, aku tahu kau masih di markas.”
“Ara, aku pulang sekarang. Annyeong.”
“Aku disini menunggumu. Hati2.”
Jeongmin menutup ponselnya. Tersenyum dan berbalik menghadap Minwoo. Lalu, merapikan tasnya dan segera ke tempat ganti.
“Ya Jeongmin-ah, mau pulang eoh?”
“Tentu saja. Aku merindukannya, kau tahu. Aku ganti seragamku dulu.”
“Nae, aku tahu. Dasar pengantin baru.”
“Ya~ jangan iri. Cepat kau nikahi Yongjin kekasihmu itu. Jangan hanya menunda. Dia bosan, rugi sendiri kau.”
“Arasseo, hanya saja aku masih terlalu takut.”
“Kau itu polisi Minwoo. Menghadapi penjahat sekejam apapun kau berani, ini melamar saja kau takut. Copot saja seragammu.”
“Ya~ kau kira gampang menyiapkan mental. Ah, ara. Minggu depan aku melamarnya, puas kau Jeongmin?”
“Hahaha, dasar kau Minwoo, pegang pistol berani, tapi melamar kekasih kau tidak lulus. Payah.”
“Shikkeuro!”
Jeongmin masuk keruang ganti. Mengganti seragam kebanggaannya dengan setelah pakain jas yang dia pakai dari rumah. Selesai, Jeongmin mengambil tas dan kunci mobilnya. Menstarter mobil dan melaju kerumahnya.
Jeongmin mengetuk pintu. Pasti istrinya sudah siap menyambut kedatanganya. Namun setelah beberapa saat mengetuk pintu tak ada jawaban.
“Hyejin-ah… yeobo… kau di dalam. Aku pulang chagi.” Jeongmin terus mengetuk pintu dan memanggil nama istrinya. Namun masih tetap tak ada jawaban. Jeongmin mengeluarkan pistolnya, memegang erat dan mendobrak pintu.
“Gelap sekali, semoga Hyejin tidak apa2.” Jeongmin menyusuri ruang tamu rumahnya yang gelap. Tidak ada tanda2 apapun.
“Hyejin-ah. Eodisseo?? Hyejin-ah.” Jeongmin berjalan pelan ke kamarnya. Masih dalam kondisi waspada. Dia menarik nafas dan bersiap membuka pintu kamarnya.
“Hyejin-ah…” Jeongmin masih mengacungkan pistolnya. Terlihat kamar yang gelap. Kenapa istrunya tidak ada dirumah? Kemana dia? Pikir Jeongmin. Masih mengendap2.
“Ya Tuhan, kenapa aku berpikir seperti itu. Hyejin pasti baik2 saja.” Di dalam pikiran Jeongmin terbersit bahwa anak buah ahjussinya yang menculik, namun Jeongmin menepis pikirannya.
Cklek… Jeongmin menyalakan lampu kamarnya.
“Saengil chukahamnida, saengil chukahamnida, saranghaneun uri Jeongmin, saengil chukahamnida.” Hyejin, istri Jeongmin menyanyi sambil menenteng kue blackforest kecil yang dihiasi 2 lilin kecil. Hyejin tersenyum lebar menyambut suaminya.
“Hyejin-ah, kamchagia…” Jeongmin melempar pistolnya dan berlari kea rah istrinya. Seketika itu juga dia langsung menarik Hyejin ke dalam pelukannya. Hyejin tersentak dengan perlakuan suaminya.
“Yeobo, kau kenapa?”
“Sssttt, diamlah. Aku takut. Aku tidak mau kehilanganmu, chagi-ah”
“Aku disini sayang. Aku disini.” Hyejin membalas pelukan yang diterimanya.
Suasana hening kemudian. Lalu Hyejin mencoba melepas pelukannya.
“Ya~ kalau kita berpelukan terus kapan kau mau meniup lilin dan makan kue Jeongmin-ah. Lilinnya sudah tebakar separuh.”
“Hahaha, mianhae. Aku terlalu terbawa suasana.” Jeongmin melepas istrinya dan bersiap meniup lilin di kue ulang tahunnya.
“Jeongmin chagi, make a wish.” Hyejin menyodorkan kue.
“Aku harap istriku selalu berada disampingku, mendukungku dan menemaniku serta pekerjaanku selalu lancar.”
“Amin. Ya~ seharusnya kau mengucapkan dalam hati.”
“Tidak perlu, karena aku ingin kalau kau mendengarnya. Sarangahae.”
Jeongmin mencium bibir Hyejin sekilas. Hyejin hanya tersenyum dan kembali menyodorkan kue. Jeongmin meniup lilin itu dan kembali memeluk istrinya.
“Hyejin istriku, gumawo. Sarangahae.”
“Nado saranghae, Jeongmin.”
Mereka melanjutkan malam itu bersama. Berdansa. Saling menyuap kue, dan tertidur sampai pagi.
“Jeongmin-ah, ireona.” Hyejin mengecup dahi Jeongmin. Seketika itu juga namja yang tertidur disampingnya itu membuka kelopak matanya.
“Euhm, bagaimana kalau 10 menit lagi yeobo?” Jeongmin merangkulkan tangannya ketubuh istrinya.
“Bukankah hari ini kau tidak libur?” Hyejin menyentuh bulu mata Jeongmin yang lentik dan menelusuri satu persatu. Jeongmin hanya diam dan masih memejamkan mata. Kemudian Hyejin beranjak dari tempat tidur namun dengan sigap Jeongmin memeluk dan merangkul pinggangnya dari belakang. Tak bisa mengelak Hyejin kembali terjatuh di tempat tidurnya.
“Kau kan istriku. Temani aku sebentar saja. Hanya 10 menit dan aku akan bangun.” Gumam Jeongmin masih sambil menutup mata. Istrinya menuruti. 10 menit kemudian mata Jeongmin terbuka dan mulai bersiap2 untuk berangkat bekerja.
“Yeobo! Sarapan sudah aku siapkan.” Hyejin berteriak memanggil Jeongmin.
“Ne, cakka. Aku sedang memakai seragamku chagi.”
Akhirnya Jeongmin turun dan menghampiri istrinya.
“Jeongmin chagi, kau sudah jadi Letnan masih saja belum bisa memakai dasi.” Hyejin membetulkan dasi Jeongmin.
“Itulah sebabnya, aku memilihmu sebagai istriku, Hyenjin-ah. Kau bisa merapikan dasiku setiap saat.”
“Salah. Tapi aku yang bersedia kau nikahi karena aku tahu kau tidak bisa memakai dasi tanpaku.” Selesai Hyejin membetulkan dasi suaminya.
“Gumawo sayang, saranghae.” Jeongmin kembali mengecup dahi istrinya.
Mereka berdua sarapan bersama. Menikmati roti selai dan susu. Kemudian Jeongmin berangkat. Sampai dikantornya, terlihat sepi. Semua staff tidak ada. Aneh pikirnya, kenapa semua orang tidak datang?
“Ah, apa hari ini libur? Tapi Hyejin pasti mengingatkanku kalau ada libur.”
Jeongmin beranjak keruangannya. Ketika membuka pintu…
Taaarrrrr….
“Saengil chukahamnida Tuan Lee.” Semua staff memberinya kejutan. Jeongmin tersenyum bahagia, di hari ulang tahunnya banyak sekali yang membuatnya senang,
“:Ah, kamsahamnida. Ah, harusnya kalian tidak perlu repot begini. Aku tersanjung sekali.”
“Jeongmin-ah. Ayo tiup lilinnya. Hari ini kita free. Atasan sudah memberi ijin, ah dan dia titip salam untukmu.”
“Ah, jeongmalyo?” Jeongmin meniup lilinnya. Tepuk tangan mengiringi pesta kecilnya. Hari ini memang hari untuknya, 2 Januari yang berharga.
Setelah pesta selesai dia memutuskan untuk pulang. Entah kenapa perasaannya menyuruhnya untuk menemui istrinya. Sampai di depan rumah ada kejanggalan, tak biasanya pintu rumah terbuka. Jeongmin berlari masuk ke dalam.
“Hyejin-ah. Eodiseo? Hyejin-ah. Hyejin-ah…”
Jeongmin berteriak memanggil nama istrinya. Namun tak ada sahutan. Panic, Jeongmin tetap mengitari rumahnya. Berulang kali memeriksa. Kamar, dapur, kamar mandi, namun hasilnya null.
“Hyejin-ah, chagi, jangan bercanda. Ini tidak lucu. Keluarlah yeobo! Hyejin-ah..!!”
Jeongmin tak kuat menopang tubuhnya. Istrinya tidak ada dirumah, dan perasaannya mengatakan akan ada hal buruk yang terjadi.
Triiiiitttttt… ponselnya bordering. Minwoo.
“Ya, ada apa Minwoo? Mwo? Sial… Hyejin menghilang. Aku yakin ini perbuatannya. Nae… tidak perlu, aku saja yang mengurusnya.” Jeongmin menutup pembicaraannya dengan Minwoo. Raut mukanya menunjukkan kekesalan dan amarah yang memuncak.
Pik… pik… ponselnya mendapat sms.
Inginkan istrimu? Datang hari ini jam 10 malam. Gudang senjata distrik Myeongdong. Ahjussimu.
“Argh! Sial. Seharusnya kuhabisi dia kemarin.” Jeongmin kesal dan menghantamkan tangannya ke lantai. Menyesal tidak membunuh pamannya kemarin saat menangkapnya. Dan sekarang pamannya berhasil melarikan diri dari jeruji besi.
Trrrrrrrrriiiiiiiiiiitttttt… ponselnya kembali bordering. Nomor tidak dikenal yang muncul di layarnya.
“Yoboseyo.”
“Sepertinya kau sedang panic Jeongmin, keponakanku tersayang.”
“Ahjussi, ah Eunhyuk-ssi. Jangan pernah kau setuh istriku, atau aku akan menghabisimu.”
“Oh, aku takut sekali. Bahkan sekarang kau tidak lagi menganggapku pamanmu, dasar keponakan kurang ajar kau.”
“Masih pantaskah? Orang terkutuk sepertimu kupanggil paman. Pembunuh,”
“Shikkeuro! Diam dan dengarkan suara istrimu.”
“Kau apakan dia? Jangan sentuh istriku!!!” Jeongmin berteriak, dan terdengar suara seorang yeoja diseberang sana.
“Jeongmin-ah…”
“Hyejin-ah… Gwaenchana e? apa mereka menyakitimu?”
“Gwaenchana chagi. Jangan pedulikan mereka…. Kyaaaaa.”
“Hyejin-ah, ya, chagi. Hyejin-ah. “ Jeongmin panic mendengar teriakan Hyejin.
“Bagaimana Jeongmin. Kau tentu ingin memastikan keadaan istrimu bukan?” suara laki2, pamannya kini yang berbicara
“Jangan sentuh Hyejin. Seujung jaripun. Jangan sentuh dia.”
“Oh, masih bisa mengancam. Kita lihat saja mala mini. Kau tentu tidak mau kan di hari ulang tahun istrimu besok juga menjadi hari pemakamannya?”
“Geumanae!!! Aku turuti permintaanmu, asal jangan kau apa2kan istriku.”
“Bagus. Aku menuunggumu keponakanku sayang,” eunhyuk memutus sambungn teleponnya.
“Argh, kenapa aku tidak menghabisinya kemarin, kenapa? Kau bodoh Jeongmin, kau bodoh!” air mata Jeongmin kini tak bisa ditahan. Lelehannya menelusri pipnya. Namun,beberapa saat kemudian, wajahnya berubah serius. Berdiri dan kini kakinya mampu menopang tubuhnya. Meraih ponsel dan menekan tombolnya.
“Minwoo-ah, kau bisa membantuku kan? Nae, malam ini. Sekarang aku kerumahmu. Jangan bilang apapun pada Jendral, aku tak ingin melibatkan kalian. Arasseo.”
Jeongmin menutup teleponnya dan masuk kedalam kamar. Jeongmin membuka lemari pakaiannya. Mengganti jas hitam dan kemeja putihnya dengan kaos sleeveless hitam, jaket kulit hitam, dan sepatu boots hitam.
Setelah selessai, Jeongmin melaju ke arah rumah Minwoo. Sesampainya disana Minwoo menyambut sahabatnya yang sedang panic itu.
“Jeongmin,, kajja. Kita masuk.” Minwoo menyuruh Jeongmin masuk. Mereka akan menyusun rencana untuk membebaskan Hyejin.
“Minwoo-ah, kau tahu, hari ini aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi.”
Raut wajah Jeongmin kembali muram. Dia menutup mukanya dengan kedua tangan. Untuk pertama kalinya Minwoo melihat keadaan sahabatnya tertekan seperti ini.
“Jeongmin-ah aku turut prihatin. Aku yakin kau pasti bisa membebaskan istrimu.”
“Aku akan melakukan apapun agar Hyejin selamat. Kau tahu kan ahjussiku tipe orang seperti apa. Aku benar2 takut istriku terluka. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya. Dia terlalu berharga bagiku Minwoo.”
“Arasseo. Lalu sekarang kita susun rencana. Kau yakin tidak akan membawa anak buah kita?”
“Tidak. Eunhyuk tidak sebodoh itu,jadi kita simpan anak buah di akhir.”
Terjadi perundingan antara Minwoo dan jeongmin dalam menyusun rencana membebaskan Hyejin. Cukup lama mereka bertukar pikiran dan ide. Sampai akhirnya dicapai kesepakatan. Kali ini peran Minwoo hanya mengantar Jeongmin sampai tempat yang diinginkan pamannya. Tepat pukul 10 Minwoo mengantarkan jeongmin ke sebuah gudang.
“Jeongmin-ah, gwaenchana?”
“Apa maksudmu?” Jeongmin menjawab sambil mengisi megasen pistolnya dengan peluru,.
“Kau yakin tidak ingin kutemani?”
“Tidak perlu Minwoo, aku baik2 saja. Aku yakin Hyejin akan kembali padaku.”
“Geurae, aku meninggalkanmu disini Jeongmin, hati2.” Jeongmin memeluk Minwoo dan Minwoo menepuk pundak jeongmin untuk memberi semangat pada sahabatnya itu.
Jeongmin berjalan kea rah gudang bekas itu. Dengan yakin dia melangkah. Dia sudah siap menerima resiko apapun, dia akan menyelamatkan istrinya, meskipun nyawa taruhannya.
“Appa, lindungi aku. Hyejin-ah, tunggu aku. Bersabarlah.”
Setelah itu, Jeongmin yang sudah sampai didepan gerbang gudang membuka pintunya. Terlihat gelap. Sekilas matanya mengedar kesekeliling dan waspada.
Drap…drap..drap..
Suara langkah kaki mendekat. Tiba2 lampu menyala, satu orang muncul, dua,tiga,dan seluruhnya 5orang anak buah ahjussinya. Mereka berlari menghampiri Jeongmin sambil mengacungkan balok kayu. Dengan sigap Jeongmin menarik sesuatu dari jaketnya. Pistol semiotomatis.
Bang… satu orang tergeletak,terkena peluru Jeongmin tepat di kakinya. Jeongmin tetap berjalan lurus sambil menatap kedepan, disana istrinya pingsan dan terduduk di bangku.
Bang… satu lagi kesakitan memegang tangannya yang terkena peluru Jeongmin. Tembakan ketiga, keempat dan kelima tepat mengenai masing2 kaki dan tangan lawan.
“Hyejin-ah ireona!” Jeongmin berlari menghampiri istrinya namun tiba2 seseorang menjegal kakinya. Jeongmin tersungkur jatuh dan senjatany terlempar menjauh. Lalu dua orang menghampiri dan memegang kedua tangannya.
“Ya~ lepaskan aku atau kalian kuhabisi. Lepaskan.”
Mendengar kalimat Jeongmin, salah satunya memukul perut Jeongmin. Bugh… Jeongmin tak kuasa menahan sakitnya. Menunduk sambil memejamkan mata.
“Hahahaha, pahlawan sudah datang ternyata.” Eunhyuk muncul. Ahjussinya tersenyum puas melihat Jeogmin meringis kesakitan.
“Kau, Eunhyuk. Kau apakan istriku?” Jeongmin mengangkat wajahnya sambil menatap garang pamannya.
“Oh, istrimu tercinta hanya aku pukul sekali, tapi ternyata dia ambruk begitu saja.”
“Apa? Sudah kubilang jangan sentuh dia sedikitpun! Aku benar2 akan menghabisimu kali ini Eunhyuk!”
“Kau bisa apa? Anak2 habisi dia. Aku ingin melihat bagaimana keponakanku tersayang merasakan penderitaan yang juga dialami ayahnya sebelu mati.”
“Eunhyuk kau…!”
Bugh… sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, dua orang yang menahan jeongmin mulai medaratkan tinjunya ke perut Jeongmin, yang satu menahan tangan dan tubuh Jeongmin, yang satu memukulnya sekuat tenaga.
Seketika itu juga, Hyejin terbangun. Tersentak melihat keadaan di depannya. Suaminya babak belur. Hidung, mulut dan dahinya berdarah.
“Jeongmin-ah, andwae! Apa yang kalian lakukan padanya, hentikan! Hentikan.”
Hyejin berteriak. Mendengar itu, jeongmin memicingkan matanya. Dan akhirnya terbelalak melihat istrinya sudah sadar dari pingsannya. Dia berusaha menopang tubuhnya yang sudah habis2an.
“Hyejin-ah, gwaenchana e? kau tidak apa2 kan?” namun Jeongmin tak kuasa lagi menahan tubuhnya dan ambruk.
“Jeongmin-ah. Bangun! Bangun Jeongmin-ah.”
Hyejin meronta berusaha melepaskan ikatan tali di tangannya. Sulit sekali. Dia hanya bisa menangis. Tiba2 Eunhyuk datang dan menjambak rambutnya.
“Aaaaaa, appeuda!” Hyejin berteriak kesakitan.
“Kau lihat kan sebenarnya suamimu itu lemah hah? Dia berusaha memenjarakanku.”
“Kau memang pantas masuk buih.” Plak… Eunhyuk menampar pipi Hyejin.
“Dasar suami istri tak tahu diri. Kalian berdua sama saja.”
“Kau yang tak tahu diri Eunhyuk, keluarga Jeongmin sudah menolongmu, tapi kau malah membunuh appa Jeognmin.”
“Diam kau. dia tidak mau membagi hartanya pada istriku, apalagi denganku. Semua diserahkan pada anaknya yang sial itu, Lee Jeongmin.”
“Kalau begitu kau memang orang gila. Tidak seharusnya kau dibiarkan hidup.” Plak… Eunhyuk kembali menampar Hyejin.
“Hentikan perbuatanmu, Eunhyuk. Kalau sekali lagi kau menyentuhnya, kubunuh kau saat ini juga.”
“Mau apa kau, Jeongmin? Dia ini istri yang kurang ajar.” Eunhyuk menjambak rambut Hyejin dan menengadahkan kepalanya. Hyejin menangis kesakitan.
“Hentikan itu EUNHYUK!” Jeongmin berdiri. Amarahnya sudah klimaks. Rasa dendamnya pada Eunhyuk mengalahkan sakitnya. Jeongmin mulai melangkahkan kaki mendekati Eunhyuk.
“Hei kalian berdua, habisi dia.” Eunhyuk menyuruh dua anak buahnya yang tersisa. Dengan segera keduanya menyerang Jeongmin yang tetap melangkah kea rah pamannya.
“Jeongmin awaaaasss…” Hyejin berteriak.
Brak… anak buah Eunhyuk mencoba memukul kepala Jeongmin, namun dia dapat menahan dengan tangan kanannya. Jeongmin menarik tangan laki2 berbadan besar itu, dan menguntirnya kebelakang. Memukul wajah lelaki itu dan menendangnya hingga tersungkur. Entah sejak kapan tenaga Jeongmin menjadi lebih. Satu lagi maju dan berusaha memukul Jeongmin, namun itu tidak berhasil. Jeongmin merunduk dan berbaLik menyerangnya, mengarahkan satu Pukulan telak di wajah dan satu tendangan. Laki2 itupun tak berkutik.
“Eunhyuk, giliranmu kuhabisi.”
“Apa? Kalau kau mendekat satu langkah saja, kepala istrimu meledak tertembus peluru.”
Eunhyuk mulai mengacungkan pistolnya kepelipis Hyejin.
“Hentikan! Kau memang pengecut Eunhyuk. Lepaskan istriku, dan kita selesaikan urusan kita.”
“Bagaimana kalau aku tidak mau, aku bukan orang bodoh Jeongmin.”
“Baiklah, apa maumu?”
“Aku mau kau mati.”
“Aku tidak bisa. Aku tidak bisa mati sebelum menghabisimu, paling tidak aku bisa memenjarakanmu atas semua perbuatanmu Eunhyuk.”
“Apa kau bilang? Hahaha, dasar bocah ingusan, bisa aa…..”
Sebelum Eunhyuk menyelesaikan kalimatnya, dai berteriak kesakitan. Hyejin menggigit tangannya sampai berdarah. Lalu Hyejin berlari ke arah Jeongmin.
“Jeongmin-ah, gwaenchana? Aku takut…” Hyejin terisak.
“Tenang sayang, aku baik2 saja. Harusnya aku yang bertanya apa kau baik2 saja?”
Jeongmin merengkuh istrinya ke dalam pelukannya. Saling melepas kegalauan. Namun sedetik kemudian…
Bang!!!
Peluru dari pistol yang dipegang Eunhyuk menghujam tubuhnya…
“Hyejin-ah… yeobo!”
“Jeongmin-ah… kau…” Hyejin menitikkan air mata.
“Hyejin, seharusnya bukan kau. Hyejin-ah bertahanlah. Bertahanlah, sayang!”
Tubuh Hyejin ambruk di pelukan jeongmin. Tangan Jeongmin yang memegang pugung Hyejin berlumuran darah. Ya, Hyejin tertembak. Tepat di punggung sebelah kiri.
“Hyejin-ah, ireona! Bertahanlah.”
“Jeongmin, saranghae. Je..ongmal.. sa.. rang..hae…”
Hyejin menutup matanya. Tubuhnya terkulai di pelukan Jeongmin.
“hahaha, bagaimana rasanya Jeongmin? Istrimu sudah mati sekarang. Sudah mati.” Eunhyuk tertawa sinis sekaligus puas berhasil membunuh istri Jeongmin.
“Kau…kau sudah membunuhnya. Kau membunuhnya, sial kau Eunhyuk.”
“Mau apa lagi kau Jeongmin? Kurealisasikan omonganku.kalau hari ini hidup terakhir istrimu sekaligus hari ulang tahunnya. Itulah hadiahku untuk ulangtahunmu.”
“Diam kau! orang sepertimu memang benar2 harus kuhabisi.”
Suara Jeongmin terdengar bergetar. Dia menidurkan istrinya di lantai. Berdiri dan mengepalkan tangannya. Dia mulai melangkah menuju Eunhyuk. Eunhyuk yang santai mengarahkan kembali senjatanya kea rah Jeongmin.
“Maju selangkah lagi aku pastikan kau mati Jeongmin.”
“Aku tidak takut. Silahkan saja kalau kau menembak.”
Jeongmin melangkahkan kakinya semakin dekat, eunhyuk yang panic mulai menarik pelatuk pistolnya. Karena tangannya bergetar…
Bang… satu peluru meluncur…dan peluru itu tidak terkena sasaran. Jeongmin makin dekat. Bang… peluru mengenai kaki Jeongmin. Jeongmin ambruk, namun akhirnya dia berjalan terseok dengan satu kaki kirinya.
“Masih nekat Jeongmin? Kali ini aku pasti bisa mengenai kepalamu.”
Bang… peluru keempat kembali lolos. Namun tidak terkena sasaran.
“Aku tahu Eunhyuk, kau tidak pintar menembak. Silahkan saja.”
Jeongmin berada 2 meter di depan Eunhyuk dan kali ini peluru Eunhyuk tepat mengenai lengan Jeongmin. Darah mengalir dari lukanya.
“Hm…” Jeongmin tersenyum simpul
“Kenapa kau tersenyum Jeongmin? Kau bahagia menjemput kematianmu?”
“Tidak. Tapi kau yang akan kuhabisi. Kau memang bodoh Eunhyuk ahjussi.”
“Apa kau bilang? Baiklah, aku benar2 akan membunuhmu.”
Eunhyuk kembali menarik pelatuk senjatanya. Namun hasilnya nihil. Peluru habis. Eunhyuk panic.
“Ada apa ini? Kenapa pistolku..?”
“Kau baru sadar? Itu pistol semi otomatis, megaennya hanya bisa diisi 5 peluru. Dan kau sudah menggunakannya semua. Sadarilah kebodohanmu Eunhyuk.”
Jeongmin berlari dan tanpa aba2 langsung menendang Eunhyuk. Satu tendangan di perutnya, cukup membuat Eunhyuk tersungkur.
“Hari ini, tamat kau Eunhyuk.”
Bugh, Jeongmin menedang wajah Eunhyuk yang masih tersungkur kesakitan. Menarik kerah Eunhyuk agar bisa berdiri, lalu melayngkan pukulan telak ke wajah Eunhyuk.
“Ini untuk ahjumma.” Bugh… satu pukulan.
“Ini untuk appa.” Pukulan kembali mendarat di perut Eunhyuk. Dia sudah tidak bisa apa2.
“Dan ini, karena kau telah melukai Hyejin.”
Jeongmin mengakhiri serangannya dengan satu kali tendangan berputar. Sampai akhirnya Eunhyuk jatuh tersungkur tidak berdaya. Tubuhnya tak bergerak meskipun tidak mati.
Jeongmin terengah-engah dia mengambil ponselnya dan menelepon Minwoo.
“Minwoo-ah, tolong aku…”
Brugh…tak kuasa menopang tubuhnya, Jeongmin atiba2 tersungkur.
@rumah sakit keesokan harinya
“Uisa, bagaimana keadaan Jeongmin?”
Minwoo datang menjenguk Jeongmin yang dirawat akibat luka2 yang dideritanya.
“Dia sudah siuman dan kondisinya membaik. Mungkin lusa sudah bisa pulang.”
“Kamsahamnida uisa. Saya permisi menjenguknya dulu.”
“Silahkan tuan Minwoo.”
Minwoo masuk ke kamar perawatan Jeongmin. Dia melihat Jeongmin yang bertelanjang dada, namun terbalut perban hampir seluruhnya. Terlihat dia sedang memegang tangan yeoja yang terbaring lemah.
“Annyeong Jeongmin-ah. Annyeong Hyejin-ah.”
“Annyeong, Minwoo. Sampai saat ini Hyejin masih belum sadar.”
Jeongmin bebricara lirih. Dia memandangi lekat2 istrinya yang terbaring lemah di tempat tidur. Dia menunggu saat ketika istrinya membuka mata dan dia kan mengatakan ucapan selamat ulang tahun.
“Sabar jeongmin, aku yakin sebentar lagi dia akan sadar. Ahujssimu sudah diurus markas pusat. Kali ini aku pastikan dia tidak akan bisa kemana2 lagi
“Gumawo, Minwoo-ah.”
Minwoo menepuk pelan pundak Jeongmin. Jeongmin hanya bisa mengangguka dan kembali menatap wajah istrinya yang pucat. Operasi pengambilan peluru semalam benar2 membuatnya takut tridak bisa melihat istrinya lagi.
“Hyejin-ah, ireona. Hari ini kau bertambah usia. Ayo kita rayakan bersama yeobo.”
Jeongmin mempererat genggaman tangannya sambil meringkuk di tepi ranjang. Dia menangis. Dia ingin istrinya segera siuman dan kembali bersamanya. Tiba2 tangan yang digenggamnya bergerak.
“Hyejin-ah, kau sadar?”
“Chagi, aku.. aku..”
“kau dirumah sakit sayang. Semalam kau..ah tidak perlu dibahas, yang penting sekarang kau sembuh.” Jeongmin kembali menitikkakn air mata. Lalu mencium tangan istrinya dan memeluknya pelan.
“Yeobo, saranghae. Sangil chukae Park Hyejin, istriku sayang.”
“Nae, nado saranghae. Terimakasih Jeongmin.”
Hyejin tersenyum melihat Jeongmin. Lalu Jeongmin mendaratkan ciuman lebut di kening Hyejin, turun kehidungnya dan kedua pipinya. Sampai akhirnya, bibir mereka berdua bertaut.
“Jeongmal saranghae, Lee Jeongmin. Selamanya, kau lah hadiah paling indah dari Tuhan untukku.”
“Begitupun aku Hyejin, kau kado paling berharga dari Tuhan.”
Mereka kembali saling berepelukan. Melepas rasa rindu dan rasa ketakutan akan apa yang telah mereka hadapi. Namun kini masalah selesai. Kembali menjalankan hidup normal mereka.

END

Mian yak kalo2 FF saya membosankan, tidak memuaskan. Buat Eunhyuk biased. Mian saya buat dia jd antagonis, hoho hanya fiksi. Terimakasih. Kamsahamnida…
Once again, SAENGIL CHUKAE!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar