PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Minggu, 19 Februari 2012

Fanfic BoyFriend | Twins | OneShot


Title: Twins
Author : Admin
Main cast : jo-twins
Genre : family
Rating : PG



the first fanfic today..


Aku menatap wajah seseorang di hadapanku. Seolah-olah aku sedang berdiri di hadapan sebuah cermin. Wajahnya, tingginya, bentuk tubuhnya, sama sekali tak ada yang berbeda. Tapi tentu saja kami pribadi yang tidak sama. Aku selalu bertanya-tanya mengapa kami harus terlahir kembar? Entahlah, tapi sampai saat ini aku selalu menyesali hal itu.

Apa enaknya terlahir kembar? Kami harus selalu berbagi apa yang kami miliki satu sama lain. Tidak seperti anak-anak normal lainnya, mereka hanya memiliki apa yang mereka mau untuk diri mereka sendiri. Sedangkan kami, kami selalu disamakan dalam segala hal. Aku tidak mau selamanya begini. Aku tidak mau.

“hyung... mengapa kau melamun seperti itu?”

Ah, dia membuyarkan lamunanku. Dia adik kembarku. Namanya jo kwangmin dan aku sendiri jo youngmin.

“ah,,ani! Aku hanya,,,,”

“sudahlah, umma pasti ingin melihat baju yang kita coba ini! Kajja..” dia menarik tangaku menuruni tangga menuju umma kami yang sedang terduduk di ruang tengah.

“lihat umma! Bagaimana? Pantas tidak?” kwangmin berputar-putar di hadapan umma dan menunjukkan jas barunya. Aku hanya berdiri terdiam.

“kalian pantas mengenakan apapun! Anak-anak umma memang tampan!” umma tersenyum sambil berdiri dan mengelus rambut kami berdua.

“pokoknya kalian harus memakai jas ini di hari ulang tahunnya appa kalian, besok!”

“ne, umma! Ah..aku tidak sabar!” kwangmin lagi-lagi berjingkrak kegirangan.

“bagaimana dengan persiapan pestanya umma?” aku menoleh kearah umma.

“ah benar! Umma minta kalian persiapkan dekorasinya dengan baik mulai dari besok pagi ya! Umma mau memasak makanan yang enak-enak!” umma kemudian mencium kening kami dan beranjak pergi.

Aku segera berjalan kembali ke kamar dan melepas jas yang sedang aku pakai. Kwangmin mengikutiku dan duduk di atas tempat tidurku. Aku sebenarnya sebal karena untuk acara besok pun kami harus mengenakan jas yang sama.

“hm,,,besok aku harus bangun pagi! Bangunkan aku ya, hyung!”

“kau bangun saja sendiri!” aku memakai jaket berwarna putih milikku dan segera mendorong kwangmin ke sisi lain tempat tidurku, lalu aku berbaring di atasnya.

“hyung tau kan kalau aku susah bangun pagi!” kwangmin cemberut dan mengganti pakaiannya juga. Aku tidak menjawab pertanyaaannya dan lebih memilih menarik selimutku sampai menutupi kepala.

“yaa..hyung-ah!”

“iya, aku akan membangunkanmu!” aku membuka selimutku sedikit sehingga aku bisa melihat kwangmin naik ke tempat tidurnya yang tepatnya berada di atas tempat tidurku. Ya, kami bahkan satu kamar.

“gomawo~..”

“sudah malam, cepat tidur!”

“selamat tidur” dia terdengar menguap.

“ne...” jawabku singkat.

Aku mulai memejamkan mataku dan mencoba tertidur.

“hyung,,”

Akh, anak ini. Kukira dia sudah benar-benar tidur.

“mwo?”

“mengapa aku deg-degan kalau aku membayangkan pesta besok ya?”

“kau hanya gugup! Itu tidak akan apa-apa,, cepatlah tidur dan jangan bangunkan aku lagi!” aku kembali menarik selimutku sampai menutupi kepala. Mudah-mudahan anak itu tidak menggangguku lagi.

--

Kring.....kring....

Umh,  jam alarmku sudah berbunyi. Tanganku mencoba meraihnya dan segera mematikan bunyi yang membisingkan telinga itu. Aku mengucek mataku dan mencoba bangun. Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan langsung mengambil handuk.

Tunggu. Aku kan sudah janji untuk membangunkan kwangmin. Aku kembali berbalik dan melihat tempat tidur kwangmin, tapi ternyata dia sudah tak ada disana. Dimana anak itu? Kalau dia bangun lebih pagi dari aku, mengapa dia tak membangunkan aku? Huh, lagi-lagi dia menyebalkan.

Aku melanjutkan langkahku menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Setelah aku bersiap, aku segera memacu motorku menuju gedung tempat ulang tahun appaku di rayakan.

Tiba-tiba mesin motornya mati di tengah jalan. Ada apa ini? Motor ini menambah kekesalanku saja. Aku segera membawanya ke pinggir dan segera kuraih handphoneku.

“motorku mogok, ahjussi! Aku minta tolong kau mengambilnya! Ne, biar aku jalan saja, sudah dekat kok!”

Aku langsung memasukkan kembali handphoneku dan berlari kearah gedung. Disana sudah terlihat cukup ramai dan beberapa hiasan telah dipasang. Tanpa basa-basi, aku langsung masuk ke dalam dan mendapati kwangmin sedang berbicara dengan beberapa orang sambil menunjuk kesana kemari. Sepertinya dia mengatur semua ini tanpa meminta pendapatku.

“yaa, kwangmin-ah!” aku berjalan cepat menghampirinya.

“ah, hyung! Kau baru datang... um,,nanti pasang balon juga di pintu masuk ya!” kwangmin masih saja berbicara dengan orang-orang suruhan umma itu.

“maksudmu apa dengan semua ini?”

“apa apanya, hyung? Aku hanya menghias gedung ini untuk appa, bukankah umma bilang begitu kemarin?!” kwangmin menatapku dengan wajah polosnya dan tentu saja itu membuatku kesal.

“bukankah umma menyuruh kita berdua yang melakukannya, BUKAN KAU SENDIRIAN!” aku membentaknya. Dia terlihat sangat terkejut.

“k,,kau tak usah semarah itu hyung! Aku belum membuat apa-apa kok, kita masih bisa mengerjakannya bersama!” kwangmin menatapku. Aku menghela nafas lalu langsung mengambil dus berisi alat-alat untuk menghias dari tangan kwangmin.

Aku membawanya ke sudut yang lebih nyaman dan mulai mengerjakannya sendirian. Kwangmin berjalan pelan menghampiriku.

“kau menyusun bunga-bunga bougenville yang ada di depan saja!”

“t,,tapi aku ingin membantumu hyung!”

“kalau begitu kau yang kerjakan ini!” aku berdiri dan meninggalkannya menuju beberapa buket besar bunga bougenville di pintu depan. Nada bicaraku masih terlihat begitu kesal. Entahlah, tapi memang moodku sedang tidak bagus hari ini.

“ini tolong ditata di sepanjang karpet dari pintu depan ya..” aku meminta kepada salah satu pegawai yang ada disini. Tiba-tiba kulihat kwangmin kembali berdiri di hadapanku.

“aku mau membantu hyung!”

“tidak usah, aku sudah selesai!” aku segera membalikkan badanku dan beranjak pergi.

“tunggu hyung!” kwangmin menarik tanganku. Apa-apaan anak itu? Aku segera mengibaskan tanganku.

Brak..

Ternyata tanganku menyenggol salah satu pot kaca yang ada disini. Ah,,, appa pasti kecewa.

“kau lihat itu? Apa yang akan aku katakan kalau appa melihat ini?” aku menunjuk kearah pecahan pot kaca itu. Benda itu berserakan dimana-mana. Hatiku bertambah kesal.

“t,,tapi hyung,,,,aku hanya....”

“sudahlah.... seharian ini kau terus membuatku kesal! Tinggalkan aku!” aku berjalan masuk ke dalam gedung. Terdengar suara derap langkah kwangmin yang berlari mengikutiku.

“hyung-ah,,,jangan marah begitu! Maafkan aku!” langkahnya semakin dipercepat.

Brak...

Aku berbalik ketika mendengar suara aneh itu. Dihadapanku sudah terlihat hiasan-hiasan yang hancur berantakan. Sepertinya ini perbuatan kwangmin. Dia terlihat sangat panik.

“bodoh! Mengapa kau lakukan ini? Pesta ulang tahun appa itu 3 jam lagi, kau pikir kita bisa menyelesaikannya secepat itu?” aku sudah tak bisa menahan amarahku.

“a,,,aku tidak sengaja hyung! Bagaimana ini?” kwangmin berjongkok dan mencoba merapikan semua. Aku sudah terlalu kesal. Kutendang saja semua barang yang berserakan itu.

“kau ini selalu menyusahkanku... mengapa kau sebodoh ini? Aku tidak mau mempunyai saudara kembar seperti kau! Aku ingin kau tidak ada...., kwangmin-ah!” aku menatapnya. Mungkin kata-kataku terlalu kejam. Tapi akhirnya aku bisa mengatakan semua kekesalan yang selama ini aku rasakan.

Kulihat wajah kwangmin yang hampir menangis. Aku tidak mau melihatnya. Aku sudah tidak kuat berada disini karena semakin lama, amarahku semakin bertambah. Lebih baik aku pulang kerumah dengan cepat. Aku segera berjalan keluar dengan langkah yang bisa kusebut ‘hampir  berlari’. Kucoba mencari motorku tapi tidak ada dimana pun. Ah,,, aku lupa kalau tadi motorku mogok. Terpaksa aku harus berjalan sampai ke rumah.

Hal itu hanya membuat mood ku semakin buruk.

“hyung....hyung-ah..”

Terdengar beberapa teriakan kwangmin samar-samar di belakangku tapi aku tidak menghiraukannya. Hanya rasa kesal yang kurasakan saat menatapnya.

“hyung....”

Ah...telingaku hampir sakit mendengarnya. Aku langsung berlari menyebrangi jalan agar dia tak dapat mengejarku lagi.

“hyung,,,awas!!!!!!”

Teriakannya yang satu itu membuatku menoleh ke belakang. Terlihat kwangmin yang sedang menunjuk satu arah dimana sebuah mobil besar sedang melaju kencang. Akh...bagaimana ini? Kenapa kakiku sama sekali tak dapat digerakkan? Apakah aku harus mati sekarang?

BRAK.....

Mataku terbelalak lebar. Benarkah apa yang aku lihat ini? Kwangmin tergeletak di tengah jalan dengan darah yang bercucuran dari seluruh badannya karena dia mendorongku. Dan akhirnya dia yang tertabrak oleh mobil sialan itu.

“hhh,,,hhy,,hhhyuuu,,ng,,,,,” mulutnya masih terbuka. Aku segera berlari menghampiri tubuhnya dan meletakkannya di pangkuanku.

“kwangmin-ah,,,,,,jangan tutup matamu!!!!!!! Aku akan menolongmu, kwangmin-ah!!!” aku segera mencoba meletakkan tubuhnya di punggungku dan menggendongnya. Aku rasa ada rumah sakit yang tak begitu jauh darisini. Aku segera berlari sekuat tenaga.

Kwangmin. Bertahanlah. Aku tak ingin kau mati. Aku tidak benar-benar ingin kau pergi. Bertahanlah.

Menggendong badanmu yang tidak ringan ini cukup membuatku kesulitan. Tapi aku akan berusaha menolongmu. Ya, aku akan berusaha, kwangmin-ah.

--

“kwangmin.....” umma terus menangis di pelukan appa. Acara ulang tahun appa terpaksa dibatalkan karena berita kecelakaan kwangmin. Aku hanya bisa terduduk di lantai sambil memeluk lututku. Terlalu menyakitkan untuk mengingat kejadian tadi.

Dokter berkata kalau dia akan menyelamatkan kwangmin dengan seluruh kemampuannya. Tapi aku masih tidak bisa tenang. Akh...ada apa ini? Tiba-tiba seluruh tubuhku terasa sakit. Sakit sekali. Akh....

“youngmin-ah..gwaenchanayo?” terdengar suara umma yang ternyata melihatku mengerang.

“seluruh badanku sakit umma....” aku menoleh kearah umma. Umma pun bangun dari kursinya dan duduk bersamaku di lantai. Dia kemudian memelukku.

“jangan-jangan.....hm,,,itu namanya kontak! Anak kembar biasanya bisa saling merasakan satu sama lain, nak. Begitupun dengan kau dan kwangmin...” umma menarik nafas panjang dan melanjutkan ceritanya.

“waktu kalian kecil juga, kau yang terluka tapi kwangmin yang menangis! Kalian hadir di dunia itu untuk saling melengkapi,,, dan umma sangat sayang kalian berdua! Umma tak ingin kehilangan salah satu dari kalian...” umma memelukku lebih erat.

Berarti inilah yang dirasakan oleh kwangmin saat ini. Begitu sakit.. sakit sekali. Maafkan aku kwangmin. Aku ingin kau bertahan hidup. Aku yakin kau bisa mendengarku. Kita hidup di dunia ini untuk saling melengkapi bukan? Jadi, aku bukanlah youngmin tanpa kau. Kumohon...kau pasti bisa bertahan.

Tiba-tiba semua rasa sakit itu menghilang dari tubuhku. Apa yang terjadi?

Brak..

Pintu ruang gawat darurat terbuka dan terlihat seorang dokter keluar dari ruangan itu.

“mianhamnida....” dokter itu berbicara pelan.

Tidak, jangan! Aku tidak sanggup mendengarnya. Aku segera berlari menerobos masuk kedalam ruangan. Tapi langkahku langsung melemah saat melihat tubuh kwangmin yang berbaring diatas tempat tidur.

“kwangmin-ah..... mianhae....mianhae...jangan pergi!!” aku langsung memeluk tubuh kwangmin. Air mataku tak dapat berhenti.

“kau saudaraku...aku membutuhkanmu!” aku mengeratkan pelukanku. Aku benar-benar tak ingin kehilangan adikku ini.

“aku tahu, tapi lepaskan aku! Kau membuatku sesak...”

“hah?” aku terkejut. Itu suara kwangmin. Aku langsung bangun dan menatap wajahnya. Matanya terbuka dan dia tersenyum di balik selang oksigennya.

“kau tidak mati?”

“aku masih muda, aku belum mau mati,hyung!”

“kau ini! Hmm..” aku tersenyum dan mengusap rambutnya pelan.

“aku bangga punya saudara kembar bodoh sepertimu!”








fin~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar