PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Minggu, 15 April 2012

FF | Between Illusion and Real | OneShot


Author : Rizka Aniza


Main cast :
~ Lee Hyerin
~ Jo Youngmin
~ Jo Kwangmin


Genre:
~ Fantasy
~ Romance


Lenght :
~One Shoot

HAPPY READING ㅅㅇㅅ



::HYERIN POV::
Ini adalah hari pertamaku mengunjungi Halmoni di Suncheon. Halmoni dan haraboji pindah ke tempat ini sudah beberapa hari yang lalu, sebelumnya Halmoni dan Haraboji tinggal di Jeju. Karena ini adalah kampung halaman kami dan waktu kecil aku juga tinggal disini. Jadi Halmoni dan Haraboji mengutuskan untuk tinggal disini lagi seperti beberapa tahun yang lalu. Kulihat rumah ini sudah tak seperti dulu. Cat dinding yang terlihat kusam, barang-barang yang sudah berdebu, pintu kayu yang sudah lapuk. Ya begitulah yang bisa aku gambarkan keadaan disini. Tiba-tiba pandanganku tertarik pada sebuah jendela yang ditutupi kain gorden yang usang dengan rapat. Sepertinya aku belum pernah melihat jendela ini. Padahal aku pernah tinggal disini selama bertahun-tahun. Semakin aku melihat jendela ini, semakin besar rasa penasaranku terhadap benda ini. Dengan perlahan aku mulai menyentuh kain gorden ini. Tapi tiba-tiba...

“Hyerin.. Tolong bantu Halmoni membereskan album-album foto ini ya?” Ahh.. Halmoni tiba-tiba mengagetkanku dan menyuruhku mengerjakan sesuatu. Dengan malas aku segera beranjak ke ruang keluarga dan membantu Halmoni.

“Uhmm.. Halmoni, aku ingin menanyakan sesuatu.” Kataku

“Ne.. wae?” balas Halmoni sambil membenarkan letak kacamatanya yang melorot.

“Tadi aku melihat sebuah jendela yang ditutupi kain dengan rapat di ruangan tengah. Sejak kapan jendela itu ada disitu Halmoni?” tanyaku penuh selidik.

“Ah.. itu. Jendela itu sudah bertahun-tahun ada di rumah ini. Mengapa kau tidak tau?” balas Halmoni. Mendengar ucapan Halmoni aku merasa heran. “Sebaiknya kau jangan pernah mendekati jendela itu ya sayang?” kata Halmoni. Aku pun semakin kaget dan penasaran.

“Wae?” kataku dengan penuh keheranan.

“Ah.. pokoknya Halmoni melarangmu. Ara?” kata Halmoni.
::HYERIN POV END::

~~~^^ㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎ^^~~~

::AUTHOR POV::
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tetapi di kamar, Hyerin tidak tidur sama sekali. Dia masih terjaga. Pikirannya tertuju pada jendela yang ditemuinya tadi siang. Semakin dia mencoba untuk tidur semakin besar rasa penasarannya. “Aiish.. ayolah Hyerin. Cobalah untuk tidur. Jangan kau pedulikan benda itu lagi.” Ucapnya pada dirinya sendiri. Dia mulai menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. “Errrggh. Kenapa tidak bisa tidur juga? Ah, mungkin aku harus melihatnya sedikit.” Hyerin langsung beranjak dari ranjangnya dan membuka pintu kamar dengan hati-hati. Setelah berada di depan jendela besar itu dia berdiri berkacak pinggang dan menatap jendela itu. Tangannya mulai meraih kain gorden yang menutupi jendela itu. “Ahh.. tidak ada yang spesial. Ini seperti jendela pada umumnya.” Gumamnya. Rasa penasarannya tidak berakhir sampai begitu saja, dia mencoba membuka jendela tersebut. Namun tiba-tiba terdengar suara dari balik pintu kamar Halmoni dan Haraboji. Hyerin langsung membuka jendela itu dengan cepat dan masuk ke dalamnya.
Tiba-tiba Hyerin terjatuh di balik pohon yang rindang.

“Hahh..? tempat apa ini? Dimana aku?” ucapnya sambil melihat keadaan di sekitarnya. Ternyata Hyerin berada di sebuah taman yang indah. Bunga-bunga bermekaran dan berwarna-warni, yang terdengar kicauan burung yang merdu, pohon-pohon yang rimbun, danau yang indah, rumput hijau yang terbentang luas, dan pelangi membentang indah. Beberapa kali Hyerin mencubit pipinya, dia menyangka kalau dia bermimpi.
::AUTHOR POV END::


::HYERIN POV::
Sebenarnya aku dimana? Aku tak percaya. Ini seperti di alam mimpi. Ah.. mungkin aku harus cuci muka di danau itu. Aku segera mencuci muka di danau itu. Airnya sangat jernih dan segar. Setelah aku mencuci muka. Aku berjalan-jalan di sekitar taman ini dan menghirup udara segar. Sesekali aku berputar-putar dan menari. Rasanya hatiku damai melihat pemandangan disini. Kulihat kupu-kupu yang cantik membuatku tertarik untuk menangkapnya. Aku sudah berusaha menangkapnya tetapi kupu-kupu itu mengelak dari tangannku. Tiba-tiba kupu-kupu itu terbang dan aku pun mengejarnya. Pandanganku terus terfokus terhadap kupu-kupu itu. Namun kupu-kupu itu langsung terbang jauh dan menghilang. Tubuhku terasa lelah karena terus berlari. Ku keluarkan sebuah sapu tangan berwarna merah muda yang kecil ini dari saku celanaku. Segera ku seka keringatku dengan sapu tangan ini. Dengan terengah-engah aku melangkah ke balik pohon yang rindang dan duduk di bawahnya. Sesekali aku mengatur nafasku. Aku langsung membuka sweater dan sapu tanganku  dan menyandar di batang pohon rindang dengan nyaman.Terkadang aku menguap sesekali. Ternyata aku mengantuk. Tidak salah kan jika aku tertidur disini? Jika sudah bangun aku pasti akan pulang. Namun perlahan-lahan mataku mulai terasa berat. Dan aku pun tertidur.

Mataku masih terpejam tapi sebenarnya aku sudah bangun dari tidurku. Aku memegang bibirku. Rasanya aneh, seperti ada yang mengecup bibirku. Tapi siapa? Aku sudah berjanji pada diriku sejak lama, jika ada yang memberiku first kiss maka aku akan menjadikan dia namjachinguku. Sebenarnya siapa yang menciumku tadi? Bagaimana jika yang menciumku adalah seekor kuda? *author ngaco*
“AAAANDWAEE...!!” teriakku sambil mencoba membuka mataku. Tiba-tiba seorang namja tampan, berambut kuning, bertubuh tinggi, dan berbaju putih melambaikan tangannya di depan wajahku. Wajahnya mendekati wajahku. Astaga siapa dia? Apa dia yang menciumku tadi? Omona! Dia seperti malaikat. Apa aku sekarang ada di surga. Ah.. tidak. aku ada di tempat ini karena jendela tua itu. Dia terus melambaikan tangannya di depan wajahku, aku masih melongo tanpa berkedip sama sekali saat melihat wajahnya. Lalu aku berkedip tiga kali dan menutup mulutku yang ternganga. Dia pun menghentikan lambaian tangannya di depan wajahku.

“Nuguya?” ucap kami serentak.

“Seharusnya aku yang menanyakan padamu.” Katanya sambil berdiri. Akupun segera bangkit dari tempat dudukku semula.

Kulihat di punggungnya terdapat sayap yang indah. Omona! Sebenarnya siapa dia? Apa dia benar-benar malaikat sungguhan?

“Ah.. aku harus buru-buru. Ada yang masih aku kerjakan. Sampai jumpa.” Katanya sambil tersenyum manis ke arahku. Lalu dia terbang.


“Heii.. tungguu..!!”teriakku. Aku segera mengambil sweater dan sapu tanganku yang kuletakkan di dekat posisiku saat duduk tadi. Tapi yang kutemukan hanya sweaternya. Aku tidak menemukan dimana sapu tangan itu. Aku tidak mempedulikan sapu tangan itu. Aku langsung berlari mengejar namja yang bersayap itu. Dengan kencang aku berlari dan pandanganku tak lepas dari punggungnya.

Namun perlahan-lahan bayangannya hilang dari pandanganku. Segera kuperlambat langkahku untuk mengejarnya. Sejenak aku hentikan langkahku. Aku membungkuk dan memegang dadaku sambil terengah-engah. Huhh.. rasanya aku sesak nafas. Aku pun berbalik arah dan tiba-tiba...

“Haii..!!” seorang namja mengagetkanku.

“huuaaaa...” teriakku ketakutan. Lalu dia menutup mulutku dan aku mencoba melepaskannya. Akhirnya diapun melepaskannya.

“Sssstt... jangan berisik.” Katanya sambil menaruh jari telunjuknya di bibirnya. Omona! Dia manis sekaliii.. Eh, tunggu-tunggu. Sepertinya aku mengenalnya.

“Uhm.. bukannya kau yang ada di balik pohon saat aku tertidur tadi? Tapi kenapa rambutmu berubah warna?” tanyaku.
“Hahahaa.. itu bukan aku.” Katanya sambil tertawa lepas. Sungguh aneh. Padahal wajahnya sangat mirip. Apa di tempat ini semua makhluknya wajahnya hampir serupa? Kulihat di punggungnya juga terdapat sayap yang sama persis seperti namja yang kutemui sebelumnya. “Kenalkan. Aku Jo Kwangmin.” Katanya sambil menyodorkan tangannya dan tersenyum lucu.

“Aku Lee Hyerin.” Balasku menjabat tangannya.

“Dan aku Jo Youngmin.” Tiba-tiba namja yang berambut kuning tadi terbang dengan sayapnya ke arah kami.

“Ka..kka..kkaau. yang tadi bukan?” Kataku terbata-bata.

“Ne.. mianhe.. aku meninggalkanmu tadi.” Balasnya.

“Kalian kembar?” tanyaku heran.

“Ya..” jawab keduanya.

“Kalian siapa?” tanyaku penuh selidik. Namun keduanya hanya bertatapan.

“Harusnya kami yang menanyakan kau itu siapa.” kata Kwangmin.

“Ohh.. begitu ya. Aku Lee Hyerin. Dan aku seorang manusia.”jelasku.

“Mwo! Manusia?” kata mereka serempak dengan penuh keheranan.

“Ne..” ucapku.

“Seumur hidup kami belum pernah bertemu dengan manusia.” Kata Youngmin dan matanya berbinar-binar.

“Kalian ini siapa?” tanyaku lagi.

“Kami adalah peri. Biasanya peri-peri lain memanggil kami Peri Jo Twins. Ini adalah Kerajaan Gairy. Seluruh penghuni Gairy di penuhi oleh peri-peri contohnya seperti kami. Kami tinggal di balik bukit itu. Kalau kau mau kau boleh ikut kami ke istana. Tenang saja, raja tak akan marah jika kami membawa manusia.” Jelas Kwangmin sambil menyodorkan jempolnya.

“Ya.. ikutlah dengan kami. Kami senang bisa mendapat teman baru sepertimu.” Kata Youngmin dengan puppy eyesnya.
Aku mulai tertarik untuk mencoba tawaran mereka. Tetapi mau bagaimana lagi, aku harus pulang. Pasti aku meninggalkan rumah sudah berjam-jam. Yang aku takutkan Halmoni pasti mencariku.

“Uhm.. mianhe Peri Jo Twins. Sebenarnya aku mau ikut dengan kalian, tetapi aku harus pulang sekarang. Bagaimana kalau besok aku kesini lagi? Eottoke?” kataku dengan semangat.

“Baiklah.. kau harus janji ya?” kata Peri Kwangmin sambil menyodorkan jari kelingkingnya dan akupun melingkarkan jari kelingkingku padanya. Begitu juga dengan Peri Youngmin.

“Ya, aku janji. Aku harus pergi sekarang. Dadaaahh...” kataku ramah sambil melambaikan tanganku dan merekapun membalasnya.

Aku langsung bergegas pergi dan meninggalkan peri Jo Twins. Dengan kencang aku berlari ke tempatku terjatuh beberapa saat yang lalu. Disekitar tempat itu kutemukan akar-akar  kecil dan menjalar. Kurasa ini jalan keluarnya. Aku segera masuk ke dalam akar itu. Dan akhirnya aku berhasil masuk ke dalam rumah. Kulihat jam masih menunjukkan jam 12 malam. Aku terheran ketika melihat jam itu. Padahal rasanya aku sudah berjam-jam meninggalkan rumah. Ku tutup kembali kain gorden ini dengan rapat. Dengan mengendap-endap aku berjalan menuju kamar.


Setelah masuk ke kamar aku langsung menenggelamkan tubuhku di dalam selimut. Aku masih memikirkan hal tadi. Aku masih memegang bibirku. Apakah dia? Apakah Peri Youngmin yang menciumku?
Apa aku akan menjadikannya namjachinguku? Oh. Astaga! Dunia kami berbeda. Ini mustahil bagiku. Bagaimana ini? Waktuku disini hanya 4 hari. Aku harus pulang ke seoul 3 hari lagi. Ini waktu yang sangat singkat bagiku.

~~~^^ㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎ^^~~~

Keesokan harinya aku pergi ke tempat itu lagi. Dan yang pasti tanpa sepengetahuan Halmoni dan Haraboji. Peri Jo Twins telah menungguku di sebuah pohon. Mereka bermain-main sambil berayun-ayun di batang pohon sambil menungguku. Kulihat peri Youngmin tidak bersikap aneh padaku sedikitpun. Aneh, pikirku. Padahal dia sudah menciumku. Apa dia tidak malu sedikitpun padaku?

“Nah, sekarang kita mau kemana?”tanyaku.

“Ayo ikut kami.” Kata mereka. Peri Youngmin memegang tangan kananku dan Peri Kwangmin memegang tangan kiriku. Dan merekapun membawaku terbang. Aku tak percaya, baru kali ini aku terbang. Walaupun bukan dengan sayapku tapi aku sangat senang. Apalagi bersama dengan dua namja tampan ini. Ternyata pemandangan dari atas terlihat lebih indah. Aku terus memandangi seluruh bentang alam di Gairy dengan mata yang berbinar-binar. Tiba-tiba mereka mulai mempercepat laju terbang mereka.

“Wuuuaaaaaaaaahhhh...” teriakku ketakutan.

“Wae?” tanya Youngmin. Kulihat rambutnya beterbangan. Hahaha lucu juga.

“jangan kencang-kencang dooong...!!” teriakku.

“Ah. Ne.” Kata Kwangmin sambil memperlambat laju terbangnya.

“Nah.. sudah sampai.” Kata Youngmin dan Kwangmin sambil mendarat di rerumputan.

“Wooww..!!” ucapku.

Mataku terbelalak ketika melihat pemandangan disini. Pemandangan disini jauh lebih indah. Seperti di surga. Aku berlari-lari di antara bunga-bunga yang indah ini. Peri Jo Twins hanya tersenyum melihat kelakuanku. Maklum saja, aku baru pertama kalinya melihat pemandangan seindah ini. Peri Kwangmin tiba-tiba menjambak rambut panjangku dengan pelan. Saat aku menoleh ke arahnya Peri Kwangmin menjulurkan lidahnya padaku dan lari. Segera aku mengejarnya dengan dengan sekuat tenaga. Dengan secepat mungkin aku berlari mengejarnya dan akupun berhasil meraih pundaknya. Dan tiba-tiba aku kakiku menyandung sebuah akar pohon dan akupun terjatuh. Kwangmin berusaha menangkapku tetapi tak berhasil dan akhirnya kami terjatuh berdua. Aku jatuh jatuh tepat di dadanya. Kami saling bertatapan. Dia menatapku dengan lekat-lekat dan penuh arti. Akupun menatapnya juga. Wajahnya sangat tampan, matanya, hidungnya, bibirnya, aku sampai-sampai tak berkedip sama sekali. Omona! Apa aku menyukainya? Tiba-tiba jantungku berdegup dengan cepat.

“Heii.. detak jantungmu sangat cepat. Apa jangan-jangan kau menyukaiku ya?” tanyanya disertai senyum yang menggoda.

“Tidak.” Jawabku berbohong.

“Auuh.. bisa lepaskan aku sekarang? Tubuhmu berat sekali.” Katanya. Dengan segera aku bangun dan langsung berdiri. Wajahku mulai memerah pada saat itu juga.

“Eheemm...” terdengar suara seseorang yang berdeham. Astaga! Itu Youngmin. Ternyata dia sudah melihat kejadian tadi. “Wah.. ternyata kalian sedang bermesraan.” Katanya sambil melipat tangannya di dada dan tubuhnya menyandar di batang pohon.

“Aaa..aniyo. ya kan Kwangmin?” kataku sambil menggeleng-gelengkan kepala. Namun Kwangmin hanya diam dan tersenyum-senyum. Aku lalu menginjak kakinya sedikit dan berbisik. “Ayolah. Katakan padanya. Nanti dia akan berburuk sangka pada kita.” Tetapi dia tak mau. Sungguh menyebalkan.

~~~^^ㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎ^^~~~

Aku terduduk di ruang keluarga. Halmoni dan Haraboji sedang pergi dan aku disuruh untuk menjaga rumah ini. Dengan lemas aku berjalan ke ruang tv dan meraih sebuah remote dan merebahkan diri di sofa. Akupun mencari channel yang menarik untuk ku tonton. Entah kenapa pikiranku tidak tertuju pada pada acara tv yang sedang aku tonton. Aku terus memikirkan Peri Kwangmin. Kejadian tadi sungguh diluar dugaanku. Apa aku menyukainya? Padahal aku akan menjadikan Peri Youngmin sebagai namjachinguku. Walaupun aku tidak menyukai peri Youngmin, tetapi aku harus tetap pada pendirian. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menjadikan namja yang sudah memberiku first kiss sebagai namjachinguku. Ah, bagaimana hubungan kami nanti? Apa manusia dan peri bisa berhubungan dengan baik? lagian Ini sudah hari kedua aku berada disini. Berarti dua hari lagi aku akan meninggalkan tempat ini. Astaga! Sungguh waktu yang singkat untukku. Pokoknya aku harus menjadikannya namjachinguku besok. Tetapi hatiku tetap ragu untuk rencana ini. Kenapa harus Peri Youngmin? Harusnya yang menciumku waktu itu Peri Kwangmin. Pikiranku semakin kacau rasanya. Ahh.. rasanya kepalaku semakin nyeri memikirkan hal ini. Sebaiknya aku tidur saja.

~~~^^ㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎ^^~~~

Aku mengunjungi Gairy lagi. Ini ketiga kalinya. Hari ini penampilanku agak berbeda. Aku sengaja berpenampilan seperti ini agar Peri Youngmin mau menerimaku. Kulihat tak ada seorangpun yang menungguku di sini. Kemana mereka? Aku tetap menunggu sambil duduk di bawah pohon. Beberapa kali aku menguap. Hoaam.. rasanya ngantuk sekali. Kulihat di sekitar sini tak ada orang satupun. Namun aku tetap menunggu disini. Dan beberapa saat kemudian aku mengantuk dan tertidur. Tapi tiba-tiba ada sesuatu yang aneh. Kali ini kejadiannya sama persis seperti waktu itu. Ada seseorang yang mencium bibirku lagi. Dan ciuman ini terasa sama seperti saat itu. Aku pikir aku sedang bermimpi. Tetapi kecupan ini seperti nyata. Aku terus memegang bibirku sambil berpikir. Kudengar ada suara seperti hentakan kaki seseorang, dan lama-lama hentakan kakinya semakin pelan dan menjauh dan akhirnya suara itu menghilang. Aku langsung membuka mata dan mengejar dimana arah suara itu. Ahh.. ini pasti Youngmiin.

“Youngmiiiin.... odieso?” teriakku sambil mencarinya di balik-balik pohon. Tetapi tak kutemukan juga. Sekali lagi aku memanggil namanya tetapi tetap tak ada jawaban darinya. Akupun kembali ke pohon itu lagi dengan langkah yang gontai dan nafasku terengah-engah. Dan tiba-tiba Peri Kwangmin datang dari arah depan dengan sayap indahnya.

“Annyeong..”sapanya ramah dan tersenyum ke arahku.

“Annyeong..” balasku tak kalah ramah. Uwoo..! semakin hari dia semakin tampan dan senyumnya membuatku deg-degan.

“Hari ini kau cantik sekali..” ucapnya. Astaga!! Barusan apa yang dibilangnya? Rasanya aku mau pingsan sekarang.

“Gomawo Kwangmin. Kau juga semakin tampan. Ups.” Tiba-tiba saja kata-kata itu keluar dari mulutku. Dengan segera aku langsung menutup mulutku.

“Hahahaa.. itu sudah pasti.” Ucapnya bangga.

“ngomong-ngomong Youngmin dimana ya? Sepertinya tadi aku melihatnya di sekitar sini.” Tanyaku sambil melihat kanan dan kiri.

“Ntah lah.. aku juga tak melihatnya. Tadi dia pergi begitu saja.” Ucapnya sambil mengangkat bahunya. “Ayo ikut aku” katanya sambil menggendongku dan kamipun terbang bersama. Aku terus menatap wajahnya, rambutnya yang terbang tertiup angin semakin membuatku tak henti menatapnya. Dia terus melihat ke arah depan dan fokus. Jika dia tidak fokus bisa-bisa kami menabrak pohon besar dan terjatuh. Aku terus menatapnya.

“Sudah puaskah kau menatapku seperti itu?” celetuknya. Omona! Dia memergokiku.

“Ne..” dengan tenang aku menjawabnya, padahal rasanya jantungku mau copot saat itu juga. “Kita mau kemana?” tanyaku.

“Sudahlah.. ayo ikut aku.” Jawabnya. Dan akupun mengangguk mengerti.

Tak beberapa lama kami segera turun. Dan Peri Kwangmin mengajakku di suatu tempat. Tempat itu sangat sejuk dan nyaman. Kulihat ada sebuah meja yang di atasnya ditata oleh makanan yang lezat.

“Kau pasti lapar karena menunggu kami. Makanlah!” ucapnya dengan senyuman yang lembut.

“Bagaimana kau tau? Ya sudah ayo kita makan.” Seruku. Kamipun makan bersama dengan lahapnya. Peri Kwangmin menatapku terus, tetapi aku terus melahap makanan ini. Tiba-tiba Peri Kwangmin memegang bibirku dengan lembut. Hah! Aku langsung melongo melihat aksinya itu.

“Kalau makan pelan-pelan. Lihatlah di sekitar mulutmu belepotan makanan.” Katanya sambil terus mengusap bibirku.

“Ada yang ingin aku bicarakan pada kalian. Karena Peri Youngmin tidak ada disini, maka aku bicarakan saja padamu.” Ucapku.

“Ya, bicaralah. Aku akan mendengarkannya.”

“Lusa aku sudah tidak bisa mengunjungi kalian lagi, besok adalah hari terakhirku berada di rumah Halmoni. Aku harus pulang ke Seoul untuk melanjutkan sekolahku dan fokus dengan pelajaran. Aku sangat sedih dengan hal ini. Apalagi Youngmin sekarang tak ada disini untuk kita bisa habiskan waktu bersama.” Kataku dengan wajah yang lesu.

“Mwo!! Jinca?” matanya membesar dan ekspresinya terkejut saat aku mengatakan hal itu. Namun perlahan ekspresinya berubah seperti orang yang kecewa.

“Ya. Bagaimana rasanya jadi peri? Pasti sungguh asyik. Andaikan aku jadi peri dan memiliki sayap seperti kalian dan tinggal di Gairy. Pasti kita sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama-sama.”

“Apakah kau mau jadi peri?”

“Sebenarnya sih aku mau. Tetapi aku tidak sanggup meninggalkan keluargaku. Apa kalian punya keluarga?”kataku sambil  meneguk jus apel.

“Dulu kami punya. Tetapi sekarang tidak. Orang tua kami tewas saat menyelamatkan Gairy yang waktu itu dalam genggaman penyihir jahat. Saat ini keluargaku hanya saudara kembarku itu, Jo Youngmin.” Katanya. Aku kaget mendengar perkataannya. Sungguh malang nasib mereka.

“Jincayo?” mataku terbelalak.

“Ya begitu lah.”

“Sebenarnya ada yang ingin aku katakan pada Peri Youngmin hari ini, tapi dia tidak datang.”

“Wae?” tanya Peri Kwangmin sambil melahap sandwichnya.

“Tapi kau janji tidak akan bilang ke Peri Youngmin tentang hal ini. Ara?” kataku sambil menyipitkan mata.

“Ne. Arasseo!” ucapnya disertai anggukan.

“Sebenarnya hari ini aku akan menyatakan cintaku pada Peri Youngmin”. Ucapku. Kulihat Peri Kwangmin langsung membelalakkan matanya saat aku mengatakan hal itu. “Dia pernah memberiku first kiss, aku sudah berjanji pada diriku sendiri jika ada seorang namja yang memberiku first kiss maka aku akan menjadikannya namjachinguku. Waktu itu aku sedang tertidur di bawah pohon, namun tiba-tiba ada seseorang yang mengecup bibirku. Dan saat aku membuka mata Peri Youngmin sudah ada di depanku.” Jelasku.

“Apa kau mencintainya?” tanya Peri Kwangmin.

“Tidak.” Jelasku. “Seharusnya dia ada disini agar aku bisa mengatakan hal ini. Ya, walaupun nantinya hubungan kami cuma satu hari, hari ini dan besok. Kurasa itu sudah menepati janjiku pada diriku.” Aku segera beranjak dari kursi dan berdiri sambil melipat tangan di dada.

“Lalu kau mencintai siapa?” Peri Kwangmin berdiri di hadapanku.

“Aku mencintaimu..” ucapku pelan.

“Jadi, kalau misalnya yang memberimu first kiss itu adalah aku. Apa kau akan menjadikannya namjachingumu?” tanya Peri Kwangmin lagi. Namun tubuhnya mulai mendekatiku.

“Maksudmu?” aku tidak mengerti apa yang dikatakan namja ini.

“Ya. Sebenarnya yang menciummu waktu itu adalah aku. Waktu itu aku sedang berjalan-jalan di sekitar danau. Kulihat ada seorang yeoja cantik sedang tertidur pulas. Akupun menatap wajahnya lekat-lekat. Semakin aku menatapnya semakin besar rasa sukaku padanya. Tanpa berfikir panjang aku langsung menciumnya. Tiba-tiba yeoja cantik itu mulai terbangun dan memegang bibirnya. Dengan cepat aku terbang ke balik pohon untuk bersembunyi. Tak lama kemudian Youngmin datang dan melihatmu dan membangunkanmu. Kurasa kau salah orang.”  Spontan aku langsung kaget dengan ucapannya. Astaga! Sulit kupercaya. Ternyata orang itu adalah Peri Kwangmin.

“Kka..kkaau..?” rasanya lidahku sulit untuk digerakkan karena mendengar hal itu.

“Ne~ sebenarnya yang menciummu tadi juga aku.” Katanya dengan senyum yang menggoda. “Aku yang merencanakan ini semua. Aku menyuruh Youngmin tidak datang hari ini. Karena aku hanya ingin menghabiskan waktuku hari ini hanya denganmu. Ini semua sudah kurencanakan. Mian, kau pasti merasa tertipu.” Ucapnya.
“Jadi ini semua ulahmu?” tanyaku sambil membelalakkan mata.

“Ya.. jadi apakah kau mau menjadi yeojachinguku?” Peri Kwangmin memegang kedua tanganku.

“Ya~”ucapku malu-malu.

“sungguh?” Dia mulai mengangkat kedua tanganku lebih tinggi.

“Ya.”jawabku singkat. Lalu peri Kwangmin mencium kedua tanganku dengan lembut.

“Ada yang ingin aku berikan padamu.” Ucapnya.

“Apa?”tanyaku. Peri Kwangmin mengeluarkan sebuah liontin cantik berbentuk kupu-kupu dengan sayap yang indah dari sebuah kantong berwarna merah. Lalu dia memakaikannya di leherku.

“Nah.. anggaplah ini sayap. Aku memberikanmu agar kau bisa terbang bersamaku. Walaupun bukan sayap sungguhan. Kuharap kau menyukainya. Maaf, karena aku tidak bisa memberimu sayap sungguhan. Karena jika aku memberimu sayap sungguhan aku takut kau akan pergi terbang dengan sayapmu dan meninggalkanku demi namja lain. Maka jika kau tidak memiliki sayap, kau tidak bisa terbang jika tidak bersamaku. Karna hanya akulah sayapmu. Kau tidak bisa terbang tanpaku.” Aku hanya terpaku dan tidak bisa berkata apa-apa. “Nah, ada yang ingin aku beri lagi padamu.” Kata Peri Kwangmin sambil menyodorkan sebuah sapu tangan kecil berwarna merah muda yang sangat tak asing bagiku.

“Ohh.. jadi kau yang mengambilnya. Pantas saja.” Aku segera meraih sapu tangan itu.

Perlahan dia mulai mendekati tubuhku. Dia terus menatapku dengan tatapan penuh arti dan lekat-lekat. Dadaku rasanya berdegup-degup semakin cepat seolah ada sesuatu yang ingin meledak saat itu juga. Aku membalas tatapannya juga. Tanpa terasa wajahnya sudah berjarak  satu senti dengan wajahku. Omona !apa yang harus kulakukan? Tiba-tiba sebuah kecupan manis mendarat di bibirku. Akupun membalas ciumannya itu.

“Saranghe Hyerin..” kata Peri Kwangmin dengan senyuman khasnya yang lembut itu.

“Nado saranghe..” balasku.

“Prokk..prokk..prokk...” tiba-tiba terdengar suara seseorang yang bertepuk tangan. Kami segera menoleh ke arah suara itu berasal. Ternyata Peri Youngmin berdiri sambil menyenderkan tubuhnya di batang pohon. “Ahh.. Chukkae..chukkae..” katanya.

“Kau?” Kataku.

“Ya. Dari tadi aku disini memperhatikan kalian. Apa kalian tidak tau?” katanya sambil tersenyum-senyum. “Ya sudah. Lanjutkanlah. Ada yang ingin aku kerjakan.” Katanya. Peri Youngmin langsung pergi terbang dengan sayap indahnya meninggalkan kami.

“Kwangmin-ah. Apa hubungan kita akan berjalan dengan baik?” tanyaku.

“Ya..”

“Kau yakin? Besok adalah hari terakhirku disini. Mungkin aku akan berkunjung kesini setelah dua atau tiga bulan lagi.”

“Ya. Aku yakin. Aku pasti menunggumu datang setiap saat. Tenang saja, aku tidak selingkuh disini.” Balasnya sambil mengelus-elus rambutku.

“Gomawo Kwangmin-ah..”

“Cheonma Hyerin-ah.” Dia lalu mengecup keningku. “Ayo ikut aku..!! kajja” katanya sambil menggendongku dan kamipun terbang dengan sayap indah yang dimilikinya.

Kami mengunjungi tempat-tempat indah di Gairy. Puluhan kali aku mengucapkan kata “wow” untuk mengekspresikan kekagumanku pada tempat-tempat indah disini. Sungguh, tempat ini bagaikan surga. Andai saja di Seoul ada tempat sebagus ini. Tak terasa hari sudah mulai gelap. Saatnya aku harus pulang. Peri Kwangmin mengantarku ke akar-akar pohon yang biasanya adalah pintu keluar dari Gairy sekaligus pemisah antara dunia nyata dan dunia ilusi.

~~~^^ㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎ^^~~~

Aku duduk di ayunan halaman belakang rumah Halmoni Sambil mendengarkan musik dari ipodku. Sesekali aku tersenyum memikirkan kejadian tadi. Sungguh diluar dugaan. Andaikan aku jadi peri. Ohh andwe! Aku masih ingin menikmati hidup di dunia nyata. Sesekali aku menepuk dahiku. Tapi kenapa ya ini semua bisa terjadi padaku? Ini gila, benar-benar gila. Apa jadinya jika aku mengatakan kalau aku sedang berpacaran dengan peri di depan teman-teman, keluarga, dan orang lain? Pasti aku dianggap orang gila. Tapi ini memang benar-benar terjadi pada diriku. Awalnya dulu aku tidak mempercayai adanya peri atau semacamnya, tapi semua itu terbukti. Tiba-tiba Halmoni datang dan membawa sepiring kue.

“Ayo dimakan, ini Halmoni buat khusus untukmu sayang.” Kata Halmoni sambil mengelus rambut panjangku dengan lembut.

“Kamsahamnida Halmoni.” Aku segera memeluk Halmoni dengan lembut.

“Cucu Halmoni semakin lama sudah semakin besar rupanya. Lihatlah tinggimu sudah melewati tinggi Halmoni. Ohya, Halmoni mau ke dapur dulu ya. Takut kimchi yang sedang Halmoni masak akan hangus.” Halmoni mengecup keningku lalu beranjak pergi menuju dapur.

~~~^^ㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎ^^~~~

Ini adalah hari keempat dan hari terakhir aku akan mengunjungi tempat yang bagaikan surga ini. Peri Jo twins menungguku seperti biasa sambil duduk dan bercanda di bawah pohon.

“Annyeong..” sapaku ramah pada mereka.

“Annyeong chagiya..!!” balas Peri Kwangmin.

“Hahh?? Jangan panggil aku seperti itu di depan Peri Youngmin. Aku malu.” Aku memukul dadanya.

“Ahh.. Gwaenchana..” kata Peri Youngmin dengan santai.

“Uhm.. mungkin ini hari terakhirku bisa bersama kalian. Aku minta maaf pada kalian. Sebenarnya aku masih ingin tetap bisa bermain-main bersama kalian di Gairy. Tetapi waktuku sangat mendesak. Mungkin aku akan kesini lagi setelah dua atau tiga bulan kemudian.” Jelasku dengan tampang yang lesu.

“Jinca?” Peri Youngmin terkejut akan hal itu.

“Ne..” kataku. Kukeluarkan tiga buah gelang dan kuberikan kepada mereka. “Ini, pakailah! Ini adalah tanda persahabatan kita bertiga. Ara?  Jaga gelang ini baik-baik ya? Gelang ini akan menghubungkan kita bertiga.” Kataku.

“Heii apa kau menganggapku sahabat juga? Kitakan sudah resmi berpacaran.” Celetuk Peri Kwangmin.

“Aniyo.. kau tetap aku anggap sebagai namjachinguku. Ini khusus untukmu..” aku segera mengeluarkan sebuah music box dari tas kecilku dan memberikan kepanya. Kulihat matanya berbinar-binar saat membuka music box itu. “Kau suka?” tanyaku.

“Ne..” jawabnya. “ingat. Kalung pemberianku juga harus kau jaga ya?”

“Itu pasti.” Ucapku sambil menyodorkan jempolku.

Tiba-tiba Peri Kwangmin menggendongku dan membawaku terbang. Inilah hari terakhirku bisa terbang bersamanya. Aku tidak akan melewati momen seperti ini. Peri Youngmin juga ikut bersama kami dan dia terbang tepat di belakang kami. Kami mengunjungi tempat yang tak kalah indah dari yang kemarin. Seharian kami bermain dan bercanda disini. Dan sesekali Peri Kwangmin memelukku. Omona! Ah lagian ini juga hari terakhirku disini.

Tak terasa matahari di Gairy sudah bersembunyi di kaki langit. Aku kecewa dengan hal ini, mengapa begitu cepat waktu berlalu. Peri Jo Twins mengantarku ke tempat biasa yang tak salah lagi adalah pemisah antara dunia ilusi dan dunia nyata.

“Kwangmin-ah.. sudah waktunya aku pulang. Sudah saatnya aku kembali ke dunia nyata. Kau harus jaga dirimu baik-baik. Ara?”

“Ya aku tau. Tetapi kau harus menepati janjimu padaku. Kau tidak boleh selingkuh disana. Aku akan tetap menunggumu sampai kapanpun.” Ucapnya sambil mengecup keningku. Tanpa kusadari mataku meleleh mendengar ucapannya. “Ulji ma.” Katanya sambil menyeka air mataku.

“Ne..” aku mengangguk mengerti dan menyeka air mataku.

“Ijinkan aku menciummu untuk yang terakhir kalinya!” ucapnya. Lalu Peri Kwangmin mengecup bibirku dengan lembut.

“Kwangmin-ah..”

“Mwoya?”

“Saranghe.”

“Nado saranghe. Kau harus tepati janjimu ya?”

“Ne..”

Dengan berat hati aku melangkah meninggalkan mereka. Mereka melambaikan tangan mereka dengan pelan. Kulihat namjachinguku itu mulai menitikkan air matanya. Dengan segera aku berlari memeluknya untuk yang terakhir kalinya.

~~~^^ㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎㅎ^^~~~

Aku sudah pulang ke rumahku di seoul sejak dua hari yang lalu. Ini adalah hari pertamaku sekolah. Hari ini aku terlambat. Aku berlari sekuat tenaga dan semampuku. Sepuluh menit lagi pelajaran dimulai. Namun tiba-tiba aku menabrak seorang namja yang berpakaian seragam sekolah sepertiku dan liontin pemberian Peri Kwangmin yang kupakai jatuh karena kejadian tadi. Akupun terjatuh juga. Aku terduduk sambil memegang lututku dan meringis kesakitan. Lalu namja itu  mengambil kalung pemberian Peri Kwangmin yang terjatuh itu. Tangannya memakai gelang yang sangat tak asing bagiku.

“Sudah kubilang. Jaga kalung ini baik-baik.” Suaranya sungguh aku kenali, dengan cepat aku mendongakkan wajahku dan melihat ke arahnya. Spontan aku kaget setengah mati. Wajah namja ini sangat mirip dengan peri Kwangmin. Omona apa aku bermimpi?

“Ka..kau..?” ucapku terbata-bata.

“Jo Kwangmin.” Katanya sambil tersenyum dan menunjukkan gelang yang dipakainya. Dengan segera aku memelukknya. Diapun membalas pelukanku dengan hangat.

“Ini sungguh kau?” aku mencubit-cubit pipinya.

“Ya.. aduuh sakitt..” teriaknya. Diapun mencubit pipiku juga.

“Bagaimana bisa?”tanyaku

“Aku meminta Raja Peri Gairy untuk menjadikanku manusia seutuhnya.”

“Jinca?” kataku dengan semangat. Aku memeluknya lagi dengan erat-erat. “Lalu bagaimana dengan Youngmin?” tanyaku.

“Tentu saja dia juga menjadi manusia.” Katanya dengan raut wajah yang bahagia.

“Jinca? Sekarang dimana dia?”

“Aku disini..” teriak seseorang yang berada di belakangku.

“Kajja.. sebentar lagi pelajaran dimulai.” Kataku sambil menarik tangan mereka. Dan kamipun berjalan bertiga ke sekolah.
Tak kusangka. Banyak sekali kejadian aneh yang menimpaku. Ini bukan mimpi atau khayalanku. Ini nyata. Sekarang Peri itu sudah menjadi manusia seutuhnya. Dan akhirnya hubunganku dengan Kwangmin berjalan dengan baik. Youngminpun sudah memiliki yeojachingu yang satu sekolah dengan kami.

END~

NB: Jeongmal gomawo buat yang uda baca!! Don’t be silence readers ya? Jangan lupa buat like n comentnya. Oh ya, mian kalo FF ku ini gaje n jelek. Hehehe. *ppyong*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar