PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Senin, 16 April 2012

FF | A Love to Kill | Chapter 2


Title : A Love To Kill
Author : admin yul seperti biasa
cast : lee hyuna, park min ah, all of member boyfriend.
Genre : horror. romance      
Rating : semua umur mungkin.




First Blood




Aku berjalan kesebuah ruangan lain di dalam kamar itu dan langsung bercermin sambil mengusap semua keringatku dengan sebuah sapu tangan. Tiba-tiba kulihat sebuah bekas berwarna kemerah-merahan di leherku. Tanda itu berbentuk seperti...... telapak tangan.

----------------


Min Ah POV.

“min ah... gwaenchanayo?” tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu di belakangku. Aku mencoba untuk mencuci bekas telapak tangan itu, tapi ternyata sulit. Aku langsung mengancingkan kerahku sampai batas leher agar bisa menutupinya dan segera keluar dari kamar mandi tersebut.

“minwoo?” tanyaku saat mendapati minwoo yang berdiri di depan pintu kamar mandi.

“nae... aku menghawatirkanmu karena tadi kudengar kau berteriak..” jawabnya sambil mengusap rambutku. Aku melihat kearah hyuna yang terus tertunduk. Dia pasti marah melihatku bermesraan seperti ini dengan minwoo.

“eh? kenapa kau mengancingkan kerahmu? Jelek loh..” minwoo menarik kancing kerahku dan hendak membukanya. Aku langsung panik dan segera mencegah tangannya.

“andwae chagiya...” seruku. Minwoo langsung bengong melihatku.

“waeyo?” tanyanya.

“ani... hanya...ada sebuah luka..” jawabku ragu. Minwoo mengerutkan alisnya.

“aku ingin lihat..” dia langsung menarik kerahku. Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi.

“mana? Tidak ada..” ucapnya. Aku segera mengeluarkan sebuah cermin kecil dari dalam saku rokku dan melihatnya. Benar. tidak ada bekas sama sekali. Kemana perginya bekas itu.

“sebaiknya... kalian segera pulang...” ucap hyuna tiba-tiba dengan mata yang sendu.

“ah... nae.. mianhae hyuna..” minwoo menundukkan kepalanya, begitupun dengan aku.

“besok... aku akan sekolah seperti biasa” hyuna mengangkat wajahnya sambil tersenyum. senyum yang sedikit berbeda di mataku. Dia bukan hyuna.


--

Hyuna POV.

Aku melangkah gontai di antara koridor sekolah. Rasanya begitu menyakitkan untuk kembali ke kelas itu. entah mengapa. Lagipula, hatiku belum siap untuk menyaksikan kemesraan min ah dengan minwoo lebih lama lagi.

“hyuna!!” teriak seseorang. Aku segera menoleh ke belakang dan mendapati jeongmin sedang berlari kearahku sambil melambaikan tangannya.

“jeongmin oppa..” ucapku lemah.

“nae... kau sudah merasa sehat? Mau kuantar sampai ke kelas?”

“ani... aku baik-baik saja oppa.. tidak usah menghawatirkan aku!” jawabku ketus. Kulihat dia langsung cemberut.

“baiklah.. jika itu maumu! Tapi kalau kau butuh aku, kau panggil saja ya.. kelasku di lantai 3..” dia tersenyum sambil langsung berlari meninggalkanku. Aku hanya mengangguk kecil sebelum akhirnya dia menghilang dari pandanganku.

Aku menoleh ke sebelah kiri dan mendapati pintu kelasku sudah berada tepat di sampingku. Secepat ini? Bukankah aku harus melewati 1 koridor lagi? Tapi.. yah sudahlah..

“annyeong..” sapaku. Terlihat wajah teman-temanku seperti biasa.

Aku berjalan menuju sebuah kursi kosong yang sudah beberapa hari ini aku tinggalkan. Aku cukup merindukannya.

“annyeong hyuna..” min ah menaruh tasnya di samping mejaku sambil tersenyum. aku membalasnya dengan sebuah senyuman kecil yang terasa amat berat.

“kita kedatangan guru baru..” bisik youngmin yang juga duduk di sisiku yang lain. Aku menoleh kearahnya.

“guru?” tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku.

“ya..mm... maksudku wali kelas..” tambahnya. Aku hanya mengangguk kecil sambil mengeluarkan beberapa catatanku dan mempersiapkan pelajaran untuk hari ini.

Author POV.

“annyeong~” sapa minwoo saat memasuki pintu kelas sambil menyunggingkan senyum manisnya. Hyuna melirik sejenak tapi kemudian dia menundukkan kepalanya kembali. Terlalu menyakitkan baginya untuk menatap minwoo.

“good morning~” sapa seseorang setelah itu.

Deg.

Jantung hyuna tiba-tiba berdegup dengan kencang. Dia langsung mengangkat wajahnya dan menatap seorang namja dewasa yang tengah berdiri di depan kelas. Namja itu menaikkan kacamatanya sambil tersenyum.

“i’m your new english teacher.. my name is...”

“KIM DONGHYUN!!!” teriak hyuna tiba-tiba dan membuat seluruh isi kelas menjadi hening.

“yes.. umm.... my name is kim donghyun and.. what is your name?” tanya donghyun sambil menatap hyuna. Hyuna tersadar dan melihat kesana kemari. Dia sedikit merasa aneh karena dia tiba-tiba meneriakkan nama guru barunya itu.

“my name is.... lee hyuna...” jawab hyuna pelan sambil menenangkan kembali fikirannya.

“how do you know my name?” tanya donghyun lagi sambil berjalan pelan menghampiri meja hyuna.

“i... i don’t know..” hyuna menggeleng pelan sambil memegang kepalanya yang sedikit terasa berat. Donghyun mengerutkan alisnya.

“ah.. it’s ok... maybe you’ve heard it before..” donghyun tersenyum kemudian kembali ke mejanya dan memulai pelajarannya.

--

Minwoo POV.

“aku merasa... aku harus mengatakan ini kepadamu chagiya..” ucap min ah yang kini sedang menyandarkan kepalanya di bahuku. Kami berdua menikmati saat-saat ini seperti biasa di atap.

“mwo? Apa yang ingin kau katakan?” tanyaku sambil mengusap rambutnya yang terurai sebahu.

“sebenarnya.... hyuna sama denganku...”

“sama? Apanya yang sama?” aku mengerutkan alisku sambil menatapnya.

“dia... mempunyai perasaan spesial kepadamu... tapi kau malah bersamaku! Entahlah.. tapi aku merasa sangat bersalah kepadanya, aku telah banyak membuat kesalahan..” min ah bangun dan menatapku sambil memegang bahuku.

Aku terdiam sejenak. Sebenarnya aku tau bagaimana perasaan hyuna, dan aku juga,,, sangat menyayanginya. Tapi aku tidak dapat membayangkan bagaimana perasaan youngmin dan kwangmin, jeongmin hyung, juga semua namja yang menyukai hyuna, jika aku pacaran dengannya.

“aku sudah memilikimu.. jadi kufikir, ini semua akan baik-baik saja.. karena aku hanya menyayangimu”

“kau tidak menyukai hyuna? Tapi dia pasti sangat merasa patah hati chagiya...”

“mungkin lebih baik dia patah hati... daripada aku harus menyakiti hatimu.. saranghae” aku membelai pipi min ah sambil mengecupnya perlahan.

--

Min Ah POV.

“min ah...” teriak seseorang di sampingku. Aku menoleh dan mendapati youngmin memberiku secarik kertas.

“ini hasil ulangan minggu lalu, kau harus ikut ulangan lagi...” tambahnya.

Aku melihat kertas itu dan mendapati angka 55 yang bercetak tebal dengan spidol berwarna merah. Aku memang sedikit lemah dalam pelajaran matematika.

“hari ini juga?” tanyaku. Youngmin hanya mengangguk.

“aish.. berarti aku harus pulang malam..” aku menepuk dahiku. Sudah kuduga akan jadi seperti ini. Sekarang saja waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan kelas tambahan masih belum bubar.

“chagiya..” sapaku sambil beringsut ke samping meja minwoo yang sedang mendengarkan iPodnya.

“boleh aku tau nilai matematikamu?”

“ah.. nae...” dia mengambil sebuah kertas di atas meja dan menyerahkannya kepadaku. kulihat angka 80 tertera diatasnya. Huft... nilainya bagus. dia pasti tidak mungkin ikut ulangan perbaikan itu.

Aku menyimpan kertas itu kembali diatas meja lalu beranjak ke kursiku. Aku menoleh kearah hyuna yang terus menundukkan wajahnya. Dia itu gadis yang pintar. Aku percaya kalau nilainya kali ini pasti sempurna.

Waktu sudah semakin larut. Tinggal beberapa siswa saja yang berada di kelas termasuk aku. Kami sedang mengerjakan ulangan perbaikan sesuai janji. Kwangmin duduk di sebelahku menggantikan hyuna yang tidak ikut ulangan ini. Kuarahkan pandanganku keluar jendela dan melihat kabut yang sangat tebal di luar sana.

Langit sudah terlihat gelap dan suasana begitu sepi. Aku menyerahkan kertas ulanganku ke meja guru yang ada di depan setelah mengerjakan semuanya. Aku pun segera beranjak dari kelas ini untuk pulang ke rumahku. Tunggu. Aku harus pulang sendiri? Baiklah, untuk saat ini aku harus memberanikan diriku.

Tiba-tiba kulihat seseorang sedang berjalan di depanku. Aku hafal sosok itu, sepertinya itu hyuna. Untuk apa dia malam-malam masih berada di sekolah?

“hyuna!!” teriakku memanggilnya. Dia tak menoleh sama sekali. Aku langsung berlari mengejar sosoknya itu dari belakang.

Entah mengapa langkahnya itu terasa lebih cepat dari lariku.

“hyuna!!” teriakku lagi. Tanganku hampir meraih punggungnya. Semakin dekat. Tapi aku baru sadar kalau di koridor ini hanya terdengar suara langkah sepatuku saja. Aku langsung menghentikan langkahku dan sosok hyuna menghilang begitu saja dari pandanganku. Tunggu. Mungkin aku hanya mengantuk.

Aku segera berbelok kearah toilet yang tak jauh dari koridor tadi. Aku menghampiri wastafel dan mencuci mukaku, semoga saja dapat menghilangkan rasa kantuk ini.

“hhh...” desahan nafasku terdengar menggema di ruangan kosong ini. Memang tidak ada siapa-siapa dan tak akan mungkin ada siapa-siapa. Aku menatap diriku di cermin dan merapikan rambutku yang sedikit tidak beraturan. Aku tersenyum kecil setelah mendapati semuanya rapi di cermin itu. tiba-tiba kulihat ada darah yang mengalir dari kepalaku. Darah merah pekat yang begitu kental mengalir begitu saja. Tanganku langsung mengusap wajahku dan melihatnya, tak ada darah sedikitpun. Tapi di cermin itu terlihat berbeda. Semakin lama darah itu semakin mengalir dengan deras bahkan membanjiri wajahku.

Aku ingin berteriak, tapi suaraku tidak keluar sama sekali. Tunggu. Tolong. Bagaimana ini? Kakiku seperti terkunci. Begitu menyeramkannya pemandangan yang ada di cermin itu. rambutku terlihat rontok dan mataku berjatuhan, lalu kepalaku terbelah begitu saja.

Aku tidak tahan lagi melihatnya. Aku tidak mau melihatnya. Wajahku semakin hancur, darah dimana-mana. Nafasku tak teratur dan jantungku berdetak dengan kencang.

INI ADALAH WAKTUNYA.....

Seru sebuah bisikkan aneh yang menusuk sampai ke jantungku. Tiba-tiba mahluk yang sudah tak berupa itu perlahan-lahan keluar dari cermin dan menghampiriku. Aku ingin berlari. Aku ingin berlari. Tapi tubuhku kaku.

Tangannya yang hanya tinggal tulang berwarna putih ke merah-merahan itu meraih leherku. Wajah itu, begitu dekat. Tolong aku. Aku takut.... tangan kanannya terangkat dan bergerak menuju wajahku. Jari telunjuknya mengarah ke mataku. Tunggu, apa yang akan dia lakukan?

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA................................................”


--

“AAAAAAAAAAAAAAA................” teriak hyuna sambil membuka matanya secara paksa. Dia terbangun dari tidurnya yang cukup lelap. Dilihatnya jam dinding yang menunjukkan waktu tepat tengah malam.

Keringat dingin mengalir membasahi tengkuknya dan nafasnya masih tidak beraturan. Di kepalanya masih terngiang mimpi buruk yang baru saja dia alami. Dia kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil segelas air putih yang ada di samping tempat tidurnya itu lalu menenggaknya sampai habis.

Sejenak dia menoleh kearah cermin di sampingnya dan dia cukup terkejut. dia mendapati bekas luka yang melingkar di lehernya sedikit mengeluarkan darah.

“ada apa ini?” gumamnya pelan.




To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar