PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Senin, 16 April 2012

FF | The name I Loved | OneShot


Untuk kesekian kalinya, saya balik lagi bawa ff pesenan(lagi) dari dongsaeng saya yang punya account fb ‘tya iswan nurmauliddiani’. Dan korban ff saya kali ini adalah …. *jeng jeng* si minu minu yang imut bagaikan marmut,, bagaikan lolipop yang siap di emut *abaikan==’*.. entah ini kali keberapa , si minu jadi korban di ff saya.. ff ini sesuai dengan pengalaman first love saya .. hahahaha.. *ga penting*..yasudinlah .. daripada banyak cingcong kaya folder musik temen saya yang dikasih nama wacingcong*?* silahkan baca ff nya.. ^^
n/b : untuk ‘SILENT READERS’ yang sudah mendarah daging jadi sifat tiap baca ff orang, saya doakan, semoga ff nya dihargai, di like, di koment, jangan sampe ff nya bernasib kaya ff saya yang reviewnya dikit T,T *ngumpet di belakang youngmin*.

R/R

Tittle : The Name I Loved
Author : Okky Oktavia
Rating : G
Genre : Romance, AU
Length : OneShot
Cast : Han Ha In (Tya Iswan Nurmauliddiani), No MinWoo, Park HyoSun, Jo KwangMin, etc
Backsong : Onew – The Name I Loved


--

tangan gemetar. Kenangan cinta datang kembali padaku. Sekarang, aku tidak ingin menyangkal kamu lagi. Tapi aku tahu bahwa tak peduli seberapa dekat kita. Aku tahu aku tidak bisa mencintai kamu. Aku tidak bisa berhenti memikirkan kamu. Menunggumu sangatlah sulit. Aku tidak bisa mempertahankan ini. Cinta ini sudah tidak dapat dipenuhi. Nama yang ku cinta. Sebelum menjadi lebih dan lebih jauh. Seperti aku menyebutnya. Sekarang, aku menulis namamu dan aku ingin menyimpannya di dalam hatiku. Aku tidak bisa mencintai orang lain selain kamu. Aku menyadari itu sekarang. Bahkan cinta yang tidak tercapai masih dikenal sebagai cinta. Saat sendiri aku tidak bisa menangani perasaan cinta yang datang kepadaku. Bahkan aku tidak bisa memulai ini. Aku hanya bisa merindukanmu dan membuatmu tetap dalam hatiku. Kamu hanya aroma yang tersisa di sudut hatiku yang dingin. Ribuan kali aku ingat, saat pertama ketika kamu berjalan ke arahku, pergi mengambil sudut hatiku bersamamu. (onew - The name I loved)

--

“hyosun-a, besok hari minggu kan ? kau jadi main ke rumahku ?” tanya ha in pada teman sebangkunya yang sedang mengotak-ngatik handphone nya. Hyosun menoleh kearah ha in, “mwo ? kau bagaimana sih .. kita ke rumahmu bukan untuk main ha in-ah .. untuk tugas .. ingat !” kata hyosun so’ bijak. “ne, nona park .. arraseo anak pintar …. ==’..” hyosun tersenyum puas, “bagus kalau kau mengerti miss Han”. Ha in hanya bisa mengerucutkan bibirnya karena ulah teman sebangkunya yang so’ itu. Tapi walaupun begitu, mereka itu adalah sahabat sejati selamanya. *haha*

--

>minggu
Ha in dan hyosun mengerjakan tugas kelompok yang diberikan seosaengnim di teras rumah Ha in. sebenarnya hanya hyosun yang mengerjakan tugas itu. Ha in hanya membantu ala kadarnya saja.
Han Ha in, memang tipikal yeoja yang agak malas, namun ia sangat ceria, ia tidak akan menampakkan kesedihannya, kesusahannya dihadapan teman temannya. Biasanya, kalau ha in sedang sedih, dia akan menghibur diri sendiri dengan cara menertawakan diri sendiri yang bodoh karena terjebak dalam suatu kesedihan. Kadang, teman-teman ha in, terutama hyosun yang telah mendapat predikat sahabat ha in sejak smp, merasa sangat khawatir pada ha in. karena, walaupun ha in sedih, dia masih bisa membuat orang lain disekitarnya tertawa akibat ulahnya yang lucu.
“setidaknya, aku ini tamu, jadi perlakukan aku sebagai tamu …” celetuk hyosun. Otak ha in belum bisa mencerna kata kata hyosun yang belibet. “ah .. maksudmu ? sudahlah .. bisa tidak kau berbicara langsung ke intinya ?” kata ha in dengan senyum khasnya. “aku haus ha in sayang …!” kata hyosun dengan sedikit penekanan. “mwo ? kau mau minum ? baiklah .. tapi, satu syaratnya !”
“mwo ? aku kan hanya minta minum saja … baik.. apa syaratnya ?” tanya hyosun.
“jangan memanggilku sayang !” ha in melenggangkan kakinya masuk ke rumah dan mengambil 2 gelas dan 1 botol air putih dingin.
“ini .. minum .. baru begitu saja kau mau minum .. dasar unta arab =3” masih saja ha in bisa mengejek temannya yang serius mengerjakan tugas. Hyosun hanya mengangguk-ngangguk tidak jelas menanggapi perkataan ha in.
“ya .. selesai …” ujar hyosun puas. Ha in hanya duduk bersandar di tembok sambil mengotak ngatik handphone nya yang sepi tiada berdering, bahkan lebih sepi dari kuburan. “ha in-ah .. itu siapa ? aku merasakan daritadi dia memerhatikan kita ?” tanya hyosun yang penasaran pada 2 namja yang sedang memerhatikan mereka di rumah seberang rumah ha in. “oh .. dia tetanggaku … minwoo dan saudara sepupunya, kwangmin.. mereka sagat jutek.. eh bukan .. hanya minwoo, si pendek yang jutek..mereka sekolah di seoul performing arts seoul, sekolah sebelah sekolah kita ..” jelas ha in. mulut hyosun hanya membentuk sebuah huruf ‘o’.

--

Keesokan harinya

Ha in sedang berjalan menuju sekolahnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Tiba-tiba ha in merasakan ada makhluk tuhan yang diberi nama namja yang sedang berjalan disampingnya. Ha in menoleh kearah namja itu. Namja itu pun menoleh ke arah ha in dan tersenyum manis, tidak biasanya. Ini keajaiban ! minwoo tersenyum kepada ha in ! ini harus dilaporkan ke museum rekor korea!. “anyeong ha in ^^” sapa minwoo.
“he .. annyeong minwoo-ssi..” ha in membalas sapaan minwoo.
“ha in-ah .. panggil aku oppa saja , otte ?”
“ah .. ne .. oppa ….” Kata ha in. mereka masih berjalan menuju sekolah, sebenarnya masih agak jauh. Jadi mereka memanfaatkan momen ini untuk mengobrol.
“ha in..” panggil minwoo
“ne ?”
“emm.. kita kan sudah tetanggaan sudah lama, aku mau minta nomor ponselmu..” ha in cengo *plakk*, bicara seresmi itu hanya untuk meminta nomor ponsel ha in ? si minwoo yang terkenal juteknya seantero korea ini meminta nomor ponsel ha in ? catat ! ini harus dilaporkan.*plakkdorr*
Ha in merogoh saku baju sekolahnya dan memberikan hp nya pada minwoo. “oppa catat saja nomor ponselmu di hp ku ..” minwoo tersenyum. Ha in merasa aneh dengan minwoo yang seperti ini. Benar benar bukan minwoo yang biasanya.
-flashback-
3 tahun lalu, waktu ha in baru pindah ke daerah tempat sekarang ia tinggal, ha in langsung pergi menempati rumah barunya bersama keluarganya. Lalu setelah selesai menata rumah, semua anggota keluarga ha in da juga ha in tentunya, mengunjungi tetangga barunya.
Keluarga ha in masuk ke rumah tetangganya itu setelah mendapat ijin dari yang punya rumah. Mereka duduk di ruang tamu dan berkenalan satu sama lain. Karena ha in bosan, ha in keluar dari rumah tetangganya itu dan duduk di ayunan yang terdapat di halaman rumah tetangganya. Ha in melihat seorang namja sedang memainkan gitar di dekat kolam kecil di rumah tetangganya itu. Ha in mendekati namja itu. “annyeong, nan han ha in imnida, aku tetangga barumu .” ha in memperkenalkan dirinya. Namja itu menoleh dan langsung memamerkan smirk nya pada ha in. “no minwoo” kata namja itu lalu kembali fokus bermain gitar. Ha in menjauhi minwoo dan duduk kembali di ayunan, menunggu keluarganya keluar dari rumah minwoo.
-flashback end-

Sikap jutek minwoo berlangsung sampai kemarin, dan sekarang ? sikap minwoo pada ha in berupah total!. Sebenarnya ada apa ? hati ha in bertanya tanya. Namun ha in juga senang karena bisa berangkat bersama dengan namja yang sangat disukainya, bahkan ha in sangat mencintainya. Minwoo si namja dingin nan jutek itu bersikap dingin pada ha in selama tiga tahun terakhir, dan sekarang ia berubah total bagaikan power rangers. Ha in sudah mencintai minwoo sejak pertama kali melihat minwoo. Cinta pada pandangan pertama. Namun ha in tidak pernah menunjukan perasaannya pada siapapun tanpa terkecuali. Hanya ia dan tuhan yang tahu perasaannya.
“ah .. kita berpisah disini …” kata minwoo. “ah .. ne … annyeong oppa …” ha in hendak melangkahkan kakinya kedalam sekolah, namun tangan minwoo memegang pergelangan tangan ha in. “ne ?” tanya ha in. minwoo melepaskan tangannya yang memegang tangan ha in. “ah .. aniyo .. nanti pulang bareng ya ?” tawar minwoo. Ha in terpaku di tempatnya. Minwoo melambai-lambaikan tangannya di depan wajah ha in. “kau tidak mau ya ..?” tanya minwoo dengan nada sedikit kecewa. “ah .. aniyo ,, aku mau ko’ … kau jangan mengambil kesimpulan sendiri …” jelas ha in. minwoo pun tersenyum. Lalu mereka berpisah dan memasuki sekolah masing-masing.
--
Di sekolah

Ha in masuk ke kelasnya dengan senyum manis yang menempel di wajahnya. Ha in tersenyum bukan karena mengingat minwoo, tapi itulah yang selalu dilakukan  ha in jika masuk ke sekolah. Sewaktu jam pelajaran dimulai, ha in memerhatikan pelajaran dengan fokus, nah itu baru ha in yang lain dari biasanya. Ketika istirahat pun ha in hanya diam di kelas dan menyalin tulisan mr. park di papan tuis yang belum sempat ia tulis.
Jam pelajaran berakhir, ha in memasukan bukunya kedalam tas selempangnya. “ha in, aku pulang duluan ya, aku harus menemani eomma ku belanja ..” kata hyosun, “ne, pulanglah..” jawab ha in.hyosun mengerutkan dahi nya, tidak seperti biasanya ha in begini.

Ha in berjalan di koridor yang sudah sepi. Ia terus berjalan sampai halte bis terdekat dari sekolahnya. Ia menunggu bis yang tak kunjung datang. Lalu ha in memutuskan duduk di halte. Ha in tidak terlalu memikirkan minwoo yang mengajaknya pulang bersama. Ha in pikir minwoo hanya mempermainkannya. Ha in menoleh ke arah kiri melihat apakah ada bis yang akan lewat, tapi yang ha in lihat adalah seorang  namja yang berlari ke arahnya. Namja yang tidak asing bagi ha in. ha in menyipitkan matanya, “minwoo ?” gumam ha in. dan ternyata benar, namja yang berlari itu minwoo. Minwoo sampai di halte dimana ha in duduk dan minwoo ikut duduk disebelah ha in. minwoo terlihat sedang mengatur nafasnya yang tersenggal senggal karena berlari. “ya, kenapa kau meninggalkan ku ? kan sudah kubilang kita pulang bersama..” kata minwoo. “mwo ? mianhae, aku lupa..” jawab ha in. “kau sedang menunggu bus ?” tanya minwoo sambil menatap ha in.
“emm.. ne, ya, kau tidak perlu menatapku seperti itu.. apa ada yang aneh di wajahku ?”
“aniyo, ha in-ah .. lebih baik kita berjalan saja ? bagaimana ? aku ingin lebih lama bersamamu..”
“ne ?”
“aa.. aniyo, kajja kita pulang” kata minwoo sambil menarik tangan ha in dan mengajaknya pulang. Mereka berjalan menelusuri trotoar yang sudah sepi. Minwoo tetap memegang tangan ha in, dan ha in tidak menolak. Selama perjalanan, mereka hanya diam. Tidak ada yang memberanikan diri untuk berbicara duluan. Minwoo mengantarkan ha in sampai ke depan pagar rumahnya. Lalu minwoo kembali ke rumahnya yang ada di depan rumah ha in setelah pamitan pada ha in.

-sabtu malam, 18.00kst-
Ha in sedang belajar dan mempersiapkan buku pelajaran untuk hari senin. ‘dddrrrrttttt ddrrrrtttttt ddddrrrttttt’ ha in meraih ponselnya dan membuka pesan yang masuk.
Annyeong ha in, ini aku, minwoo. Apa kau ada waktu sekarang ? kalau kau ada waktu, keluarlah sekarang dan temani aku jalan-jalan .. bagaimana ?
Ha in tersenyum manis dan langsung bersolek seadanya. Ha in memakai celana jeans panjang berwarna putih dan memakai baju berlengan pendek berwarna cokelat yang ditutupinya dengan jaket. Ha in keluar kamar dan meminta ijin kepada umma nya. Setelah mendapat ijin, ha in langsung keluar, karena takut minwoo terlalu lama menunggunya.
Di depan rumah, ha in sudah ditunggu minwoo. “mianhae, kau sudah lama menunggu..”ha in merasa agak bersalah. “gwenchana .. lagipula aku tidak menunggu terlalu lama..” kata minwoo sambil tersenyum manis. “kajja, kita pergi..”ajak minwoo. Ha In mengikuti minwoo di belakang. Ha in lupa membawa sarung tangan, karena tangannya kedinginan, ha in memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya. Minwoo melihat itu langsung meraih tangan ha in dan menggenggamnya dengan tangannya dan memasukan tangannya dan tangan ha in kedalam saku jaket minwoo. “bagaimana ? tanganmu sudah hangat ?”tanya minwoo. “ne, gomawo”balas ha in.
Ha in dan minwoo sampai di taman kota yang luas dan dipenuhi orang orang yang sedang bersama pasangannya. Minwoo menemukan bangku yang kosong dan mengajak ha in duduk di bangku  itu. Mereka berdua duduk di bangku itu, menatap langit yang penuh bintang, benar-benar malam yang cerah(?). “eng.. sebenarnya, kenapa kau mengajakku kesini ?” ha in bertanya tentang kebingungannya minwoo mengajaknya kesini, ia tidak yakin minwoo mengajaknya kesini hanya untuk jalan-jalan, pasti ada maksud lain.
Minwoo menatap ha in lekat-lekat. Minwoo tersenyum pada ha in, namun itu tidak menjawab pertanyaan ha in tadi. “ya..! jawab aku …!” seru ha in.
“emm.. ha in… nan… naneun joahae … eng tidak, lebih dari itu… saranghaeyo ha in ..” ha in terkejut dengan pernyataan minwoo. “mwo ? apa aku tidak salah dengar ?” tanya ha in tidak yakin. Minwoo tersenyum dan menarik ha in kedalam pelukannya. “jadi, mulai saat ini kau adalah yeojachingu ku ! arraseo..!” minwoo menegaskan kepada ha in dan mengeratkan pelukannya.

--

Hubungan minwoo dan ha in berjalan dengan lancar. Tidak ada keributan selama mereka menjalin hubungan. Tidak ada kecurigaan pada lawan pasangannya. Mereka berangkat sekolah bersama, pulang sekolah bersama, dan juga minwoo suka membantu ha In bila ada tugas sekolah yang terlampau sulit, begitupula sebaliknya.

3 bulan kemudian

Hari ini ha in tidak pergi sekolah bersama minwoo karena sekolah minwoo sedang mengadakan camping 3 hari yang lalu sampai lusa, hari rabu. Ha in pergi sekolah sendiri seperti kebiasaannya dulu sebelum ia jadian dengan minwoo. Ha in melenggangkan kakinya ke sekolah dengan malas. Ia mempunyai firasat tidak enak. Tapi ha in tetap melangkahkan kakinya, karena ia tidak mau bolos sekolah hanya karena masalah perasaan.

-Di sekolah-

Ha in duduk disamping hyosun yang sedang menatap handphone nya dengan tatapan bingung. “hyosun-a ? kenapa kau pagi-pagi sudah bingung seperti itu ?” tanya ha in yang heran dengan sikap sahabatnya pagi itu. “eh .. gwenchanayo .. aku hanya bingung.. aku tidak tahu ini nomor handphone siapa, tapi dari 3 hari yang lalu, nomor ini selalu menghubungiku tanpa memberitahu dia siapa, dan dia terus terusan mengatakan ‘sarangaheyo’ padaku..” jelas hyosun.
“aah.. mungkin itu penggemar rahasiamu .. wajar saja, kau kan sudah cantik, pintar lagi .. iya kan ? coba kulihat, mungkin aku tahu itu nomor siapa” ha in mengambil handphone hyosun. Ha in langsung melihat nomor yang tidak dikenal yang tertera di handphone hyosun. Ha in merasa familiar dengan nomor itu. Ha in langsung mengecek nomor itu di handphone nya, dan…….
“emm.. ha in, bagaimana ? kau tahu itu nomor siapa ?” tanya hyosun penuh harap
“em.. aniyo ,, aku tidak tahu ….” Jawab ha in dengan ekspresi yang berlawanan dengan perkataannya.

Saat pelajaran dimulai, ha in kembali ke ha in yang dulu, ha in yang selalu tidak fokus pada pelajaran. Ha in yang jarang memerhatikan guru yang sedang menerangkan pelajarannya di depan kelas. Namun satu yang tampak berbeda pada diri ha in, ha in sedikit murung pada hari itu. Teman-teman kelas ha in awalnya hanya mengira ha in hanya sedang bosan dengan pelajaran hari itu, tapi ha in murung sampai pulang sekolah. Karena khawatir, hyosun menawarkan dirinya untuk pulang bersama ha in. “aniyo, tidak usah, aku tidak mau merepotkan orang lain” itulah jawaban ha in yang dilontarkan pada hyosun, lalu ha in pergi meninggalkan hyosun yang masih terdiam ditempatnya.

-rumah-
Setelah sampai di rumah dan memberi salam pada eomma nya, ha in masuk ke kamarnya dan menangis di dalam kamarnya. Ha in menangis sejadi-jadinya. Untung kamar ha in kedap suara, jadi ia bisa menangis dan melepas bebannya dengan berteriak teriak di kamar, namun beban pada dirinya, beban pada hatinya itu terlalu berat dan tidak  mungkin selesai dengan teriakan yang keluar dari mulutnya. Kalau semua masalah bisa diselesaikan dengan berteriak, maka pastilah dunia ini akan penuh dengan teriakan-teriakan manusia yang sedang dijejali masalah masalah, terutama masalah hati, seperti keadaan ha in sekarang.
Ha in meraih handphone nya yang ia letakkan di meja belajar. Ha in membuka phonebook, mencari satu kontak, dan setelah menemukannya, ha in menghapus kontak itu. Setelah menghapusnya, ha in kembali melanjutkan acara menangisnya yang tertunda.
Ha in menangis terlalu lama dan itu membuat matanya sembab, mata ha in juga sedikit bengkak karena lamanya ia menangis. Untung saja seminggu kedepan ha in libur dan hari seninnya langsung dilaksanakan ujian semester.

--

Minwoo baru kembali dari lokasi camping. Ia sangat kelelahan. Minwoo pulang kerumah bersama kwangmin, karena memang kwangmin, saudara sepupunya itu, tinggal serumah dengan minwoo. Mereka berdua sangat kelelahan dan memutuskan untuk membersihkan diri dan langsung merebahkan tubuh mereka di tempat tidur masing masing. Minwoo dan kwangmin tidur sekamar. Di kamar minwoo dan kwangmin terdapat loteng yang terbuka dan hanya dibatasi oleh pagar yang tingginya sepinggang. *bayangin kamar di asrama di dorama jepang, hana kimi*. Minwoo tidur di bawah dan kwangmin tidur di atas.
Minwoo melepaskan handpone nya yang terhubung dengan charger. Ia menekan beberapa digit angka yang sudah sangat ia hafal lalu menekan tombol ‘call’. Agak lama minwoo menempelkan handphone di telinganya. Namun yang dihubungi tak kunjung mengangkat panggilan dari minwoo. ‘aa.., mungkin dia sudah tidur.. lagipula ini sudah lumayan malam..’ pikir minwoo dan langsung merebahkan tubuhnya ke kasur dan memejamkan matanya, beralih dari dunia nyata ke dunia mimpi yang membuatnya melayang.

-ha in pov-
Dasar tidak tahu malu.. masih saja berani menghubungiku setelah apa yang ia lakukan dibelakangku.. cih.. aku membencinya! Kenapa cinta pertamaku berkesan sangat buruk … tuhan, kalau begini caranya aku tidak mau mengenal ciptaanmu yang diberi nama namja itu…
Aku harus tidur dan besok harus bangun pagi-pagi dan lagsung lari pagi untuk menghilangkan semua beban yang tertumpuk di dalam hatiku.
Aku memejamkan mataku dan berdoa kepada tuhan agar aku tidak memimpikan namja sialan itu.

-author pov-
Ha in bangun pagi-pagi sekali, sekitar jam 5 pagi dan langsung mandi menghiraukan rasa dingin yang menjalar diseluruh tubuhnya. Ha in keluar dari kamar mandi jam 05.30 langsung memakai pakaian olah raga nya dan langsung keluar rumah setelah meneguk segelas susu hangat yang disediakan eomma nya. Itu agak sedikit membuat tubuh ha in sedikit menghangat.
Ha in berlari mengitari daerah rumahnya dan ha in terus berlari, tidak terasa ia sudah sampai di taman kota. Ha in duduk di salah satu dari banyaknya kursi yang kosong. Ha in mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada dibawah pohon besar yang sangat rindang. Nafas ha in masih belum stabil karena berlari. Ha in duduk dengan tangan menumpu pada lutut dan kepala menghadap kebawah. “ini.. kau pasti haus..” suara seorang namja membuat ha in mendongkakkan kepalanya. Lalu ha in berdiri, nafas ha in sudah agak stabil dan langsung berlari kembali. Mengacuhkan namja yang menawarinya minum. Mengacuhkan namja yang sedang sangat ingin ha in lupakan. Mengacuhkan namja yang mengatakan ‘saranghaeyo’ pada sahabatnya sendiri.
Namja itu, namja yang juga memakai pakaian olahraganya, namja yang wajahnya dipenuhi oleh keringat hanya bisa menunduk lesu. Lalu duduk di kursi dimana ha in duduk tadi.

-minwoo pov-
Ya tuhan.. kenapa ha in seperti itu ? apa salahku padanya… kenapa dia sangat mengacuhkanku ? tidak mengangkat teleponku semalam, dan sekarang ? mengacuhkanku ? astaga…

-author pov-
Ha in memutuskan untuk berlari kearah rumahnya. Ia merasa telalu kelelahan. Badannya lelah, hatinya pun lebih dari itu. “ha in-ah, chagi, tolong jaga rumah ya, kau bisa kan sayang ? eomma ada arisan di rumah mrs.park..”. “tapi eomma, aku kan …………” ha in belum selesai bicara, eomma nya pergi melesat naik mobil bersama appa nya. Ha in mendengus kesal. Tapi sejenak ha in berpikir, ‘sendiri di rumah ? itu tidak buruk’.
Ha in  masuk kerumah dan mandi membersihkan badannya yang lengket karena keringat. Ha in keluar hanya menggunakan kaos putih berlengan pendek dan celana selutut yang longgar. Ha in membawa setumpuk makanan yang ia bawa dari dalam kulkas. Lalu berjalan menuju ruang tv dan menonton acara yang menarik.
‘ting tong’
Ha in mengerutkan dahinya. ‘eomma sudah pulang ? tumben arisan sebentar .. huh dasar eomma…’.
“eomma, tumben sud…………ah…. Pulang…..” ha in membulatkan matanya melihat siapa yang dilihatnya setelah membuka pintunya. Ha in hendak menutup pintu nya namun namja itu, minwoo, menahan pintunya agar tidak tertutup. Minwoo masuk kedalam rumah ha in tanpa disuruh dan menutup pintu rumah ha in. “kita harus bicara” kata minwoo tegas. “kenapa kita harus bicara ? aku rasa sudah tidak ada apa-apa lagi diantara kita ..? iya kan ? kenapa kita harus bicara? Ahh.. baiklah.. aku belum bicara yang tegas padamu, em ..  baiklah .. aku mau kita putus mulai saat ini!” jelas ha in panjang lebar. Minwoo terkejut, ia tidak menyangka ha in akan berbicara seperti itu. “kau ingin kita begitu ? baiklah kalau itu maumu ..” kata minwoo, “oh.. wajar saja kau tidak marah dan menerima dengan senang hati saat aku meminta putus.. kau kan ingin lebih leluasa untuk menyukai dan mengatakan SARANGHAEYO pada sahabatku! Lakukanlah sepuasmu tuan minwoo!” jelas ha in dengan sedikit penekatan pada kata katanya. “mwo ? kapan aku bilang saranghaeyo pada ahabatmu huh ? ah.. sudah kukira sebelumnya.. ini semua hanya salah paham ..” kata minwoo sambil meletakkan tangan kirinya dipinggangnya dan tangan kanannya memegang keningnya. “sudah selesai bicaranya ? sudah tidak ada yang mau dibicarakan lagi kan ? kau bisa pulang sekarang..” kata ha in dengan maksud mengusir minwoo dari rumahnya. Minwoo keluar dari rumah ha in dan kembali ke rumahnya.

-minwoo pov-
Aish.. ini semua gara-gara kwangmin …. Aigo ,…..
Aku harus menjelaskan semuanya pada ha in, tentang semua kesalah pahaman ini. Dasar kwangmin babo ! kenapa kau mengirim pesan kepada hyosun memakai handphone ku, mana dia bilang saranghaeyo lagi.. aisshh… aku kan yang terkena imbasnya.. bodoh…
Ah.. kurasa aku yang lebih bodoh… hp kwangmin kan rusak, dan akupun mengijinkannya menggunakan hp ku. Tapi, tidak kusangka akan seperti ini …. Aaaaaarrrrggghhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

-author pov-
Ha in putus dengan minwoo, tapi sebenarnya sebab kandasnya hubungan ha in dan minwoo itu, masih belum terlihat jelas. Kesalah pahaman itu mash belum terselesaikan. Baik minwoo ataupun ha in masih tidak bisa saling melupakan.
Minwoo, dia sangat rajin menelepon ha in, tapi ha in tidak pernah mengangkat telepon dari minwoo, karena ia marasa gengsi mengangkat telepon dari minwoo, karena sebenarnya ia masih sangat mencintai minwoo yang ia pikir minwoo telah mengkhianatinya. Seminggu setelah ha in memutuskan secara sepihak hubungannya dengan minwoo, hari-hari ha in terasa hambar tanpa kehadiran minwoo. Hati ha in selalu menyebut nyebut nama minwoo, namun, mulut manis ha in enggan memanggil ataupun menyebut nama minwoo, walaupun minwoo berada dibelakangnya ketika ia berangkat sekolah.
Ha in, ketika ia bangun tidur, nama yang pertama ia ucapkan adalah nama minwoo. ‘aigoo… sepertinya aku benar benar mencntai nama itu, mencintai namja yang bernama no minwoo..’

--

Baik minwoo maupun ha in sudah tidak nyaman karena hari-hari yang biasa diisi oleh keceriaan, sekarang diisi dengan suasana suram yang luar biasa. Minwoo mencoba menelepon kembali ha in dan berharap yeoja itu akan mengangkatnya.
‘klik’
“………………”
“aku ingin kita bertemu, aku tunggu di taman .. sekarang ..”
“……………..”
“gomawo ^^”

@taman
Minwoo sudah duduk manis di bangku kosong. Lalu datang ha in, minwoo langsung berdiri dan langsung memeluk ha in yang baru datang. Ha in yang awalnya kaget tapi langsung membalas pelukan minwoo. “minwoo-ah.. mianhae .. aku tidak peduli kau menyukai ataupun mencintai hyosun, sahabatku.. tapi aku hanya ingin mengatakan padamu, selama kau tidak ada disampingku, hariku terasa hambar,, hanya namamu yang memenuhi hati dan kepalaku .. aku tahu ini salah tapi.. tapi…… hikks….” Ha in mencurahkan seluruh bebannya dipelukan minwoo. Minwoo melepaskan pelukannya, dan menatap ha in, menatap tepat pada matanya. Minwoo mendekatkan wajahnya ke wajah ha in. chu~. Minwoo menempelkan bibirnya ke bibir ha in. “nado, aku juga sama sepertimu.. aku tidak bisa hidup tanpamu… chagi.. sebenarnya yang mengirim pesan pada sahabatmu itu adalah kwangmin, kwangmin memang menyukai sahabatmu pada waktu kau dengannya sedang mengerjakan tugas sekolahmu diteras rumahmu dihari minggu itu, kau ingat ?” ha in mmengangguk. “kwangmin mengirim pesan dan mengatakan itu pada sahabatmu, kwangmin menggunakan hp ku karena hpnya sedang di service.. kau percaya padaku kan ? kalau kau tidak percaya, kau bisa menanyakannya langsung pada kwangmin..” ha in duduk dibangku terdekat(?), minwoo pun ikut duduk. Ha in tersenyum . “aku percaya padamu, mianhae sikapku kemarin-kemarin..”. “ne gwenchana chagi…..” ha in membulatkan matanya tidak percaya. “kau bahkan masih menganggapku yeojachingumu ?” tanya ha in tidak percaya.
“ne chagi………. Lalu kau ingin aku anggap sebagai apa ? istriku ???” minwoo menggerling nakal dan membuat ha in yang akhir akhir ini cemberut menjadi tersenyum. Ha in memukul dada minwoo pelan. “auchh.. appo…” minwoo berpura-pura sakit. “omo.. kau sakit ya oppa?” tanya ha in dan minwoo pun mengangguk. Ha in memeluk minwoo. “sudah sembuh ?” tanya ha in. “aku merasa lebih, bahkan sangat baik dari sebelumnya….” Jawab minwoo, dan membalas pelukan ha in. minwoo dan ha in tersenyum manis karena sangat merasa senang telah mendapatkan tambatan hatinya kembali.


-end-

1 komentar:

  1. Hello kak aku salah satu reader disini. FF disini bagus2 dan berkesan ^_^
    Oiya kak ada yg mau aku tanyain nih. Cek fb ya atau boleh mina email?
    Gamshahamnida

    BalasHapus