PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Minggu, 15 April 2012

FF | A Reason Why I Love You | Chapter 2 (ending)


Title                             : A Reason Why I Love You [End]
Author                         : Siska Sri Wulandari
Cast                             : No Minwoo [Boyfriend]
                                  : Shin Ri Young
                                  : Junhyung [Beast]
                                  : Gong Chan [B1A4]
                                  : Kim Hye Ri
Special Appearance       : Choi Minho [Shinee]
Genre                         : Sad, Romance,
Length                        : twoshoot
--- 


*Ri Young POV*
Meski kau bilang kau tidak akan datang, aku akan tetap menunggumu.
Meski kau bilang kau tidak mencintaiku aku akan tetap membuatmu mau belajar mencintaiku.
Meski kau membenciku, rasa cintaku padamu tidak akan pernah pudar.
Karena, bagiku itulah cinta. Tidak butuh alasan untuk bisa mencintai dan tetap setia pada komitmen yang telah dibuat untuk bisa mendapatkan cinta.

Angin malam semakin menyiksaku. Dress selutut tak berlengan tidak mampu menahan dinginnya malam yang semakin menggigit. Aku akan menunggu, tetap menunggu.

“Pluuk.” Tubuhku terasa sedikit lebih hangat. Aku menoleh ke belakang dan mendapati sosok Junhyung tersenyum dengan senyum khasnya tengah memperbaiki letak jasnya yang dia tempelkan di tubuhku.

“Sampai kapan kau mau menunggu?” Junhyung duduk di hadapanku sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

“Sampai dia datang.”

“Bagaimana kalau dia tidak datang?”

“Aku bilang aku akan menunggunya sampai dia datang.”

Junhyung diam, tidak membatah kata-kataku lagi. Aku pikir dia mencoba mengalah pada gadis malang sepertiku.

“Apa aku terlihat menyedihkan?” tanyaku memecah keheningan.

“Hahaha.” Junhyung tertawa terbahak-bahak.

“Jawabanmu itu terlalu menghina.” Sindirku yang membuat tawanya reda.

“Kalau kau menyedihkan berarti aku lebih menyedihkan lagi.”

Aku terdiam. Aku sadar, kami sama-sama mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Aku menarik sedikit ujung bibirku dan menyandarkan kepalaku di atas meja sambil menatap kosong ke depan.

“Minwoo saja tidak bisa menghentikanmu untuk tidak mencintainya begitu juga kau, kau tidak bisa menghentikanku untuk mencintaimu.

“Cinta, cinta dan cinta. Kadang-kadang aku merasa sangat muak dengan kata-kata itu.” Aku menutup kedua telingaku.

“It’s really hurt.” Tambah Junhyung.

*END POV*

***

“Entahlah, aku tidak punya alasan. Aku hanya suka saat kau kesal dan marah-marah padaku. Kau membuat hidupku terasa lebih berarti. Lagipula cinta itu ada bukan untuk sebuah alasan.”

***

*Minwoo POV*
Berulang kali aku melihat jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00. Apa dia masih tetap menunggu. Tetap menunggu? Memangnya dia memang sedang menungguku? Aku rasa tidak. Tapi, entah kenapa  perasaanku menjadi tidak tenang dan memaksaku untuk datang ke Restaurant yang disebutkannya tadi. Haruskah aku ke sana? Hanya untuk memastikan kalau dia baik-baik saja, bukan untuk mengaminkan ajakan makan malamnya. Shin Ri Young, kembalilah menjadi Shin Ri Young yang dulu. Seorang anak baru yang begitu dingin dan sangat rapuh. Caramu bersikap dingin membuatku merasa benar-benar dibutuhkan. Tatapan matamu yang aneh namun membuatku penasaran. Kembalilah menjadi temanku yang dulu. Dengan seperti itu mungkin kau tidak perlu bertindak seperti ini untuk memaksaku belajar mencintaimu. Karena aku akui aku juga kagum padamu. Tapi itu dulu. Dulu, sebelum dirimu berubah. Karena aku benar-benar tidak suka gadis agresif. Tapi benarkah kau seperti ini karena caraku memperlakukanmu?
Setelah sepuluh kali aku mengelilingi kamarku sambil menimbang-nimbang akhirnya aku berpikir untuk menemui Ri Young, aku takut menjadi orang yang dipersalahkan apabila terjadi sesuatu padanya.

10 menit kemudian, sampailah aku di Restaurant yang dimaksud Ri Young. Karena restaurant sudah sangat sepi dengan mudahnya aku bisa menemukan sosok Ri Young yang ternyata tidak menunggu seorang diri. Aku lihat dia sedang membaringkan kepalanya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jemari lentiknya dan Junhyung terlihat sedang memperhatikannya sambil melipat tangannya di depan dada dan bersender. Entah kenapa aku merasa sedikit tidak nyaman dengan tatapan Junhyung pada Ri Young. Tatapan yang sama seperti Ri Young menatapku.

            Junhyung, seorang murid berprestasi yang paling disegani di kampus karena sikap wibawanya dan sangat aktif di berbagai organisasi mahasiswa. Laki-laki yang terkenal sangat pemilih yang telah jatuh cinta pada seorang Shin Ri Young. Mungkin jika aku adalah Ri Young, jelas aku akan lebih memilih Junhyung. Tapi kenapa dia tidak. Apa yang sebenarnya diinginkankannya dariku. Aku harus tahu semuanya malam ini.

“Ehem.” Aku berdehem.

Ri Young mengangkat kepalanya dengan malas, tapi setelah tahu bahwa yang berdehem itu adalah aku, wajahnya langsung terlihat sumringah, sedangkan Junhyung terlihat tidak suka dengan kemunculanku.

“Aku yakin kau pasti akan datang.” Ri Young terlihat sangat bahagia dan menarik tanganku agar duduk di sebelahnya, namun aku tidak bergeming.

“Kedatanganku kemari hanya untuk menanyakan sesuatu padamu.” Kataku dingin.

“Mwo?”

“Kenapa kau mencintaiku?”

“Sudah kubilangkan, tidak butuh suatu alasan untuk mencintaimu.”

“Tapi aku butuh alasan.”Aku menaikkan sedikit suaraku.

“Jeongmal?”

“Ne. Kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini tanpa memberikanku sebuah  alasan.”

Ri Young terduduk lemas dan diam beberapa saat.

“Kau, sama dengannya.” Katanya pelan hampir tak terdengar.

“Nugu?” tanyaku penasaran.

“Laki-laki yang sangat kucintai. Caramu memperlakukanku sama persis dengan caranya memperlakukanku. Kata-kata yang pernah kau ucapkan padaku pun sama sepertinya. Kau yang tidak memperlakukanku secara spesial seperti yang dilakukan anak-anak lain, kau yang mau menegurku ketika aku salah dan kau yang selalu berusaha membuatku tersenyum.”

“Kenapa kau tidak bersamanya saja?”

“Haruskah aku juga menyusulnya? Eoh?”

“Bukankah dia laki-laki yang sangat kau cintai?”

“Kau ingin aku menghilang untuk selama-lamanya? Itu maksudmu?” Ri Young mulai terisak.

“Maksudmu?”

“Bagaimana bisa aku hidup bersama seseorang yang jasadnya telah tiada!” Ri Young sedikit membentak dan berdiri tepat di hadapanku. Mata kami saling bertemu.

“Kau pikir aku tidak lelah dengan semua ini? Aku juga sudah lelah! Kau pikir aku tidak jijik dengan diriku sendiri yang begitu agresif padamu? Aku juga jijik! Tapi rasa takut akan kehilangan membuatku tidak bisa tidak menjadi gadis seperti ini. Aku tidak mau kehilangan lagi!” Ri Young menangis histeris dan Junhyung bersiap memeluknya, namun entah kenapa tanganku refleks menepiskan tangan Junhyung yang berusaha meraih Ri Young.

“Biarkan kami saja yang menyelesaikan masalah ini.” Kataku ketus. Junhyung terlihat sangat tidak suka dengan sikapku, tapi biarlah.

“Aku terlambat memberitahukan perasaanku yang sesungguhnya padanya. Hanya karena status sosial kami terpisah! Kau tahu betapa menderitanya aku saat itu, kau pasti tidak tahu! Tapi karena kau aku bisa kembali tersenyum. Itu semua karena kau! Mungkin bagimu aku sama sekali tidak berarti, tapi bagiku kau benar-benar berarti dalam hidupku!

Aku terhenyak, tidak menyangka ternyata beban hidupnya seberat itu. Salahkah aku yang menjauhinya karena perubahannya? Salahkah aku yang merasa takut padanya? Salahkah aku yang tidak menggunakan kesempatan yang telah dia berikan padaku? Tiba-tiba aku menyadari kata-kata Hye Ri tempo hari, “Setelah kau tahu jawabannya, baru kau pantas untuk menilai Ri Young.” Dia benar, aku seharusnya mengetahui alasan Ri Young mencintaiku terlebih dahulu, baru aku menilainya. Astagaa, aku pusing, sama sekali tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

“Tapi, mungkin kau memang tidak bisa belajar mencintaiku. Sudahlah, toh semuanya sudah berakhir. Berbahagialah. Mianhee, selama ini aku selalu mengusik kehidupanmu. Aku rasa semuanya sudah cukup.” Ri Young bediri gontai dan menatapku lekat-lekat. “Lupakan semuanya, buang semua kenangan yang pernah kita lalui bersama. Anggap aku tidak pernah masuk dalam kehidupanmu.” Sambung Ri Young sambil pergi meninggalkanku dan tentu saja diikuti oleh Junhyung.

Sakit, entah kenapa hatiku merasa perih.

*END POV*

***

“Dia, bukanlah keinginanku. Umma dan Appa yang menjodohkan kami. Aku tidak memaksamu untuk datang. Anggap saja pertunangan kami tidak pernah terjadi. Aku tidak ingin melihatmu menangis.”

***

*Ri Young POV*
            Waktuku telah habis. Benar-benar telah habis, itu sebabnya semalam aku melepaskan Minwoo untuk selamanya. Sudah kubilang aku akan berjuang sampai waktuku habis. Dan kini semuanya sudah berakhir. Segala tentangnya harus aku lenyapkan dalam hidupku. Sakit memang kehilangan untuk yang kedua kalinya. Tapi cinta memang tidak bisa dipaksakan. Kehilangan Minho membuatku belajar bahwa cinta itu memang harus diungkapkan dan jangan sampai terlambat sedangkan kehilangan Minwoo membuatku sadar belajar mencintai seseorang pun tidak bisa karena paksaan. Aku harus pergi. Pergi selamanya meninggalkan kota Seoul.

            Appa memutuskan untuk pindah ke Jerman karena Perusahaannya di sana sedang berkembang pesat. Beliau juga memberikanku pilihan untuk tetap tinggal di Seoul atau ikut pindah bersamanya. Jika Minwoo mau mencintaiku, mungkin aku masih punya alasan untuk berpisah dengan orang tuaku. Tapi sayang semua berakhir seperti ini. Aku akan meninggalkan semua tentang mereka di Seoul. Tidak akan ada yang bisa mencegahku.

***

            Minwoo semakin mempercepat langkahnya menuju kelas. Sesampainya di sana ia sama sekali tidak menemukan batang hidung Ri Young.
“Hye Ri, mana Ri Young?” tanya Minwoo pada Hyeri yang tengah asyik membaca majalah.

Hye Ri memicingkan matanya. “Minwoo?” tanya Hye Ri berusaha meyakinkan. “Tidak salah kau mencari Ri Young?” tanya Hye Ri ketus.

“Aku hanya ingin minta maaf padanya.”

“Kau pikir itu cukup mengingat apa yang kau lakukan padanya semalam?” Hye Ri menutup majalahnya dengan keras.

“Aku tahu permintaan maaf saja tidak cukup, tapi aku harus minta maaf dan...” Minwoo menggantung kata-katanya.

“Dan apa?”

“Entahlah, aku rasa aku sadar kalau ternyata aku juga mencintainya.”

“Berhentilah menyakiti Ri Young! Dia sudah cukup menderita dengan sikapmu selama ini jangan bercanda dengan kata-kata seperti itu.!’ Bentak Hye Ri.

“Selama ini aku yang telah membiarkan perasaan itu seperti tidak ada karena jujur aku tidak suka cara Ri Young mendekatiku.” Lirih Minwoo.

“Jinjaa? Terlambat! Kau terlambat! Tidak akan ada lagi kesempatan bagi mu!”

“Apa maksudmu?”

“Ri Young pindah ke jerman untuk selamanya.”

“Kapan?”

“15 menit lagi pesawatnya akan lepas landas.” Jawab Hye Ri sambil melirik jam tangannya.

Minwoo segera berlari menuju bandara, berharap masih ada waktu yang tersisa untuk mencegah Ri Young.

Di bandara...

            Minwoo berlari sekencang mungkin menuju meja resepsionist.

“Apa penerbangan ke Jerman sudah berangkat?”

“Baru saja lima menit yang lalu tuan.” Jawab resepsionis tersebut dengan ramah.

“Bwoo?!” Minwoo membulatkan matanya.

“Kalau boleh tahu, nama Anda siapa? Tadi ada seorang gadis yang menitipkan sebuah surat, dari ciri-ciri yang tadi dia sebutkan sepertinya Anda orangnya.”

“Nugu? Gadis? No Minwoo, namaku No Minwoo.” Jawab Minwoo cepat.

“ahh, ternyata benar Anda orangnya.” Resepsionis tersebut memberikan sepucuk surat kepada Minwoo. Minwoo pun cepat-cepat membaca surat pemberian Ri Young.

“Aku tahu, kau pasti akan datang, meski terlambat. Sama seperti aku dulu yang terlambat memberitahukan perasaanku yang sebenarnya pada pelayan pribadiku yang sangat kucintai, Choi Minhoo. Tapi mianhee aku tidak bisa kembali dan tidak akan pernah kembali. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, jika sampai waktuku habis dan kau masih belum bisa belajar mencintaiku maka aku akan menyerah dan melepasmu. Kini, waktuku sudah habis. Sudah tidak ada alasan lagi aku bertahan di sini. Meski kau tidak mencintaiku tapi terima kasih selama ini telah membantuku melupakan Minho. Gomawoyo No Minwoo. Jeongmal saranghee.”

            Setelah selesai membaca surat itu Minwoo langsung terduduk lemas.

“Kenapa harus kau akhiri seperti ini?” aku juga mencintaimu. Saranghee Shin Ri Young. Benarkah kau tidak akan kembali lagi? Aku membutuhkan senyummu di sini.” Gumam Minwoo sambil memeluk surat dari Ri Young.

“Kalau aku menyadari perasaanku sejak awal, maka semuanya akan berakhir bahagia. Tidak akan ada yang tersakiti”. lirih Minwoo.

*Minwoo POV*
Tapi, apakah benar memang harus berakhir seperti ini? Aku masih tidak percaya kalau Ri Young tidak akan kembali ke Seoul. Kenapa selama ini baru sekarang aku yakin akan perasaan cintaku padanya. Kehilangan? Inikah rasanya saat kau kehilangan Minho? Terasa begitu menyesakkan dan seperti sulit bernapas. Apakah aku bisa melanjutkan hidup tanpamu? Shin Ri Young, kau memang begitu luar biasa, setelah membuatku jatuh cinta padamu sekarang kau meninggalkanku.
*END POV*

“Jangan pernah menutupi perasaan cinta yang ada di dalam hatimu sebelum akhirnya perasaan itu mengajarimu tentang kehilangan.”

---END---

NB: Semua tulisan tebal bercetak miring adalah kata-kata Minho ke Ri Young semasa hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar