PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Senin, 16 April 2012

FF | A Love to Kill | Chapter 3


Title : A Love To Kill
Author : admin yul yang telat ngepost~
cast : lee hyuna, park min ah, all of member boyfriend.
Genre : horror. romance      
Rating : semua umur mungkin.





lost one life



Author POV.


“tunggu ya, aku mau ke toilet dulu!” teriak seorang siswa perempuan yang langsung masuk ke sebuah toilet. Dia pun masuk ke salah satu ruangan diantara beberapa ruangan disana. Suasana sangat hening karena ini masih terlalu pagi.

Tess, tess,

Gadis itu merasakan ada sesuatu yang menetes ke kepalanya. Dia pun langsung menyentuh keningnya dan melihat ada sebuah cairan merah kental berbekas di tangannya.

“aish... apa ini?” gumamnya. Dia kemudian keluar dan berjalan menuju cermin di toilet.

Crek, crek,,

Decak sepatunya mengenai lantai yang sedikit basah. Dia kemudian melihat lantai itu dan sangat terkejut karena lantai dibanjiri darah yang bergenangan. Keringat dingin mulai mengaliri tengkuknya. Tapi gadis itu tetap berjalan menuju cermin.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA....................................................................................”
Gadis itu berteriak saat melihat ada sesosok tubuh yang terbujur kaku di bawah wastafel dengan wajah yang hancur, mata yang berserakan di lantai serta kepala yang terbelah. Tubuhnya dibanjiri darah dan mulai mengeluarkan bau tak sedap.

Gadis itu panik, dia mulai hilang akal sehat dan tak tau harus berbuat apa.

“TOLONG!!!! TOLONG!!!” teriaknya lagi dengan kaki yang gemetaran.

“gwaencahanayo?” tanya beberapa orang yang masuk tiba-tiba setelah mendengar teriakan anak itu.

“i..... itu....” tunjuk gadis itu. semua langsung melihat sesuatu yang membuat gadis itu berteriak tadi. Mereka langsung miris melihatnya.

“cepat panggil guru!” ucap salah seorang dari mereka.

Hyuna POV.

Mataku sedikit bengkak karena setelah mimpi buruk itu aku tak dapat memejamkan mataku lagi. Semuanya selalu terbayang di ingatanku, dan tentu saja aku sendiri tidak mau.

“bukannya itu min ah dari kelas 1-10?”

“ya, meski wajahnya tidak dikenali.. tapi menurutku itu dia”

Ada apa itu? beberapa orang berkerumun di dekat toilet dan membicarakan tentang min ah. Apa sebaiknya aku tanyakan saja? Aku langsung menghampiri salah seorang siswa disana.

“maaf, ada apa ini?” tanyaku sambil menyentuh bahu siswa itu pelan.

“temanku menemukan mayat disini! Kalau tidak salah itu mayat dari kim min ah kelas 1-10” jawabnya. Benarkah itu min ah? Apa yang terjadi padanya?

Aku segera bergeser dan mencoba melihat sosok mayat itu dari jarak yang cukup dekat. Apa yang kulihat ini? Mayat itu sangat mengenaskan dan.... itu benar min ah. Tanganku langsung menutup mulutku tidak percaya. Apa yang telah terjadi padanya? Air mataku mengalir begitu saja.

“ada apa ini?” tiba-tiba aku mendengar suara yang sangat kukenal. Itu minwoo. Aish,, bagaimana kalau dia melihat min ah dalam keadaan seperti itu?

“hyuna!” dia memanggilku. Aku menoleh tapi aku tidak mau menunjukkan air mataku. Dia kemudian berlari menerobos kerumunan dan menghampiriku.

“benarkah sesuatu terjadi kepada min ah?” tanyanya.

“ah,,, ani,,,” aku bingung harus menjawab apa.

“jawablah dengan jelas...” serunya lagi. Aku hanya bisa terdiam mencari kata yang tepat.

“min ah!” teriak salah seorang guru dan itu membuat minwoo mencoba melihat mayat itu. aku segera menahan tubuhnya.

“jangan minwoo!”

“kenapa? aku harus melihatnya!” dia langsung mengibaskan tanganku dan langsung berlari ke dalam sana sampai akhirnya dia berdiri di dekat mayat.

Dia menggelengkan kepalanya tidak percaya lalu kemudian perlahan berjalan menjauh sampai akhirnya dia keluar dari kerumunan. Aku mengejarnya hingga ke ruangan kelas. Dia memukul dinding kelas dengan kepalan tangannya lalu terduduk lemah di lantai. Aku berjalan pelan menghampirinya.

“aku mengerti perasaanmu...” gumamku pelan.

“apa salahnya? Siapa yang berani melakukan itu..” minwoo memeluk lututnya dan terlihat beberapa butir air mata mengalir di pipinya. Aku kemudian duduk di sampingnya sambil ikut memeluk lututku.

“tenangkan hatimu...dia berhak mendapatkan itu semua atas apa yang telah dia lakukan!

Minwoo POV.

“tenangkan hatimu...dia berhak mendapatkan itu semua atas apa yang telah dia lakukan!” aku langsung menoleh kearah hyuna. Apa yang telah dia katakan? Suaranya sedikit berbeda.
Kulihat pupil matanya sedikit mengecil dan dia tersenyum misterius.

“hyuna...” panggilku pelan. Tiba-tiba keluar darah segar dari hidungnya.

“kau mimisan..” pekikku khawatir.

“eh?” dia terkejut dan langsung menyentuh darah itu.

“kau tidak apa-apa? Kita ke uks!” ajakku sambil membangnkan tubuhnya.

“ani, aku tidak apa-apa!” dia menggeleng lemah dengan pandangan mata kebingungan. Tiba-tiba tubuhnya terjatuh begitu saja setelah aku sempat menangkapnya dengan lenganku. Ada apa dengannya? aku segera menggendongnya dan membawanya ke uks.

Setelah memastikan hyuna baik-baik saja. Aku keluar dari ruangan UKS itu.

“minwoo..” tiba-tiba seseorang menyentuh pundakku dari belakang. Aku langsung menoleh dan mendapati jeongmin hyung sedang menatapku dengan tatapan yang sendu.

“hyung~” ucapku lemah.

“aku turut berduka cita atas apa yang menimpa min ah...” dia menundukkan kepalanya begitupun denganku.

“ne, gomawo hyung.. sekarang bagaimana keadaannya?”

“mayatnya sedang diotopsi... kematiannya sangat aneh, menurutmu apa penyebabnya?” dia menoleh kearahku. Aku pun menarik nafas panjang.

“entahlah hyung~ aku sudah tidak ingin mengingatnya lagi...”

“ah, mian! Lalu, siapa yang ada di dalam?”

“hyuna, tadi dia mimisan dan kemudian pingsan...akhir-akhir ini dia selalu begitu..”

“jinjja? Lalu..” jeongmin hyung terlihat sangat khawatir.

“dia tidak apa-apa...”

“aku harus melihatnya!” jeongmin hyung langsung berlari masuk ke dalam. Dia pasti sangat menghawatirkan keadaan hyuna.

Jeongmin POV.

“aku harus melihatnya!” aku segera berlari masuk kedalam ruangan UKS dan menadapati hyuna sedang terbaring lemah disana. Tak bisa kusembunyikan, aku memang sangat khawatir dengan gadis ini. Aku terduduk lemah di samping tempat tidurnya dan menatap wajahnya.

“hyuna..” tanganku perlahan mencoba menyentuh keningnya.

Greb.

Tiba-tiba tangan hyuna menggenggam tanganku dan matanya terbuka lebar. Pupil matanya mengecil dan tatapannya sangat menyeramkan.

“kau sudah sadar?” tanyaku pelan. Dia langsung bangun dan melirik kearahku.

semua ini salah kalian. .” suaranya terdengar sangat parau dan membuat bulu kudukku berdiri.

“m,,maksudmu?”

mati dan mati sebelum terbalaskan... aku tak akan pergi...

“mati? Tak akan pergi?” aku semakin tidak mengerti apa yang hyuna bicarakan. Tidak, ini bukan hyuna. Dia seperti orang lain.

“AAAAAA.........” tiba-tiba tubuh hyuna kejang-kejang. Aku segera memeluknya.

“hyuna!!! Ada apa?!!!!” seruku di telinganya, tapi dia masih tidak berkata apa-apa.

“HYUNA!!!!!” teriakku lagi. Dia langsung terdiam dan nafasnya terengah-engah. Keringatnya mengalir deras dan tubuhnya terkulai lemah di pelukanku.

“gwaenchanayo?” tanyaku pelan.

“gadis itu...” jawabnya dengan suara yang gemetar, berbeda dengan yang tadi.

“gadis? Siapa?” aku melepaskan pelukanku dan menatapnya. Pupil matanya sudah kembali seperti semula.

“gadis itu, yang selalu datang dalam mimpiku....” tambahnya lagi.

“lalu?”

“dia datang...... dan...... berbicara kepadaku tadi.....”

“bicara? Tentang apa?”

“dia bilang,,,, kita semua akan mati,,,”

Aku terdiam. Apa jangan-jangan, itu sama dengan yang kudengar tadi?

“siapa gadis itu? apa kau kenal?” tanyaku. Hyuna menggeleng lemah.

“dia hanya.... gadis berwajah seram yang selalu datang dalam mimpiku... sejak kejadian itu...”

“kejadian itu?” tanyaku lagi. Entahlah, tapi aku semakin tidak mengerti dengan apa yang hyuna maksud.

“dia datang, karena kita telah memanggilnya!”  hyuna menatapku dengan serius.

“la,,lalu? Apa yang harus kita lakukan?”

“kita harus menyuruhnya kembali, sebelum semuanya terlambat!” hyuna langsung bangun dari kasur tempat dia terbaring dan membereskan baju seragamnya.

“kau mau kemana?” tanyaku.

“aku... harus berfikir....” gumamnya sambil beranjak keluar ruangan UKS.

Author POV.

Hyuna menutup pintu UKS dengan keras dan berjalan sedikit tergesa-gesa. Tiba-tiba dia menabrak seseorang dan membuat dia sedikit tersungkur ke belakang, tapi orang itu segera menarik tangannya sebelum dia terjatuh.

“are you ok?” tanya orang itu. hyuna mengangkat wajahnya sambil tersenyum kecil tanpa menjawab sepatah katapun.

Donghyun-orang yang di tabrak hyuna- pun merasa aneh dengan sikap hyuna.

“hyuna-ssi? I asked you, are you ok?” donghyun mengulangi pertanyaannya, tapi hyuna masih tetap terdiam dan langsung berjalan begitu saja meninggalkan donghyun.

Donghyun terdiam sejenak, dia memutar otaknya mencoba mencari sesuatu.

“senyum itu...” gumamnya lalu kemudian menarik nafas panjang.

--

“begitulah ceritanya, benar kan hyuna?” tanya jeongmin kepada hyuna yang hanya memberikan anggukan sebagai jawabannya.

“kalau begitu.. kita harus melakukannya!” ujar minwoo semangat.

“kenapa harus ada kami?” tanya kwangmin sambil menyandarkan punggungnya di kursi disambut dengan anggukan youngmin yang duduk di sebelahnya.

“kalian juga terlibat hari itu...” gumam hyuna.

“sepertinya....... aku tidak bisa melakukannya!” hyunseong terbangun dari kursinya dan hendak beranjak pergi, tapi tiba-tiba minwoo menarik pundaknya dan langsung memukul wajahnya.

“KAU TAU? SATU-SATUNYA MASALAH DISINI ADALAH KAU!!!!!!!” minwoo berteriak dengan wajah marah kearah hyunseong. Yang lain hanya terdiam dan tak tau harus berbuat apa.

“kau masih ingat? Saat itu... kau yang mengajak kita semua bermain... DAN KAU YANG BERTERIAK MEMANGGIL HANTU SIALAN ITU!!!!!     APA KAU MASIH INGAT, HAH???????? ” lagi-lagi minwoo membentak hyunseong yang hanya bisa terduduk di lantai sambil memegangi pipinya yang sedikit lebam karena pukulan minwoo.

“sekarang.... kau mau kabur begitu saja? Kau sama sekali tidak memikirkan min ah yang mati karena ulahmu itu?”

Wajah minwoo memerah menahan marah, matanya sedikit lembab. Dia sudah lupa cara memanggil hyunseong dengan panggilan hyung saking kesalnya. Minwoo menyandarkan tubuhnya di dinding sambil melihat keatas.

“bagaimanapun,,, kita harus menyelesaikan semuanya sebelum terlambat! Hyunseong oppa, aku mohon~” hyuna menoleh kearah hyunseong yang masih terdiam.

Hyunseong menarik nafas panjang.

“tapi,, aku takut aku akan mati..” gumamnya pelan.

“aku juga takut, kita semua takut! Begitu pula dengan min ah, tapi kalau kita diam lebih lama, kita akan mati sia-sia.....hanya tinggal menunggu ‘dia’ datang dan membunuh kita!” jelas hyuna.

“itu benar... apa yang hyuna katakan benar!” jeongmin mencoba meyakinkan semua sahabatnya itu.

Suasana pun hening. Tak ada satu orang pun yang mengatakan apa-apa dan berpindah dari tempatnya.

“kalau begitu... kami ikut!” ucap youngmin di tengah-tengah keheningan.

“a..... aku juga....” tambah hyunseong. Hyuna tersenyum dan langsung menoleh kearah minwoo yang sedikit terkejut.

“kita berjuang bersama, minwoo!” hyunseong tersenyum sambil mencoba berdiri.

“gomawo, hyung!” minwoo langsung memeluk hyunseong.

--

Donghyun POV.

Aku meninggalkan beberapa bukuku di kelas tadi. Kuharap belum ada yang mengambilnya. Bodoh, mengapa aku bisa lupa? Koridor sudah terlihat sepi dan kurasa di kelas itu pun sudah tidak ada siapa-siapa.

Cklek.

Aku membuka kenop pintu dan terdengar sebuah jeritan meraung dari engsel pintu yang memang sudah tua tidak dibuka ini. Sekolah bahkan tidak menggantinya. Tiba-tiba aku melihat seseorang sedang berdiri menghadap jendela.

“who are you?” tanyaku. Ya, memang selama aku mengajar bahasa inggris disini aku membiasakan kepada muris-muridku untuk berbicara menggunakan bahasa inggris. Anak itu tidak menoleh sama sekali.

“what are you doing here? Don’t you go to your home?” tanyaku lagi. Dia menoleh dan tersenyum kearahku. Ah, dia hyuna. Murid yang sedikit misterius dan aneh sejak pertama kali aku mengajar disini.

“answer please! Say something to me!”

akhirnya kita bertemu, donghyun. . .” suara ini. Aku mengenalinya. Hyuna kembali tersenyum kecil. Sebuah senyuman yang dingin menurutku.

“kau....”

kau tidak lupa padaku kan?” tanyanya sambil menatapku dengan tajam.

“h.....hara?”

senang bisa melihatmu lagi. . .

Aku langsung memeluk hyuna, tidak maksudku hara. Seseorang yang sangat kurindukan. Dia adalah. . .



To Be Continued

1 komentar: