PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Minggu, 15 April 2012

FF | genie | OneShot


Title: Genie
Author: Rina Nuna
Main cast: Shin Yongjin, Minwoo
Genre: Umum
Rating: balita ++


Youngjin POV

 “Yongjin-ah, kau sudah datang?”
“Nae harmoni, aku datang.”
“Ah, cucuku sekarang sudah besar”
“Tentu harmoni, sekarang aku sudah kelas 3 SMA.”
Aku Shin Yongjin. Saat ini aku berada di Jepang untuk liburan. Ya, ini rumah nenekku di kota Osaka. Sejak kecil aku tinggal di sini bersama appa dan eomma, meskipun kami warga Korea, tapi kakekku asli orang Jepang. Sampai akhirnya ketika aku masuk SD, appa dipindahtugaskan ke Seoul. Jadi, aku dan eomma pun harus ikut pindah tapi harmoni tetap bersikeras tidak mau pindah, dan tinggal di Osaka sendiri karena haraboji sudah meninggal.
“Harmoni, apa kamarku masih sama seperti dulu? Aku rindu kamarku.”
“Tentu Yongjin-ah. Harmoni selalu membersihkannya, ayo dilihat dulu.”
“Nae, harmoni.”
Ah, masih sama. Kamarku masih seperti dulu dengan pintu geser klasiknya, tempat tidur, tatami bermotif sama dan futon pun masih ada. Aku akan tinggal disini selama tiga hari. Puas-puaskan saja menikmati rumah ini. Lalu aku pergi ke depan rumah. Pohon sakura ini masih indah seperti dulu, atau lebih indah menurutku meskipun sudah sangat tua kelihatannya. Saat ini sakura sedang bermekaran, tepat musim semi. Aku duduk bersandar pada pohon sakura, entah kenapa aku mengantuk sekali. Sedetik kemudian mataku terpejam.
“Ya~ ireona. Kau tidak boleh tidur disini Yongjin-ah.”
Aku tersentak mendengar suara seorang namja. Mataku terbuka. Seorang namja dengan wajah imut membungkuk di depanku. Wajahnya tepat berada di depan wajahku.
“Ya~ siapa kau? Kenapa kau tahu namaku? Kau penguntit ya?”
“Seenaknya saja menyebutku penguntit. Kau tahu, kau sudah tidur di rumahku.”
“Apa maksudmu? Rumahmu? Ini rumah nenekku. Kau siapa?”
“Ah, bukan rumah itu, tapi pohon ini. Aku tinggal di sini?”
“Hah? Di pohon? Jangan bercanda. Ah, aku pasti sedang bermimpi.”
“Ini benar rumahku. Kau tidak bermimpi Yongjin-ah. Aku penunggu pohon ini. Namaku Minwoo.”
“Tunggu sebentar, kau penunggu pohon sakura ini. Berarti kau jin ya?”
“Ehm bisa dibilang begitu.”
Saat itu juga aku pingsan. Gelap. Ah benarkan, aku sedang bermimpi. Mungkin sekarang waktunya aku membuka  mata.
“Yongjin-ah. Kau sudah bangun?”
“Harmoni, aku tertidur disini."
“Ani, kau pingsan dari kemarin di bawah pohon sakura itu. Yongjin-ah, jangan dekati pohon itu lagi. Besok mungkin akan ditebang. Nikmati saja liburanmu. Tinggal hari ini dan besok.”
“Ah, nae harmoni. Aku berlibur hanya karena rindu pada harmoni dan rumah ini saja.”
“Ya sudah, harmoni keluar dulu.”
Aku tidak bermimpi. Aku benar-benar bertemu dengan penunggu pohon itu. Minwoo namanya. Kenapa aku jadi penasaran dengan pohon tua itu. Aku keluar kamar menuju kamar mandi. Selesai mandi aku berjalan keluar, entah kenapa langkahku tertuju pada pohon itu lagi.
“Ya~ Yongjin-ah”
“Minwoo-ah, kau mengagetkanku.”
“Maaf. Aku hanya senang. Setelah sekian lama tidak bertemu dirimu, sekarang kau disini, dan ehm kau terlihat lebih cantik dan dewasa sekarang.” Dia tersenyum. Ah manis sekali.
“Minwoo-ah, kau mengenalku? Sejak dulu?”
“Tentu. Kau kan sejak kecil berada disini. Aku selalu bersamamu, meskipun kau tak pernah menyadarinya Yongjin-ah”
“Ah, jinjja? Jadi Minwoo-ah, kau?”
“Yongjin-ah, kau tahu, sekarang keinginanku sudah tercapai, sejak kau pergi aku berharap kau akan kembali lagi ke sini. Setidaknya hanya sekali sebelum aku benar2 tak bisa menemuimu lagi. Jadi, aku bisa pergi dengan tenang sekarang.”
“Apa maksudmu? Pergi kemana?”
“Kau tahu kan? Pohon ini adalah aku, waktuku sudah habis disini. Pohon ini terlalu tua. Kau juga pasti sudah diberitahu nenekmu kalau besok pohon ini akan ditebang”
“Andwae, tidak bisa. Aku, aku masih ingin mengenalmu. Kita baru bertemu, tapi kenapa kau harus pergi terlalu cepat?”
“Yongjin-ah, aku yakin suatu saat kita bisa bertemu lagi.”
“Minwoo-ah, haruskah kau pergi sekarang. Setidaknya, temui aku sekali lagi sebelum kau benar-benar pergi.”
Saat itu, Minwoo mendekatiku. Kedua tangannya memegang pipiku. Hangat.
“Besok, aku usahakan menemuimu. Sebelum kau pulang dan sebelum pohon ini ditebang”
“Jinjja? Aku  menunggumu sebelum aku pulang ke Seoul.”
Minwoo hanya tersenyum. Aku berharap senyuman itu kulihat besok sebelum aku pulang. Aku tidak tahu, kenapa aku tak bisa berhenti memikirkannya. Entah kenapa aku merasa terlalu dekat dengannya. Ah mungkin karena dia sudah bersamaku sejak kecil, seperti yang Minwoo katakan.
“Annyeong Yongjin-ah. Sampai ketemu lagi”
Wajahnya tersenyum, lalu hilang bersama bayangannya. Entah kenapa aku merasa seperti ada yang menetes di pipiku, hangat. Aku menangis. Kenapa? Kenapa aku merasa Minwoo sudah pergi jauh. Apa besok dia tidak akan menemuiku lagi. Sudahlah, aku hanya berharap dia benar menemuiku besok.
Besoknya setelah berkemas, aku mendatangi pohon itu lagi. Lima, sepuluh, tiga puluh menit. Dia tidak muncul. Ah, sakit sekali rasanya. Minwoo, apa kau sudah benar-benar pergi? Kau sudah meninggalkanku? Aku hanya menangis dalam diam. Sesaat kemudian beberapa orang penebang pohon datang.
“Minwoo-ah, apa kau mendengarku? Aku menunggumu, akan menunggumu seperti dulu saat kau menungguku.”
Aku beranjak pergi. Berat sekali langkahku. Aku harus kembali ke Seoul. Setelah berpamitan dengan harmoni, aku langsung menuju airport. Selama perjalanan aku masih memikirkan Minwoo. Minwoo-ah, ini terlalu cepat. Beberapa jam kemudian, aku sampai di Seoul. Jadi sekarang aku harus memulai lagi hidupku, tentu saja sambil menunggunya, menunggumu Minwoo.
Brugh..
“Ah, mianhamnida. Aku tidak sengaja.”
Seseorang namja berpakaian kaos putih dan blazer hitam memakai ransel menabrakku hingga terjatuh. Tasku terlepas dari tanganku. Dia mengambilkannya untukku.
“Ini tasmu. Sekali lagi mianhamnida.”
“Ani, gwaenchana. Gumawo, sudah mengambil tasku.”
Ketika aku menatap wajahnya, jantungku seakan berhenti berdetak. Senyum itu. Wajah itu. Aku terdiam, tak bisa berkata-kata.
“Yongjin-ah..”
“Minwoo-ah.”
Ini tidak adil Minwoo. Kau menungguku begitu lama, tapi aku, hanya sekejap saja. Tanpa pikir panjang lagi aku memeluknya. Aku yakin, aku tak akan melepasnya.
“Yongjin-ah, terima kasih sudah menungguku”
“Aku pikir... menunggumu selama apapun akan kulakukan. Tapi kali ini dan seterusnya, jangan pergi lagi. Aku tak bisa sepertimu yang sanggup menunggu lama.”
“Tentu saja. Aku disini, tak akan pergi lagi. Hanya disisimu.”
Dia, jin penunggu pohon sakura, ah bukan, saat ini dia manusia. Minwoo kini kembali lagi. Dia akan disisiku seperti dulu, seterusnya. Aku yakin. Iya kan Minwoo?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar