PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Minggu, 19 Februari 2012

Fanfic BoyFriend | BoyFriend | Chapter 5 (ending)


Title: Boyfriend
Author: admin ^^YuMin~
Main cast: Park Yujeong and all of boyfriend member. Tokoh bertambah di jalan cerita.
Genre: romance, friendship
Rating : PG
Length: sequel. Part #5 [ending]


because i can't say that i love you




“aku tidak ingin mati di depan orang-orang yang menyayangiku, jadi aku meminta umma agar aku bisa pindah sekolah dan tinggal jauh dari mereka..” yujeong menghela nafas.

“dokter berkata bahwa umurku tinggal satu bulan lagi.. jadi kupikir, aku tidak akan mendapatkan masalah di sekolah baru! Aku tak berfikir kalau aku akan bertemu orang-orang yang baik seperti kau dan eun woo!” dia menatapku, aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Sebenarnya aku ingin menangis, tapi laki-laki kuat tidak seperti itu.

“makanya, aku berani menyewamu selama satu bulan penuh! Aku pikir, bukan ide yang buruk jika aku menghabiskan sisa waktuku bersamamu... tapi sekarang aku sadar, aku tak ingin mati di depanmu! Jadi, sebaiknya kau tinggalkan aku mulai dari sekarang.. lagi pula waktu kontrak kita sudah habis kan..” dia tersenyum kearahku dan membuat aku semakin menyayanginya. Senyumnya masih semanis dulu.

“sekeras apapun kau berusaha agar aku meninggalkanmu, aku tak akan melakukannya! Sekarang, dan seterusnya aku akan tetap menemanimu! Gratis kok,,” aku mengusap pipinya pelan.

“kau.....jangan terlalu baik kepadaku!” yujeong kembali meneteskan air matanya.

“aku menyayangimu yujeong-ah.... kalau perlu, aku akan menemanimu untuk mati!”

“andwae! Kau harus hidup! Itu tidak adil, kau mau mati demi aku yang baru kau temui selama 1 bulan lebih,,sedangkan orang lain yang lebih dulu menyayangimu harus kehilanganmu!”

“tapi...” tiba-tiba jari yujeong menyentuh bibirku dan mencegahnya untuk mengatakan apapun.

“jeball... jangan lakukan apapun demi aku!”

“aku akan merawatmu untuk satu minggu, hanya satu minggu lagi!” aku menatapnya. Dia menarik nafas panjang kemudian akhirnya mengangguk.

--

Yujeong POV.

Sakit. Amat sakit. Kanker ini semakin memakan semangat hidupku. Aku tak bisa terus begini. Aku tak mau terus begini. Mungkin memang waktuku sudah dekat. Aku pasrah tuhan. Apapun keputusanmu...

“annyeong..” tiba-tiba kulihat jeongmin merangkul tubuhku dari belakang. Dia masih saja begitu baik kepadaku. aku tak akan selamanya mendapatkan kebaikan seperti ini darinya meskipun aku ingin.

“jeongmin-ah... bawa aku ke suatu tempat! Pantai mungkin!” aku menatapnya. Dia mengerutkan alisnya.

“kau...baiklah!” meskipun dia ragu, tapi akhirnya dia mengangguk dan segera menarikku menuju motornya.

“pegangan yang erat!” dia melingkarkan tanganku di perutnya. Aku senang, sangat senang, karena aku bisa memeluknya seperti ini. Tapi aku tak bisa mengatakan perasaanku ini kepadanya.

Tak lama kemudian, kami sampai di pantai yang tak begitu jauh dari rumah sakit. Aku langsung turun dan berlari ketengah hamparan pasir. Jeongmin mengikutiku dari belakang. Udara disini begitu segar. Ya, menghirupnya membuat aku tenang.

“jeongmin-ah..” teriakku dan membuat jeongmin menoleh. Aku langsung mencipratkan air pantai kearahnya. Sedikit bermain membuat aku tenang. Dia terkejut.

“ayo balas aku!” aku kembali mencipratkan air kearahnya. Dia tersenyum dan akhirnya membalasku. Kami bermain cukup lama dan membuat baju kami basah.

Aku lelah. Kakiku tak sanggup lagi berdiri dan akhirnya terjatuh begitu saja di atas pasir. Jeongmin menghampiriku dengan wajah khawatir.

“gwaenchanayo?”

“tentu saja, aku ini kuat! Aku hanya terlalu lelah berjalan...hehehe” aku tersenyum jail. Tiba-tiba dia berjongkok di hadapanku dan menyodorkan punggungnya.

“sini, ku gendong!”

Aku terdiam sejenak.

“tapi aku berat loh..”

“tidak apa-apa.. ayo!” jeongmin terus memaksa. Aku pun tersenyum dan akhirnya naik ke punggungnya. Dia cukup mudah berdiri karena aku sendiri sadar kalau aku banyak kehilangan berat badan karena penyakit ini.

Tanganku melingkar ke depan dan bisa merasakan detak jantungnya. Jantungnya berdetak cukup cepat seperti yang kurasakan saat ini. Aku yakin, rasa sayangnya kepadaku bukanlah sebuah kata yang hanya ada di mulut saja, melainkan dari hati. Aku pun menyandarkan kepalaku di pundaknya. Sangat nyaman.

Tuhan. Aku senang bisa memeluknya dan bisa bersandar kepadanya saat ini. Ini sudah lebih dari cukup untukku. Aku tidak akan meminta apa-apa lagi. Aku pasrah jika kau akan mencabut nyawaku saat ini juga. Ya.... mungkin tidak akan terasa sakit kalau jeongmin berada di sampingku.

Author POV

“andai saja waktu berhenti dan aku bisa terus menggendongmu seperti ini... bagaimana menurutmu?”

“.......”

“yujeong-ah..” jeongmin mengerutkan alisnya karena yujeong tidak menjawab sama sekali.

“yaaa...yujeong-ah..” jeongmin kembali memanggil yujeong namun yujeong masih tetap terdiam. Dia mengguncang-guncang tubuh yujeong, tapi sama sekali tak ada respon.

“jangan sekarang! Andwae! Kumohon jangan sekarang!” jeongmin panik. Dia segera berlari kembali ke rumah sakit sambil terus menggendong yujeong.

Dia berlari sepanjang jalan meskipun tanpa sepatu. Tapi hatinya terlalu khawatir kepada yeoja yang saat ini masih dalam gendongannya. Sesampainya di rumah sakit, dia segera mengantar yujeong ke ruang gawat darurat hingga seorang dokter menanganinya.

Jeongmin terduduk lemah di ruang tunggu. Pikirannya kacau, terlalu banyak hal buruk yang dia pikirkan. Dia teringat eun woo dan beberapa temannya yang lain untuk dia kabari.

Tak lama kemudian, eun woo, minwoo, si kembar, dan hyunseong pun datang menyusul ke rumah sakit. Mereka terkejut mendapati jeongmin masih terduduk lemah di ruang tunggu.

“bagaimana keadaan yujeong?” eun woo menatap jeongmin. Jeongmin hanya menggeleng lemas.

Tiba-tiba pintu ruang gawat darurat terbuka dan terlihat sebuah tempat tidur di dorong keluar dengan sebuah tubuh yang tertutup selimut seluruhnya. Eun woo menutup mulutnya dan langsung menangis. Sementara minwoo, si kembar, dan hyunseong langsung memegang pundak jeongmin.

“a,,,an,,andwae! Ini tidak mungkin! Yujeong-ah bangun!” jeongmin hendak mengejar tempat tidur yang di dorong itu, tapi keempat temannya terus menahan tubuhnya.

“LEPASKAN AKU! YUJEONG-AH...KAU PASTI MASIH HIDUP!!!” jeongmin berteriak keras sambil meronta. Air matanya pun meleleh. Semakin lama, minwoo dan yang lainnya tak bisa menahan tubuh jeongmin lagi. Jeongmin segera berlari menyusul yujeong.

Jeongmin mempercepat larinya sehingga dia bisa menyusul yujeong. Akhirnya jeongmin memberhentikan suster yang membawa tempat tidur itu.

“biarkan aku melihat wajahnya...” jeongmin berkata pelan. Suster-suster itu mengangguk. Jeongmin pun membuka selimut yang menutupi wajah yujeong perlahan. Terlihat wajah yujeong yang sudah menutup mata sedang tersenyum.

Jeongmin terduduk lemah di lantai sambil terus menatap wajah yujeong. Air matanya semakin banyak meleleh.

“ani...jangan tinggalkan aku! Aku masih membutuhkanmu...aku masih tidak rela kau pergi! Ani yujeong-ah..” jeongmin menggenggam tangan yujeong erat lalu menciumnya.

“hhhhhhaaaa’.....” tiba-tiba kepala yujeong menengadah dan mulutnya terbuka.

“dia bernafas dokter!” kata seorang suster disana.

“beri selang oksigen!” kata dokternya. Mereka semua langsung panik dan mempersiapkan segala sesuatu agar kesadaran yujeong kembali pulih.

Jeongmin terkejut dan tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya terduduk lemah dia atas lantai. Sementara itu yujeong kembali di dorong menuju ruang gawat darurat. Eun woo dan teman-teman jeongmin yang lain ikut terkejut.

“hyung... kenapa dia dibawa ke dalam lagi? Ada yang ketinggalan kah?” minwoo mencolek jeongmin. Jeongmin tersenyum.

“dia hidup!”

“ah....” eun woo tersenyum senang dan tanpa sadar memeluk kwangmin. Kwangmin terkejut tapi dia tak berkata apa-apa.

“ah,,maaf!” eun woo tersenyum malu dan segera melepaskan pelukannya.

“ini sebuah keajaiban!” kata dokter yang tiba-tiba hadir diantara mereka. Jeongmin segera berlari menembus tubuh dokter itu dan menghampiri yujeong yang masih dikerubungi alat-alat bantu pernafasan.

“aku tau, kau tak akan meninggalkanku! Gomawo..” jeongmin tersenyum sambil mengusap pelan kening yujeong.

“saranghamnida...”

“hah?” jeongmin terkejut mendengar kata-kata yang barusan keluar dari mulut yujeong yang bahkan belum membuka matanya.

Yujeong tersenyum dan perlahan matanya mulai terbuka.

“tuhan melarangku untuk mati sekarang, karena aku belum mengatakan hal itu!”

“terima kasih tuhan!” jeongmin tersenyum senang.

--

Yujeong POV.

Sekolah lama. Ya, karena aku berada disini hampir setengah tahun. Mimpi buruk kemarin sudah aku lupakan, karena tuhan masih berbaik hati padaku. Meskipun penyakitku ini masih dalam pemulihan, kata dokter akarnya sudah hilang tetapi racunnya masih ada yang tersisa. Tapi aku begitu semangat menjalani hidup ini karena banyak sekali yang menyayangiku.

“kau terus tersenyum di sepanjang jalan...” eunwoo mencubit pipiku dan meninggalkan bekas berwarna merah di atasnya.

“ah,,,aku hanya sedang senang saja..” aku balas mencubit pipinya.

“ng....boleh aku pinjam yujeong sebentar?” tiba-tiba seorang namja berambut keriting berdiri di hadapanku.

“tentu saja! Dia milikmu!” eun woo tersenyum jahil dan langsung berlari meninggalkan kami berdua.

“aku tidak menyewamu hari ini!”

“aku kan sudah bukan sewaan... aku pacarmu yang sesungguhnya!” dia tersnyum jahil. Aku hanya tertawa kecil.

“sepi ya,, karena boyfriend sudah tidak ada lagi...padahal fans kalian kan cukup banyak!”

“ya,,memang seharusnya begini! Lagipula kami sudah tak butuh di sewa lagi.. oya bukannya kemarin kau bilang orang tuamu akan pulang kesini.. kenalkan aku ya!” jeongmin mengangkat alisnya. aish, anak ini.

“ne... kapan-kapan ya!” aku tersenyum jahil. Dia langsung cemberut.

“ani,,,aku maunya hari ini! Kalau tidak, akan kucium kau..” dia mulai merengek. Cengeng sekali anak ini.

“yaa.. mana bisa kau....”

Tiba-tiba bibirnya sudah menempel di bibirku. Apa-apain ini? Aku senang, aku sebal, aku malu. Semuanya bercampur aduk.

“aku bisa saja!” dia melepaskan ciumannya dan tersenyum kearahku. Aish, aku lupa kalau kita sedang ada di koridor sekolah dan.....disini cukup ramai.

“aku malu! Kajja....kita pasti akan jadi gossip! Ini gara-gara kau!” aku menggandeng tangan jeongmin sebelum kami benar-benar jadi bahan pembicaraan. Dasar, inilah jeongmin. The real my boyfriend.









huah...akhirnya happy ending. admin bener-bener gak tega buat sad ending sama jeongmin! maafkan admin! *kabur sama jeongmin*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar