PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Kamis, 29 Maret 2012

FF | Can't Find The Words | OneShot


Title: can’t find the words
Author: .................
Main cast: na eun jung, no minwoo
Genre: sad romance
Rating: semua umur
Length : oneshoot
Theme song: can’t find the words-K.Will





Minwoo POV.


Hari ini, memandang wajahnya pun sudah membuatku senang. Melihat senyumnya sudah membuatku berhenti untuk bernafas sejenak. Betapa aku sangat mengaguminya.

“apa kau lihat-lihat?” serunya kepadaku.

“siapa bilang aku melihatmu? Cih...geer!” aku memanyunkan bibirku. Yah, beginilah kenyataannya. Kami memang sedikit saling mengejek, dan sampai kapanpun dia tak akan tau perasaanku terhadapnya.

“lantas kau melihat apa hah?” sahutnya galak.

“aku hanya...mmm....melihat ada ulat di rambutmu!” aku tersenyum jahil. Dia langsung menjerit sejadi-jadinya sambil mencoba mengusir sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Aku berjalan menjauh dari kursiku yang letaknya tepat di samping kursinya. Aku tidak bisa terlalu lama berada di dekatnya karena bisa-bisa hatiku meledak dibuatnya. Ingin sekali rasanya aku tahu apa isi hatinya, apakah dia punya perasaan yang sama kepadaku? tapi bagaimana cara aku mengetahui hal itu? bagaimana caranya?

“minwooyaaa,,,” seseorang memanggilku. Aku pun langsung menoleh dan mendapati kwangmin tersenyum kepadaku.

“ne??” jawabku. Dia kemudian berlari menghampiriku dan berdiri di sampingku. Kami sama-sama menghadap jendela koridor dan menatap keluar.

“kau tidak bersama dengan eun jung?” tanyanya. Aku tau mengapa dia menanyakan hal ini.

“kau kangen ya? Cari saja di dalam!”

“ani! Aku malu...biar aku menemanimu disini saja..” dia menepuk pundakku pelan.

“mengapa harus malu? Kau harus jujur terhadap perasaanmu sendiri..”

“ah, ne!” dia mengangguk. Lucu sekali. Aku sendiri yang malah membohongi perasaanku sendiri. Bisa-bisanya aku menyemangati kwangmin untuk mendapatkan orang yang kusukai.

“masih ada kesempatan, sebelum dia diambil orang lain!” gumamku lagi.

“ne,ne,ne,ne!” jawab kwangmin sambil mengusap-usap kepalaku.

“aish...tak kusangka hubungan kalian seperti itu!”

Kami berdua langsung menoleh dan mendapati eun jung sedang melihat kami dengan tatapan aneh. Dia pasti mengira kami berdua punya hubungan ‘spesial’.

“tentu saja aku dan dia tidak,....”

“ah, annyeong!” kwangmin memotong pembicaraanku sambil tersenyum menyapa gadis itu.

“ne, annyeong kwangmin-ssi!” eun jung membalas senyum kwangmin. Aku bahkan tak pernah diberi senyum ramah seperti itu. yang selama ini aku lihat hanya senyum jahilnya. Mengapa aku merasa begitu iri? Kurasa..... eun jung mempunyai perasaan yang sama dengan kwangmin.

“ah,,,n,,nanti,,,,mau pulang bersama dengan aku.,,,,dan minwoo?” tanya kwangmin. Loh? Mengapa harus denganku? Bukannya bagus kalau hanya mereka berdua?

“ne???? Pu,,pulang bersama ya?” eun jung terlihat sedang berfikir. Kwangmin menunggu jawaban itu dengan harap-harap cemas.

“sepertinya ide yang bagus!” jawab eun jung. Kalau saja tak ada eun jung disini, sepertinya aku dan kwangmin akan menjerit sambil berkata ‘Yess’. Tunggu. Aku dan kwangmin?

“gomawo.. nanti aku akan menjeput kalian ke kelas!” kwangmin menoleh kearahku sambil mengedip-ngedipkan matanya.

“ah, kalau begitu... aku mau ke kantin dulu!” eun jung membungkukkan badannya dan sempat meleletkan lidahnya ke arahku. Aish..anak itu selalu mengajak bertengkar.

“yesss!!!!!!” seru kwangmin. Benar saja dugaanku.

“tunggu! Mengapa harus denganku?”

“aku terlalu gugup kalau hanya berdua...kuharap kau menolongku! Kalian kan sudah akrab!”

“aish...kau ini!” aku mengacungkan tanganku untuk mengacak-acak rambutnya, tapi ternyata tidak sampai. Memang tinggi badan kami sedikit berbeda. Dia tertawa kecil sambil membungkukkan badannya sehingga aku bisa meraih kepalanya.

Bagaimanapun kwangmin adalah sahabatku sejak kecil. Kami pun selalu sekolah di sekolah yang sama. Dia selalu menceritakan apapun kepadaku, semuanya. Tapi tidak denganku, aku lebih tertutup dan memilih untuk memendam semua yang aku rasakan sendirian. Memang tidak adil, tapi inilah diriku.

Soal perasaanku kepada eun jung pun, hanya aku yang tau. Dan sampai kapanpun tidak akan pernah ada yang tau. Aku memang orang yang buruk.

Tak terasa bel pulang sudah berbunyi. Aku pun membereskan semua perlengkapanku ke dalam tas dan kulihat eun jung pun melakukan hal yang sama.

“kajja..” seruku.

“ne, ne...bisa kau bantu aku!” dia terlihat masih menyusun alat tulisnya. Aku menghampirinya dan membantunya membereskan semua itu.

Deg.

Bisa melihatnya dari dekat seperti ini membuat jantungku berhenti berdetak, tapi mulutku sama sekali tak bisa mengatakan apa-apa. Semua kata-kata yang ada di fikiranku hilang karena sosoknya.

“minwooyaaaaa...” teriak seseorang dari balik pintu kelas. Sepertinya kwangmin sudah menunggu. Eun jung sudah selesai memasukkan semuanya dan menatapku.

Kami berdua berjalan menghampiri kwangmin yang terus tersenyum sejak tadi. Sepertinya dia sangat senang.

“kajja..” seru kwangmin.

Kami bertiga berjalan menyusuri koridor hingga sampai di depan gerbang tapi tak ada yang membuka pembicaraan sedikitpun. Aku segera menyikut kwangmin. Dia langsung menoleh kearahku.

“sebaiknya kau ajak dia bicara...” bisikku.

“ah,,, aku mau beli itu dulu sebentar...” seru eun jung tiba-tiba dan membuat kami sedikit terkejut. dia kemudian berlari menuju seorang penjual permen lolipop.

“aku harus berbicara apa?” tanya kwangmin.

“mulai dari hal-hal kecil...seperti keadaannya..rumahnya...belajarnya...”

“ahh..baiklah akan kucoba!” kwangmin menganggukkan kepalanya.

“mian kalian harus menunggu!” eun jung terlihat berjalan sambil membawa sebuah permen loli berbentuk micky mouse, tokoh kartun favoritku.

“micky!!!” pekikku sambil menunjuk permennya.

“berisik!” sahutnya. Aish.. lagi-lagi.

Kami berjalan berjajar tapi perlahan-lahan aku mengambil jarak ke belakang dan membiarkan mereka berdua berjalan berjajar di hadapanku. Kurasa dengan cara seperti ini kwangmin akan lebih mudah mengajak eun jung bicara.

“kau suka permen lolipop?” tanya kwangmin. Kata-kata pembuka yang tidak buruk.

“ah, ne...aku suka hal-hal yang manis!”

Aku mengangkat alisku. Tapi mengapa sikapnya kepadaku tidak manis sama sekali?

“cocok..karena kau memang manis!” gumam kwangmin. Aaarrrgghhhh.... mengapa aku merasa kesal mendengarnya.

“ah,,gomawo..” eun jung menundukkan kepalanya. Sepertinya dia malu. Kwangmin tersenyum melihat sikap eun jung.

Mengapa hatiku sakit melihat mereka berdua seperti itu? apa aku hanya bisa melihat mereka seperti ini? Ya, sampai kapanpun aku hanya bisa melihatnya dan tak mengatakan apa-apa.

“awas!!” kwangmin merangkul bahu eun jung dan menjaganya saat kaki eun jung hampir menginjak lubang.

“ah...sekali lagi...gomawo!” gumam eun jung. Aku semakin kesal melihat mereka berdua. Mengapa kwangmin bisa meyentuhnya sedangkan aku tidak? Mengapa kwangmin bisa mendapatkan senyumnya sedangkan aku tidak?

Mengapa kwangmin bisa jujur dengan perasaannya sedangkan aku tidak? Aku belum bisa menemukan jawabannya. Aku menghentikan langkahku dan memilih berbalik. Aku segera berlari menjauh dari mereka. Aku tak bisa melihat mereka lebih lama lagi.

Aku memang bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh!
Bisa-bisanya aku mendukung sahabatku untuk mendapatkan orang yang kusukai. Bisa-bisanya aku membantu mereka untuk bersatu. Bisa-bisanya aku melihat orang yang kusukai bersama orang lain dengan mata kepalaku sendiri. Aku memang orang terbodoh sedunia.

Entah sudah seberapa jauh aku berlari, aku tak tau. Yang penting semua ingatan tentang mereka berdua bisa hilang dari kepalaku.

“hosh...hosh...” aku mencoba mengatur nafasku yang tidak beraturan karena kelelahan. Kulihat ada sebuah kursi di seberang jalan ini untukku mengistirahatkan tubuh dan hatiku.

Tempat ini begitu sepi, aku tak melihat siapapun kecuali kendaraan yang lalu lalang. Aku menyandarkan tubuhku di kursi dan menarik nafas panjang. Mungkin disini, aku tidak bisa melihat wajah eun jung ataupun kwangmin. Tidak mereka berdua.

“yaaa...”

Aku menoleh dan mendapati eun jung sedang berdiri di trotoar seberang sana.

“sedang apa kau disini?” tanyaku sambil sedikit berteriak.

“harusnya aku yang tanya itu kepadamu!! Sedang apa kau disini?” jawabnya. Kami berteriak satu sama lain.

Aku terdiam. Apa yang sebaiknya kukatakan kepadanya? Mana mungkin aku bilang bahwa aku cemburu kepada kwangmin dan memilih kabur kesini. Tiba-tiba dia tersenyum. aish, baru pertama kali ini dia tersenyum seperti itu kepadaku.

“aku mengikutimu kesini karena melihat kau berlari begitu saja..” serunya.

“lalu kwangmin?”

“aku sudah bilang padanya...dan dia bilang kalau dia sudah mengerti!”

Sudah mengerti? Memangnya apa yang dia bilang kepada kwangmin?

“aku tahu kau berniat baik untuk mendekatkan aku dengan kwangmin... tapi aku sama sekali tak punya perasaan apapun kepadanya!”

“benarkah? Lalu....” kasian sekali kwangmin. Berani-beraninya dia menolak sahabatku, tapi entah mengapa aku merasa senang.

“aku menyukai seseorang...” dia terlihat menarik nafas panjang. Siapa? Aku? Tidak mungkin.

“aku kira aku bisa pulang bersama dengannya hari ini.. tapi ternyata dia malah kabur dan bersembunyi di tempat ini!” dia kembali tersenyum.

Ternyata.... sekarang... apa yang harus kukatakan? Apakah ini saatnya aku mengungkapkan perasaanku?

“akuuuu......................aku menyukaimu!” teriakku. Dia langsung tersenyum.

“berani-beraninya kau menyukaiku!!! Tunggu disitu! Aku akan menghukummu!” dia mulai melangkahkan kakinya dan berjalan menyebrangi jalan menuju kearahku.

Tiba-tiba.

BRAK.....

Mataku terbelalak melihat kejadian itu. tubuhnya tertabrak oleh sebuah mobil yang melaju kencang dan kini terbaring begitu saja di jalan. Semua tubuhku bergetar. Air mataku menetes dan mulutku tak dapat mengatakan apapun. Kejadian itu tepat di hadapan mataku. Hatiku begitu sakit.

Aku langsung berlari menghampiri tubuh eun jung dan meletakkannya ke pangkuanku. Kepalanya mengeluarkan banyak darah. Dia tak sadarkan diri. Apa yang harus kulakukan? Tubuhku bahkan tak bisa membopongnya.

“tooooloooongggg.................” aku berteriak sekuat tenaga dengan air mata yang terus turun. Tak ada seorang pun disini. Mengapa tempat ini begitu sepi. Bertahanlah eun jung, aku ingin kau selamat.

“TTTOOOOOLLLLOOOONGGG..SIAPAPUN TOLONG AKU!!!!” suaraku hampir habis. Baru beberapa orang datang menghampiriku dan membantu mengangkat eun jung menuju rumah sakit.

--


“aku menyukaimu eun jung-ah....sejak pertama kali melihatmu! Tapi aku bukanlah orang yang mudah mengatakan perasaanku...” aku menghela nafas kemudian melanjutkan ceritaku.

“jadi, aku malah mengejekmu dan mengajakmu bertengkar untuk bisa dekat denganmu! Tapi itu sudah membuatku sangat senang...membuatku damai berada di dekatmu...” aku tersenyum sambil mengusap air mataku.

“tapi mengapa kau pergi saat aku bisa mengatakan kalau aku menyukaimu??? Kau tidak adil... aku sangat ingin berada di sampingmu lebih lama... aku ingin berada di sampingmu untuk mengatakan semuanya...” aku kembali mengusap air mataku yang tidak berhenti mengalir.

“aku merindukan senyummu, tawamu, semua tentang dirimu!!! Aku merindukan semuanya...”

“minwoo..” tiba-tiba ada suara lembut di balik punggungku.

“kwangmin-ah..” aku mencoba tersenyum meski masih diiringi air mata.

“ayo kita pulang..sudah seharian kau disini! Orang tuamu menghawatirkanmu...”

“tapi...”

“eun jung juga pernah bilang padaku.... meski dia tak dapat berada di sampingmu... dia harap kau terus menjadi no minwoo yang kita kenal! Ulljima..” kwangmin mengusap kepalaku. Aku mengangguk dan mulai berjalan perlahan menjauh dari rumah baru eun jung.

Gomawo...
Kau telah membuatku mengenalmu, dan membuatku menyukaimu...
Meski tak banyak yang bisa aku berikan selama kau masih ada di sampingku...
Tapi aku harap, kau tak akan melupakan kata-kataku saat itu...
Aku menyukaimu..







perasaan saat kehilangan, terkadang membuat kita lupa untuk tersenyum dan tak dapat berbicara apa-apa.





komen!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar