PERHATIAN

PERATURAN -->
1. setiap membaca fanciction di sini, WAJIB KOMENTAR
2. DILARANG MENG-COPY artikel di sini, baik sebagian apalagi seluruhnya !
3. jangan lupa JOIN dengan BLOG ini
terima kasih

Kamis, 29 Maret 2012

FF | Love at First Sight | OneShot


Title                 : Love at First Sight
Author             : Siska Sri Wulandari
Cast                 : No Minwo (Boyfriend)
                        : Shin Ri Young (You)
                        : Kwangmin (Boyfriend)
                        : Donghyun (Boyfriend)
Length             : One Shoot


            Cinta pada pandangan pertama? Maaf aku bukan penganut kepercayaan itu. Cinta memang selalu datang di saat yang tak terduga-duga. Namun, cinta pada pandangan pertama, aku rasa itu bukan cinta. Itu hanya sekedar rasa suka sesaat. Cinta itu butuh suatu proses yang tidak boleh dilewatkan dalam setiap tahapnya. Jadi, kalau kau masih bertanya apakah aku percaya akan cinta pada pandangan pertama? Maka jawabannya tetap sama. Tidak!
***
            Ini kali pertama aku datang ke kafe ini. Ku baca tulisan yang tertempel di gagang pintu. “Tarik”.Maklum, ini kali pertama aku ke sini. Tentu aku harus berhati-hati agar tidak terkesan kampungan. Sebenarnya, aku tidak suka harus makan di luar seperti ini, sendiri pula. Selain sayang uang jajan aku juga tidak mau terlihat seperti gadis yang tidak punya teman dengan makan sendiri masih lengkap dengan seragam SMA ku. Tapi, ya mau bagaimana lagi cacing diperut sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi.
            Aku duduk di pojokan ruangan yang dekat dengan jendela. Sengaja aku memilih di sana agar aku tidak benar-benar merasa sendiri dengan melihat lalu lalang di luar. Aku lepaskan tas ranselku dan memanggil pelayan. Tak lama setelah itu datanglah si pelayan kafe.
“Selamat siang nona, silahkan, Anda mau pesan apa?” tanya pelayan kafe tersebut ramah sambil memberikan daftar menu.
“Apakah nona datang untuk menunggu teman atau namjachingunya?” tanya pelayan kafe itu lagi sambil menunggu pesananku.
“Sudah kuduga, memang aneh kalau sendirian.” Gumamku sambil meniup poniku.
“Ani, aku tidak menunggu siapa-siapa.” Jawabku sambil menggeleng dan kemudian menyebutkan pesananku.
“Apakah hanya ini nona?”
“Nee.”
“Baiklah, tunggu sebentar.” Kata pelayan tersebut sambil membungkukkan badannya.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum pada pelayan kafe tersebut.
Tiba-tiba pandanganku tertuju pada seorang namja yang sedang membersihkan meja di depanku. Aku memperhatikannya dengan sangat teliti. Entah kenapa, saat itu aku merasa namja tersebut benar-benar mengalihkan duniaku. Matanya, hidungnya, bibirnya, semua, aku menyukai semua yang ada pada dirinya. Sadar aku memperhatikannya pelayan tersebut mengangkat kepalanya dan melihat ke arahku. Buru-buru aku segera mengalihkan pandanganku dan berpura-pura mencari sesuatu di dalam tasku. Entah kenapa tiba-tiba aku menjadi merasa malu.
Aku mengalihkan pandangaku dari ponsel yang kugunakan untuk bermain game sambil menunggu pesananku datang ketika seorang pelayan mengantarkan pesananku. Aku terkesiap mendapati siapa namja yang kini berada di hadapanku. Ternyata pelayan yang tadi membersihkan meja di depanku. Setelah pelayan tersebut selesai meletakkan pesananku di atas meja aku masih tetap memandangnya tanpa sedikit pun berkedip.
“Ini pesanannya. Selamat dinikmati.” Pelayan tersebut tersenyum ramah.
Seketika itu juga aku tersadar. Astaga, pasti tadi aku terlihat bodoh sekali.
“Gomawo.” Jawabku tanpa melihatnya. Aku terlalu malu untuk melihatnya.
Pelayan tersebut membungkukkan badannya dan kembali ke dapur.
***
*Minwoo POV*
Apa ada yang salah dengan wajahku? Kenapa gadis itu melihatku sampai seperti itu, membuatku gugup saja. Tapi aku senang ketika dia menatapku. Aku suka matanya, sangat bersahabat. Tapi, aku rasa dia sedikit sombong. Mengucapkan terima kasih pun tidak mau sambil melihatku. Yaah, namanya juga pelayan, jarang ada yang memperlakukan pelayan dengan baik. Tapi aku penasaran dengan nama gadis itu.
*END POV*
***
            Selama dalam perjalanan pulang tak henti-hentinya aku senyum-senyum sendiri. Membayangkan wajah pelayan imut itu membuatku tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Astagaa, aku pasti sudah gila. Pelayan. Aku harus ingat bahwa dia adalah seorang pelayan. Dan apa perasaanku ini? Kenapa hanya dengan membayangkan wajahnya saja mampu membuat jantungku berdegup sangat kencang. Oh, God!!!
***
Entah dengan alasan apa aku kembali datang ke kafe tersebut. Untuk makan? Tidak, aku masih kenyang. Untuk membeli titipan orang rumah? Tidak, mereka tidak menitipkan apapun. Tiba-tiba pintu terbuka sebelum aku menarik pintu tersebut. Aku lihat pelayan imut itu yang membukanya, karena terlalu kaget aku segera menundukkan kepalaku dan berjalan cepat masuk ke dalam. “Paboo. Paboo, padahal kan lumayan kalau aku bisa mendapatkan senyumnya.” Gerutuku sambil memukul-mukul kepalaku. Aku menoleh ke belakang, berharap si pelayan tersebut memperhatikanku juga. Tapi apa? dia malah sudah menghilang. “Ahh, menyebalkan.” Gerutuku lagi.
Aku hanya memesan minuman. Niat utamaku kan untuk bertemu namja imut itu tapi dia malah keluar. Haah. Namja imut, namja imut, namja imut. Aku mengulang-ulang kata-kata itu. Aneh sekali memanggilnya seperti itu. Bagaimana aku bisa mengetahui namanya ya? Mendapati dia juga melihatku saja aku sudah gugup apalagi menanyakan namanya. Aku bukan tipe gadis pemberani seperti itu.
“Ri Young ahh~~” sapa seseorang sambil duduk di hadapanku.
“Kwangmin? Sedang apa di sini?” tanyaku pada teman sekelasku tersebut.
“Tentu saja mau makan. Memangnya ada tujuan lain selain untuk makan pergi ke kafe?”
“Ahh, anii. Aku pikir kau mau menemui seseorang.” Jawabku sedikit ragu mengingat tujuanku ke sini bukan untuk itu.
Kwangmin memanggil pelayan dan ternyata yang datang adalah pelayan imut itu. Aish, jelek sekali panggilanku terhadapnya. Aku memperhatikannya saat menunggu pesanan Kwangmin. Kenapa wajahnya tidak seramah tempo hari? Apa dia baru saja dimarahi oleh bosnya? Aku menebak-nebak. Tidak sadar sudah berapa lama aku memperhatikannya tiba-tiba dia sudah berlalu. Ahh, ternyata Kwangmin sudah memillih pesanannya.
“Eh, Chakkaman!” panggil Kwangmin terhadap pelayan tersebut. Dan tentu pelayan tersebut kembali ke meja kami.
“Hey Ri Young. Kau sedang diet ya? Kenapa hanya pesan minum?” tanya Kwangmin padaku.
“Aku tidak lapar.” Jawabku sambil mengelus-elus tengkukku.
“Aish, yang benar saja. Mana bisa seperti itu. Kau pesan apa? Biar aku yang traktir.” tanya Kwangmin sambil memukul lenganku pelan.
“Kau selalu saja begitu. Samakan saja dengan punyamu.” Jawabku sambil melihat pelayan tersebut sekilas. Ada yang aneh darinya. Wajahnya tampak kesal. Kali ini dia memergokiku lagi sedang melihatnya, karena sudah tidak bisa mengelak lagi, maka aku pun tersenyum padanya. Dan dia membalas senyumku. Ya Ampuuun!! Senyumnya, senyumnya mampu membuat ku gila. Siapa pun, tolong selamatkan aku!!!
***
*Minwoo POV*
Ri Young. Ternyata namanya adalah Ri Young. Tapi sayang, ternyata dia sudah mempunyai namjachingu. Pantas saja setiap aku melihatnya dia langsung membuang muka. Ahh, menyedihkan sekali aku ini. Lagipula, kenapa bisa-bisanya aku menyukai yeoja itu hanya dalam semalam. Aku bukan namja yang bisa dengan mudah jatuh cinta. Tapi, kenapa gadis itu mampu membuatku semalaman memikirkan dia terus. Andai dia tahu, betapa senangnya aku ketika tadi melihatnya kembali berkunjung ke sini. Tapi sekarang aku benar-benar merasa kecewa. Aku benci dengan namjachingunya. Beruntung sekali dia. Tapi, aku juga sangat senang saat akhirnya dia tersenyum padaku.
*END POV*
***
“Minwoo, tolong antarkan pesanan ini ke meja no.10.” teriak seseorang dari dalam dapur.
Aku menghentikan langkahku menuju pintu keluar karena penasaran siapa pelayan yang bernama Minwoo. Ya, karena aku masih penasaran dengan nama pelayan imut itu. Andai saja pemilik nama tersebut adalah namja imut itu. Dan ternyata harapanku benar-benar menjadi kenyataan. Nama pelayan itu memang Minwoo. Ya, ampun tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri. Masih dengan posisi berdiriku tadi tiba-tiba Minwoo sudah berada di hadapanku sambil membawa nampan berisi pesanan meja no.10. Aku jadi gugup dan langsung berbalik.
“Ya ampun Ri Young ahh, bisa-bisanya kau ketinggalan.” Kwangmin kembali masuk ke dalam kafe karena menyadari aku tidak bersamanya ketika keluar tadi sambil menarik tanganku.
“Hehe, mianhee.” Kataku sambil cengengesan. Sungguh aku senang tadi bisa berhadapan dengannya. Bahkan kini  mengetahui namanya. Minwoo. Haa, akhirnya aku mengetahui nama namja imut itu.
***
Hari ini hari Minggu, jadi aku tidak masuk sekolah, itu artinya aku juga tidak bisa mampir ke kafe untuk melihat Minwoo, karena aku sangat malas keluar rumah kecuali sedang sekolah. Rasanya hampa sekali tidak melihat namja itu sehari saja. Aku ingin sekali bisa ngobrol dengannya. Andai dia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Perasaan? Perasaan apa? Apa aku telah jatuh cinta padanya. Apa ini yang disebut dengan cinta pada pandangan pertama? Ahh, Tidak mungkin. Aku bahkan tidak percaya cinta pada pandangan pertama. Tapi, tapi, tapi aku akui sejak pertama kali bertemu dengannya aku sudah merasa ada yang lain pada diriku. Arghh~~~ Aku benci perasaan seperti ini.
***

*Minwoo POV*
Aku terus memperhatikan pengunjung yang masuk ke dalam kafe, berharap Ri Young menjadi salah satu pengunjungnya. Tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Aku ingin sekali melihat matanya lagi. Aku ingin melihat senyumnya lagi. Ahh, yeoja itu benar-benar membuatku tidak bisa mengendalikan diriku.
 “Bagaimana kalau dia datang bersama namjachingunya lagi? Apa kau akan tetap merasa senang?” tanpa kusadari Donghyun hyung sudah duduk di sebelahku.
“Bwoo?” tanyaku kaget.
“Tidak usah pura-pura kaget.” Donghyun hyung menjitak kepalaku. “Aku tahu kau menyukai gadis itu kan?”
“gadis yang mana?” tanyaku pura-pura polos.
“Memangnya ada berapa banyak gadis yang kau sukai?” goda Donghyun Hyung.
“Ahh, Hyuuung.” Aku pura-pura marah.
“Sepertinya dia juga menyukaimu. Aku perhatikan dia selalu memperhatikanmu dan di saat kau juga melihatnya, dia  terlihat gugup.”
“Itu tidak mungkin, dia sudah punya seorang namjachingu yang begitu tampan, mana mungkin dia bisa berpaling padaku.”
“Apa menurutmu kau tidak tampan, Haa?” Donghyun Hyung lagi-lagi menggodaku.
“Dia sudah ada yang punya hyung.” Jawabku lirih.
“Setidaknya cobalah ajak dia mengobrol sekali saja.” Saran Donghyun hyung padaku.
“Aku tidak berani Hyung..”
“Ahh, kau ini.” Donghyun hyung melemparkan aku dengan handuk yang sedang dipegangnya.
*END POV*
***
Aku baru pulang sekolah dan sedang berjalan menuju halte. Tiba-tiba.  “Bruuk.” Aku menabrak seseorang karena terlalu asyik menelepon.
“Mianhee.” Kataku sambil memunguti barang-barang belanjaannya dan menghentikan aktivitas meneleponku.
“Minwoo..?”
“Ri Young..?”
Kata kami berbarengan. Kami pun langsung menutup mulut kami secara bersamaan. Tentu saja, bagaimana tidak, kami bahkan belum pernah sekali pun saling menyebutkan nama.
*Minwoo POV*
Aku baru saja pulang dari supermarket, membelikan pesanan Donghyun Hyung setelah pulang sekolah. Tidak kusangka bisa bertemu dengannya di saat seperti ini. Dengan refrleks aku segera menutup mulutku setelah menyebutkan namanya. Malu sekali rasanya kalau ketahuan aku sering memperhatikannya. Tapi, dia juga menyebut namaku. Apa jangan-jangan dia juga memperhatikanku seperti yang dikatakan Donghyun hyung?
*END POV*
*Ri Young POV*
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Akhirnya aku bisa bertemu dengan Minwoo lagi. Aku merasa sangat senang. Aku bahkan refleks menyebut namanya. Haduh, malu sekali rasanya. Bisa-bisa ketahuan kalau aku sering memperhatikannya. Tapi, dia juga ingat namaku. Ahh, senangnya.
*END POV*
“Dari mana kau tahu namaku?” Minwo memecah keheningan yang sempat terjadi di antara kami.
“Ahh, a- aku mendengarnya saat tempo hari bosmu menyuruhmu untuk mengantarkan makanan ke meja no.10.” jawabku sedikit tergagap.
“Sedetail itu?” Minwo tampak terkejut akan jawabanku barusan.
Ya ampun. Paboo nya aku. Kenapa aku menjawab seperti itu, kelihatan sekali kalau aku memang selalu memperhatikannya.
“Kau masih pelajar juga?” tanyaku mengalihkan pembicaraan sambil memperhatikan seragamnya.
“Tentu, apa aku terlihat begitu tua?” tanyanya dengan nada bercanda.
“Anii, bukan begitu.” Aku jadi tidak enak hati.
“Aku harus bekerja agar bisa tetap bersekolah.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Ohh, ya. Kau hebat sekali. Berbeda sekali denganku yang masih bergantung pada orang tua.” Tanpa sadar aku memujinya dan kulihat wajahnya memerah. “Kau mau ke kafe?” tanyaku cepat supaya dia cepat-cepat melupakan pujianku barusan karena aku juga merasa malu setelah memujinya.
Belum sempat Minwo menjawab, tiba-tiba Kwangmin datang menghampiri kami.
“Ri Young-ah, kami duluan ya.” Kwangmin dan Jihye menyapa ku secara bersamaan sambil melambaikan tangan dan setelah aku mengangguk Kwangmin baru mempercepat gas motornya.
“Gadis itu adiknya?” tanya Minwo sambil menatapku dengan tatapan tidak percaya.
“Bukan.” Jawabku singkat.
“kau tidak marah?” tanya Minwo hati-hati takut menyinggung perasaanku.
“Marah pada siapa?” tanyaku bingung sambil merapikan poniku.
“Eh, maaf sebelumnya. Apa kau tidak kesal pada mereka. Baru saja kalian putus dia sudah menemukan penggantimu.”
“Nugu? Aku dan Kwangmin?” aku berusaha memastikan.
Minwoo mengangguk.
“Hahaha, kau pikir aku dan Kwangmin berpacaran?” tawaku meledak menyadari Minwo berpikir bahwa aku adalah pacar Kwangmin.
“Jadi?” tanyanya lebih hati-hati.
“Ya, ampun. Aku dan Kwangmin itu hanya teman sekelas saja. Dia dan Jihye memang sudah berpacaran selama 3 hari.” Aku memberikan penjelasan pada Minwoo sambil tetap menahan tawa.
“Tapi di kafe?”
“Memangnya teman tidak boleh makan bersama ya? Tanya ku lagi sambil mengamati ekspresi wajahnya yang benar-benar lucu saat itu.
“Ahh, syukurlah.” Katanya.
“Bersyukur untuk apa?”
“Ya-ya ber-bersyukur karena kau ti-tidak dikhianati.” Minwo menjawab sambil terbata-bata.
“Ohh, Gamsahamnida, karena telah mengkhawatirkanku.” Aku rasa jantungku sudah lepas dati tempatnya mendengar Minwo berkata seperti itu.
“Ri Young, apa kau sibuk malam ini?” tanya Minwo lagi.
“Tidak. Ada apa?” ada sedikit nada berharap dari kalimat yang baru saja aku lontarkan.
“Nanti malam datanglah ke kafe, aku akan mentraktirmu.” Kata Minwo dengan sumringah.
“Tentu.” Jawabku cepat sambil tersenyum.
***
*Minwo POV*
Aku benar-benar terkejut saat melihat namjachingu Ri Young berboncengan dengan gadis lain. Maka dengan ke-soktahuan ku, aku menarik kesimpulan bahwa mereka baru saja putus dan namjachingunya sudah menemukan penggantinya. Sebagai pertanyaan awal agar tetap menjaga perasaannya aku pura-pura ber-positive thinking bahwa itu adalah adik namjachingunya yang ternyata bernama Kwangmin. Tapi ternyata Ri Young dan Kwangmin hanyalah sebatas teman sekelas saja. Aku benar-benar senang. Terlebih lagi dia menerima ajakanku untuk makan malam. Sepertinya benar apa yang dikatakan oleh Donghyun Hyung kalau Ri Young memang menyukaiku juga. Nanti malam aku pasti akan menyatakan perasaanku padanya.
*END POV*
*Ri Young POV*
Tidak kusangaka Minwo mengkhawatirkanku. Dia bahkan mengajakku makan malam. Apa itu artinya dia juga menyukaiku? Cinta pada pandangan pertama… Aku rasa aku mulai mempercayainya.
*END POV*
-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar